Mataku Benar-benar Hujan
Sekarang mataku benar-benar hujan
Di pelupuknya tak mampu menghalau pekat awan-awan
Bulir-bulir tak mampu tertahan
Kelopak rindu mengatup tak karuan
Di penghujung pandangan
Nampak samar-samar kenangan
Mungkin memang mata ini sudah terlalu tua
Ataukah tak sanggup menahan dera
Di balik pipi merah itu
Jawaban segala ragu.
Setelah seminggu kemarau
Memanggil-manggil gerimis, suara parau
Panas mengganggu nalar
Sedikitpun tak mampu kelakar
Di bening bola matamu tersimpan misteri
Ketajaman sorotnya tak terdefinisi
Jika segala harap telah terlanjur terjuntai
Dengan cara apa gerimis ini akan berhenti
Kelopak mata menyara kelopak rindu; berkelindan
Dan sekarang mataku benar-benar kian hujan
Penajam Paser Utara, 24.08.2021
Ali Musri Syam Puang Antong
Baca Juga Puisi Sebelumnya: Kepada Sang Petuah
Puisi Pilihan:Â Secarik Kertas Bernyawa, Puisi untuk Budi Darma
Puisi Pilihan Lainnya:Â Sesaat Setelah Hujan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H