Ingin kususuri titian itu hingga ke ujungnya
Meresapi setiap langkah
Dengan segala yang merambat di sekeliling
Suara-suara alam berkumandang
Seperti nyanyian sunyi sang biduan
Pada langkah yang entah keberapa
Kaki tersentak, hati terhenyak
Dibawah kaki, air menggenang cepat
Didalam kepala, memori mengulang riwayat
Keduanya datang tiba-tiba
Membaca guratan dalam sejarah
Dan segala yang berlalu
Kau seketika menjelma kuat di ingatan
Hembusan angin sepoi-sepoi
Menggoyangkan dahan-dahan letih
Daun-daun bakau meluruh memenuhi jalan-jalan kayu
Dada sesak memenuhi
Mengenang masa-masa bersamamu
Cericit burung-burung di ranting-ranting pohon
Mengisyaratkan keasrian alam
Mengingatkan suara khas indah
Manis bibirmu tersungging
Bening air dibawah jembatan
Menampakkan dasarnya; penuh akar-akar pohon
Kuat mencengkeram pokok-pokoknya; meski terendam
Wajahmu menggenang disana
Menampakkan guratan-guratan kecantikan abadi
Begitu kokoh merasuk ke dinding hati
Tak mampu kulanjutkan langkah
Menyusuri hingga ujung titian
Seperti inginku sejak permulaan
Terlalu letih kaki melangkah
Beban pikiran menggelanyut pilu
Sebab kini, disini semua menjadi tentangmu
Di tempat ini sesuatu telah menjelma riwayat luka
Kita sedang tidak bersama lagi
Kau menukar mimpi-mimpi
Di saat Aku terbangun dari tidur pagi
Penajam Paser utara, 30 Maret 2022
Ali Musri Syam Puang Antong
Puisi Sebelumnya:Â Di Puncak Bukit, Wajahmu Kupandangi
Puisi Pilihan:Â Puisi yang Kau Pinta
Puisi Pilihan Lainnya:Â Menunggu Kau Kembali
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H