Kau bertanya dengan nada ripuh
Mengapa hujan masih saja meluruh ?
Bukan kah juli adalah siklus bulan kemarau
Mestinya panas lebih sering menjeru
Bukannya curah air langit bertalu-talu
Lalu aku menjawab
Hujan dan kemarau siklus alam
Ia menempuh garis kodrat; di horizon
Adalah Tuhan pemilik kemutlakan
Kita hanya mampu menduga-duga; bersyukurlah kita
Tiba-tiba hujan kembali mengguyur
Kau berkata dengan lugu
;Hari ini sungguh beruntung
Setelah semalam di landa panas sekujur tubuh
Kini aku merasakan kesejukan; di dekatmu, di sela-sela hujan
Penajam Paser Utara, 05.07.2021
Ali Musri Syam Puang Antong
*Baca Juga Puisi Lainnya.
Puisi Sebelumnya: Hujan dan Rindu Semalaman.
https://www.kompasiana.com/alimusrisyam/60e12d8a06310e6a90311102/puisi-hujan-dan-rindu-semalaman
Puisi Pilihan: Menikmati Sunyi.
https://www.kompasiana.com/alimusrisyam/60e0059506310e3bde0225a2/puisi-menikmati-sunyi
Puisi Pilihan Lainnya: Hakikat Hujan Bulan Juni.
https://www.kompasiana.com/alimusrisyam/60dca5581525105bb9002644/puisi-hakikat-hujan-bulan-juni
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H