Siapa bilang bullying itu selalu negatif? Bagi para pemancing amatir, bullying bisa jadi hal yang menyenangkan! Ya, benar, Anda tidak salah baca. Bullying di sini bukanlah tindakan intimidasi atau pelecehan, tapi lebih ke arah bercanda dan humor atau menjadi bahasa keakraban pertemanan. Ya...semacam ucapan diancuk antara sesama arek-arek Surabaya itu. Ucapan yang terkesan mengumpat tapi tanpa efek samping apapun kecuali hanya menambah keseruan dan kehangatan antar sesama mereka.
Kembali ke soal pancing-memancing. Bayangkan saja, ketika para pemancing pemula mencoba memancing ikan, mereka malah seperti memancing tawa. Mereka berusaha memancing ikan, tapi yang berhasil terpancing hanyalah anak ikan kecil bahkan tidak berehasil. Â Karuan saja kedua pihak ini segera menjadi "sasaran tembak" mereka yang hasil tangkapannya paling banyak Tapi, jangan khawatir, karena ini adalah bagian dari proses belajar menjadi pemancing-pemancing professional di masa depan, di masa Indonesia Emas 2045.
Hari kedua kegiatan memancing bisa jadi mengubah keadaan. Mereka yang gagal memancing di hari pertama, bisa berhasil mendapat lebih banyak ikan yang terpancing di hari itu. Ini seperti memancing tawa, di mana kehebohan "balas dendam" bullyan bisa terjadi secara lebih "kejam" dan meledak-ledak.
Tapi, yang paling penting adalah menikmati hasil pancingan bersama antara sang pemenang dan pecundang. Siapa yang menang dan siapa yang kalah menjadi tidak jelas lagi. Yang terpenting adalah menghabiskan waktu bersama dan saling mendukung satu sama lain. Tidak lupa menghabiskan juga sajian ikan bumbu pecak, ikan bawal bakar bumbu kecap, ikan gurame goreng, dan lain-lain. Tapi tetap tidak melupakan berbagi pada para kucing yang menunggu jatahnya dengan malu-malu.
Jadi, jangan takut untuk mencoba memancing ikan, karena di balik itu ada bullying yang sehat ala para pemancing amatiran, ada banyak kegembiraan dan kebahagiaan yang bisa dirasakan bersama para pemancing pemula! Selamat mencoba, para calon pemancing professional era Indonesia Emas 2045. "Ha....ha....ha...." suara khas salah seorang di antara mereka terdengar membahana karena membayangkan masa-masa keemasan itu dirinya baru berusia delapan puluhan dengan dikerumuni para cucu yang jumlahnya baru dua belas orang saja.
Cipinang, 25 Mei 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H