Anomali Pagi
Pada suatu pagi
Aku berjalan ke selatan
Menuju ke suatu tempat
Pengabdian diri
Aku melewati hiruk pikuk
Ramai lalu lalang di jalan
Orang-orang menuju ke suatu tempat
Masing-masing pengharapan
Lalu Aku melewati jalan sunyi
Hanya di penuhi rumput-rumput kuning
Ah... memang sudah saatnya layu
Telahpun datang kemarau
Lalu Aku melewati sebuah jembatan besar
Pertemuan rindu antara sungai dan laut
Sangat tenang airnya mengalir
Tidak seperti pikiranku yang kalut
Lalu Aku melewati hutan-hutan
Floranya menghembuskan sejuta oksigen
Faunanya menampakkan diri di tepi jalan
Ah... dasar kita memang manusia
Sifat rakusnya tak hilang-hilang
Lalu Aku melewati gugusan tambak
Airnya tenang, tidak seperti hatiku bergemuruh
Mengapa tidak; keruh airnya hingga kedasar
Bukan semata karena kemarau
Bumi sedang tak ramah
Selepas itu, Aku menyusuri gugusan pohon kelapa
Berdiri tegak dan rapi
Namun daun dan buahnya nihil
Bukan karena kekurangan debit air
Pokok-pokoknya dibuat lubang
Untuk memudahkan menjangkau buahnya
Pada suatu pagi
Sepanjang jalan kutemui begitu banyak hal
Sesuatu yang anomali
Ironisnya; semua nampak normal
Dalam pandangan mata zahir
Penajam Paser Utara, 5 Oktober 2023
Ali Musri Syam Puang Antong
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H