Episode Amor
Pernah Aku menyapamu pada sebuah pagi yang prematur.
Matahari bahkan belum menampakkan sedikitpun semburatnya, embun-embun masih bertahta kuat di pucuk-pucuk daun, kicau burung-burung di pohon-pohon belum terdengar, kabut-kabut putih masih tebal menghalangi mata dalam jangkauan, tak ada kuasa meraih genggaman.
Saat itu Kau bahkan masih dalam imajinasi.
Pernah Aku mendatangimu pada sebuah siang yang cukup terik.
Udara merambat seperti nihil, Daun-daun bahkan sedikitpun tak bergeming, Kaki melangkah pada jalan-jalan terjal berdebu, di kiri-kanan terpampang lembah curam, peluh bercucuran membasahi badan,
Saat itu Kau bahkan masih dalam gerimis purba.
Pernah Aku meminta pada sebuah malam yang gelap.
Hening menyeruak pada sekeliling, tak nampak satupun gemintang di cakrawala, semua kelam dalam sunyi terpendam, dingin menyesap tubuh mendera, terhempas dalam pergulatan sepanjang malam.
Saat itu Kau telah sempurna dalam dekapan.
Penajam Paser Utara, 28.09.2021
Ali Musri Syam Puang Antong
Baca Juga Puisi Sebelumnya:Â Kau, Siklus Hujan Tak Berjeda
Puisi Pilihan:Â Hujan Menderas Mencipta Rindu
Puisi Pilihan Lainnya:Â Pada Suatu Senja yang Meresahkan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H