Sampai di sini saya masih bisa memahami kenapa isu agama begitu mudah menyentakkan kesadaran bahkan militansi orang. Mungkin ini hanya akibat cara berfikir yang suka menggeneralisir semua persoalan dan mengabaikan berbagai kategori, aspek, unsur, dan hal-hal detail lainnya. Misalnya untuk memilih presiden harus memperhatikan beberapa syarat. Di antaranya yang terpenting adalah agama. Lantas soal hidup sederhana apa bukan agama, namanya? Lantas apa mungkin tokoh sekaliber JK, Anis Baswedan, hingga Hasyim Muzadi tidak tahu soal agama dan bisa begitu mudah dikelabuhi Jokowi? atau jangan-jangan para tokoh agama ini dianggap mendukung apa yang menjadi agenda terselubung Jokowi seperti yang dibayangkan para pengkritiknya? Apa iya begitu?
[caption id="attachment_337993" align="aligncenter" width="579" caption="penaone.com"]
Sudahlah! Perbincangan yang menyinggung SARA memang menarik tapi hanya bikin keruh suasana dan pusing kepala. Lebih baik kita pandang momentum Pilpres 2014 ini sebagai contoh pendidikan politik yang sangat baik karena : 1. Hanya ada dua pasang capres-cawapres sehingga rakyat tidak sempat berspekulasi dalam mementukan pilihannya. Bagusnya lagi KPU bisa hemat dana 3,9 triliun. 2. Dua pasang capres-cawapres sama-sama mendapat dukungan ulama. Said Aqil Siraj (ketua umum PBNU) dan beberapa ulama
[caption id="attachment_337996" align="aligncenter" width="600" caption="www.sayangi.com"]
Jawa Timur mendukung Prabowo-Hatta meskipun Hatta orang Muhamadiyah dan JK yang tokoh NU justru berada di "seberang" mereka. Sedangkan Hasyim Muzadi (Rais am NU) mendukung Jokowi-JK.
[caption id="attachment_337997" align="aligncenter" width="376" caption="indopolitika.com"]
Ini menunjukkan bahwa NU (juga Muhamadiyah) sebagai Ormas tetap tidak terseret oleh pusaran politik praktis. Kita rayakan hal positif ini dengan memandang momen pilpres kali ini sebagai hiburan yang
[caption id="attachment_337998" align="aligncenter" width="400" caption="www.majalahinspirasi.net"]
menarik dan sekaligus mendebarkan. Saya bayangkan saat perhitungan suara di TPS-TPS nanti hasil suara pasangan capres-cawapres akan "kejar-kejaran" dan saling menyusul. Sori ya SARA. Aku sungguh tak tergoda olehmu. Aku hanya ingin menikmati permainan politik ini apa adanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H