Hujan di Matamu
Kulihat sembab kedua kelopaknya
Seperti awan hitam tak mampu menampung udara
Kupandangi berulang-ulang
Hingga tak mampu lagi kubendung
Betapa berat bulir air itu
Tak tertahankan hingga meleleh dipipimu
Matamu kini menjelma hujan
Di pelupuknya tercipta genangan
Berat beban menumpuk di kepalamu
Berat bebanmu mampu kutampung di pundakku
Di luar juga sedang hujan
Kita masih menakar dugaan-dugaan
Di matamu belum juga berhenti menetes
Hingga makin menjadi-jadi isak tangis
Atap beranda ini cukup kuat menadah hujan
Dada ini masih sanggup menahan kesedihan
Disini saja hingga waktunya tiba
Aku ada bersama segala hal yang kau rasa
Jangan pernah menghawatirkan reda
Hujan di matamu dan hujan alam akan rampung bersama-sama
Balikpapan, 24.06.2021
Ali Musri Syam Puang Antong
*Baca Juga Puisi Lainnya.
Puisi Sebelumnya: Memburu Angin.
https://www.kompasiana.com/alimusrisyam/60d491b69b650023ed335474/puisi-memburu-angin
Puisi Pilihan Lainnya: Sajak-sajak Pengagum Rahasia.
https://www.kompasiana.com/alimusrisyam/60d213ec06310e3fcf2cc195/puisi-sajak-sajak-pengagum-rahasia
Puisi Sebelumnya: Memburu Angin.
https://www.kompasiana.com/alimusrisyam/60d491b69b650023ed335474/puisi-memburu-angin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H