Â
Semangat Kartini dalam memperjuangkan kesetaraan pendidikan perempuan sungguh menginspirasi bagi para pembelajar perempuan. Melalui perjuangan Kartini, membuat para pembelajar untuk tidak hanya bermimpi, tetapi juga berusaha keras untuk meraih impian melalui pendidikan. Dengan semangat belajar dan semangat perjuangan seperti Kartini, dapat dicapai kesetaraan dan meraih impian.
Melalui pendidikan, Kartini berhasil mendobrak tradisi Jawa dan melahirkan nasionalisme. Inilah yang kemudian menginspirasi tokoh pergerakan Dr. Tjiptomangoenkoesoemo untuk mendirikan klub diskusi bernama Kartini Club pada 3 September 1912. Melalui pendidikan pula kritisisme Kartini terasah. Sebagai Muslimah ia tidak puas sekedar mampu membaca Al-Qur'an tanpa tahu artinya. Untuk itu ia meminta gurunya Kyai Shaleh Darat agar menterjemahkan kitab suci itu ke dalam bahasa Jawa. Ini merupakan contoh pemikiran Kartini yang jauh melampaui zamannya. Sebab pada saat itu secara tradisi tabu untuk menterjemahkan Al-Qur'an. Kartini berhasil meraih mimpinya untuk memahami Qur'an melalui terjemahnya yang ditulis Kyai Shaleh Darat, seorang Kyai yang progresif dan berpikiran terbuka.
Menjadi perempuan inspiratif melalui pendidikan bukanlah hal yang mudah. Hal itu harus ditopang dengan niat yang kuat, kesungguhan dalam belajar, dan obsesi untuk mencapai kesuksesan melalui pendidikan. Meskipun mungkin akan menghadapi kesulitan dan rintangan di sepanjang jalan, namun dengan kemauan dan kerja keras, akan dapat diatasi segala hambatan yang ada, termasuk hambatan adat dan tradisi yang biasanya sangat sulit diubah.
Setiap perempuan memiliki impian dan cita-cita yang ingin dicapai. Dengan pendidikan sebagai target utama, perlu memiliki rencana dan strategi untuk mencapainya. Perlu disadari bahwa pendidikan adalah kunci untuk membuka pintu kesuksesan di masa depan, dan oleh karena itu, dibutuhkan komitmen untuk terus belajar dan berkembang.
Dengan semangat Kartini yang menginspirasi, kita yakin perempuan Indonesia dapat terus berkembang dan meraih kesuksesan melalui pendidikan. Kita perlu terus memperjuangkan kesetaraan pendidikan, agar setiap perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk meraih impian mereka. Bersama-sama, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih baik untuk generasi perempuan mendatang. Generasi perempuan yang tidak sekedar menjadi obyek eksploitasi fisikal tetapi lebih kepada peran-peran substansialnya. Peran substantif perempuan sebagai pendidik utama (madrasatul-ula) bagi anak-anaknya dan bagi bangsa dan negaranya (imadul-bilad).
Jakarta, 22 April 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H