Pelangi di Mata Sang Putri
Suatu waktu, Aku menjadi seorang ksatria
Melawan sepasukan hulubalang
Ketika seorang putri cantik hendak dipaksa
Menjadi permaisuri raja
Di tengah padang ilalang yang luas itu
Di depan sebuah gubuk tua tempat sang putri sembunyi
Dengan tangan kosong, Kuhadapi selusin prajurit
Tak butuh waktu lama, enam diantaranya tumbang
Meskipun Aku juga menderita luka sabetan
Tersisa enam prajurit
Dan Aku mulai letih
Dalam keletihan itu
Sang putri cantik berlari kearahku
Memberi minum dalam kendi
Dan perisai warna warni; seperti pelangi
Seketika lelahku hilang
Kekuatanku berlipat
Kuhunuskan pedang dan kukibaskan perisai itu
Tanpa ampun; dalam satu jurus pamungkas keenam prajurit tersisa, sekarat
Sang putri cantik mendatangiku
Memeluk dan mengusap wajah penuh darah dan debu
Ia berbisik lirih mengucapkan terima kasih
Dan berkata; Kau telah menyelamatkanku
Sebagai balasannya Kau harus menjadi suamiku
Seketika terkesima dan terkejut
Bagaimana mungkin dia menjadi istriku
Sedangkan ia begitu cantik nan rupawan
Tak mungkin bersatu disinggasana
Aku menolaknya dengan halus
AKu berkata; Aku adalah seorang pengembara yang tak punya tujuan
Kita tak sepadan
Kau putri seorang raja, Aku rakyat jelata
Dunia kita berbeda
Cukupkanlah pertemuan ini sampai disini
Biarkan Aku pergi
Seketika wajah sang putri sedih
Ia lalu berkata, sebagai ucapan terima kasih
Bawalah perisai itu pergi
Untuk menjadi pelindung diri
Dan juga agar Kau selalu mengingati
Ada Aku yang akan selalu menanti
Kuterima perisai itu dengan senang hati
lalu Aku melangkah pergi
Kulihat ada sesuatu yang bergejolak di mata sang putri
Selaksa warna seperti di perisai yang ia beri
Balikpapan, 20 Maret 2022
Ali Musri Syam Puang Antong
Puisi Sebelumnya: Kidung Sunyi Hutan Perawan
Puisi Pilihan Lainnya: Menunggu Kau Kembali
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H