Puisi : Karena Puasa
Panas terik menghunjam
Haus dahaga mendera; kering kerongkongan
Tersedia air, bahkan yang dingin
Tak tergoda meminumnya sedikitpun
Meski dalam kesedirian
Hujan meluruh alam
Perut di landa rasa lapar; keroncongan
Terdapat aneka ragam makanan
Mencicipinya, rasa tak ingin
Kendati tak ada yang menyaksikan
Di tempat kerja ada kesempatan
Mendapatkan keuntungan dari pekerjaan
Bukan hak dan kewenangan
Sama sekali tak mengindahkan
Walau bisa menyelubungkan
Di jalan mendapat ujian
Orang-orang membuat kesalahan
Sebagian mengundang kekesalan
Sedikitpun amarah tak tertumpahkan
Memilih berlalu dari keriuhan
Di tempat-tempat pertemuan
Disaat seseorang menceritakan seorang yang lain
Diam tak menyambung
Menjaga lidah dari kekeliruan lisan
Bahkan pergi meninggalkan percakapan
Semua karena satu alasan
Puasa; ibadah rahasia kepada Tuhan
Penajam Paser Utara, 14 April 2022
Ali Musri Syam Puang Antong
Puisi Sebelumnya: Pagi Setelah Hujan
https://www.kompasiana.com/alimusrisyam/6253e8b13794d1757401c882/puisi-pagi-setelah-hujan
Puisi Pilihan: Di Puncak Bukit, Wajahmu Kupandangi
Puisi Pilihan Lainnya: Riwayat Luka
https://www.kompasiana.com/alimusrisyam/624bd0f59510517a990c95e5/puisi-riwayat-luka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H