Mohon tunggu...
Ali Mustahib Elyas
Ali Mustahib Elyas Mohon Tunggu... Guru - Bacalah atas nama Tuhanmu

Pendidikan itu Membebaskan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sori Ya, SARA. Aku Tak Tertarik Padamu

24 Mei 2014   07:41 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:10 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sampai di sini saya masih bisa memahami kenapa isu agama begitu mudah menyentakkan kesadaran bahkan militansi orang. Mungkin ini hanya akibat cara berfikir yang suka menggeneralisir semua persoalan dan mengabaikan berbagai kategori, aspek, unsur, dan hal-hal detail lainnya. Misalnya untuk memilih presiden harus memperhatikan beberapa syarat. Di antaranya yang terpenting adalah agama. Lantas soal hidup sederhana apa bukan agama, namanya? Lantas apa mungkin tokoh sekaliber JK, Anis Baswedan, hingga Hasyim Muzadi tidak tahu soal agama dan bisa begitu mudah dikelabuhi Jokowi? atau jangan-jangan para tokoh agama ini dianggap mendukung apa yang menjadi agenda terselubung Jokowi seperti yang dibayangkan para pengkritiknya? Apa iya begitu?


[caption id="attachment_337993" align="aligncenter" width="579" caption="penaone.com"]

1400865391708297474
1400865391708297474
[/caption]


Sudahlah! Perbincangan yang menyinggung SARA memang menarik tapi hanya bikin keruh suasana dan pusing kepala. Lebih baik kita pandang momentum Pilpres 2014 ini sebagai contoh pendidikan politik yang sangat baik karena : 1. Hanya ada dua pasang capres-cawapres sehingga rakyat tidak sempat berspekulasi dalam mementukan pilihannya. Bagusnya lagi KPU bisa hemat dana 3,9 triliun. 2. Dua pasang capres-cawapres sama-sama mendapat dukungan ulama. Said Aqil Siraj (ketua umum PBNU) dan beberapa ulama


[caption id="attachment_337996" align="aligncenter" width="600" caption="www.sayangi.com"]

14008658511659132175
14008658511659132175
[/caption]


Jawa Timur mendukung Prabowo-Hatta meskipun Hatta orang Muhamadiyah dan JK yang tokoh NU justru berada di "seberang" mereka. Sedangkan Hasyim Muzadi (Rais am NU) mendukung Jokowi-JK.


[caption id="attachment_337997" align="aligncenter" width="376" caption="indopolitika.com"]

14008659242002031239
14008659242002031239
[/caption]


Ini menunjukkan bahwa NU (juga Muhamadiyah) sebagai Ormas tetap tidak terseret oleh pusaran politik praktis. Kita rayakan hal positif ini dengan memandang momen pilpres kali ini sebagai hiburan yang


[caption id="attachment_337998" align="aligncenter" width="400" caption="www.majalahinspirasi.net"]

1400866293660561236
1400866293660561236
[/caption]


menarik dan sekaligus mendebarkan. Saya bayangkan saat perhitungan suara di TPS-TPS nanti hasil suara pasangan capres-cawapres akan "kejar-kejaran" dan saling menyusul. Sori ya SARA. Aku sungguh tak tergoda olehmu. Aku hanya ingin menikmati permainan politik ini apa adanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun