Perahu terombang ambing, seperti terjadi turbulensi membuat kami seringkali terpontang panting, bahkan sesekali ada yang tercebur ke sungai.
Ketika sampai ke hilir, titik yang kita tentukan, kita berhenti, lalu mengangkat perahu itu ramai-ramai kembali ke hulu sungai.
Itu kita lakukan berulang-ulang, tak ada rasa lelah, capek atau bosan. Terkadang kita berhenti jika suara azan magrib memanggil atau ibu datang memarahi.
Penajam Paser Utara, 7 Juni 2022
Ali Musri Syam Puang Antong
Baca Juga Puisi Sebelumnya:Â Wahai Sungai Aare
Puisi Pilihan: Gelaran Bergengsi Nan Mendunia
Puisi Pilihan Lainnya: Jika Aku Pemilik Startup
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H