Mohon tunggu...
Ali Musri Syam
Ali Musri Syam Mohon Tunggu... Sekretaris - Belajar Menulis

Pekerja, menyukai sastra khususnya puisi, olahraga khususnya sepakbola, sosial politik. Karena Menulis adalah cara paripurna mengeja zaman, menulis adalah jalan setapak menjejalkan dan menjejakkan kaki dalam rautan sejarah, menulis menisbahkan diri bagi peradaban dan keberadaban. (Bulukumba, Makassar, Balikpapan, Penajam Paser Utara) https://www.facebook.com/alimusrisyam https://www.instagram.com/alimusrisyam/

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pelangi di Mata Sang Putri

25 Maret 2022   23:03 Diperbarui: 25 Maret 2022   23:33 1378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi Pelangi di Mata Sang Putri / Dokpri @ams99 By. Text Art

Pelangi di Mata Sang Putri

Suatu waktu, Aku menjadi seorang ksatria
Melawan sepasukan hulubalang
Ketika seorang putri cantik hendak dipaksa
Menjadi permaisuri raja
Di tengah padang ilalang yang luas itu
Di depan sebuah gubuk tua tempat sang putri sembunyi

Dengan tangan kosong, Kuhadapi selusin prajurit
Tak butuh waktu lama, enam diantaranya tumbang
Meskipun Aku juga menderita luka sabetan

Tersisa enam prajurit
Dan Aku mulai letih

Dalam keletihan itu
Sang putri cantik berlari kearahku
Memberi minum dalam kendi
Dan perisai warna warni; seperti pelangi

Seketika lelahku hilang
Kekuatanku berlipat
Kuhunuskan pedang dan kukibaskan perisai itu
Tanpa ampun; dalam satu jurus pamungkas keenam prajurit tersisa, sekarat

Sang putri cantik mendatangiku
Memeluk dan mengusap wajah penuh darah dan debu
Ia berbisik lirih mengucapkan terima kasih
Dan berkata; Kau telah menyelamatkanku
Sebagai balasannya Kau harus menjadi suamiku

Seketika terkesima dan terkejut
Bagaimana mungkin dia menjadi istriku
Sedangkan ia begitu cantik nan rupawan
Tak mungkin bersatu disinggasana

Aku menolaknya dengan halus
AKu berkata; Aku adalah seorang pengembara yang tak punya tujuan
Kita tak sepadan
Kau putri seorang raja, Aku rakyat jelata
Dunia kita berbeda
Cukupkanlah pertemuan ini sampai disini
Biarkan Aku pergi

Seketika wajah sang putri sedih
Ia lalu berkata, sebagai ucapan terima kasih
Bawalah perisai itu pergi
Untuk menjadi pelindung diri
Dan juga agar Kau selalu mengingati
Ada Aku yang akan selalu menanti

Kuterima perisai itu dengan senang hati
lalu Aku melangkah pergi
Kulihat ada sesuatu yang bergejolak di mata sang putri
Selaksa warna seperti di perisai yang ia beri

Balikpapan, 20 Maret 2022
Ali Musri Syam Puang Antong

Puisi Sebelumnya: Kidung Sunyi Hutan Perawan

Puisi Pilihan: Syair Waktu

Puisi Pilihan Lainnya: Menunggu Kau Kembali

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun