Berangkat tiap pagi
Pulang tiap petang
Begitu berulang-ulang
Tanpa jeda, tanpa henti
Katanya kerja
Nyatanya rutinitas semata
Melihat agenda
Melakukan evaluasi kinerja
Batin bertanya-tanya
Itukah pengabdian?
Kepada bangsa dan negara
Hening dalam kecamuk pikiran
Bukan apa-apa
Selain sekadar tak melakukan sesuatu yang nyata
Ada batas menghalangi setiap kata, sikap, tindakan
Otak mewakili negara, beku terjamah tilikan
Aku gamang
Ketika hendak menemuimu
Aku ragu akan diriku
Mulut berujar, hati menyatakan perihal lain
Kukatakan dengan indah
Dengan lidah cukup fasih
Seolah ia adalah hakikat
Nyatanya sekadar kamuflase sempit
Mungkin lebih baik berhenti
Suara pekik anak kecil
Menggema dibalik reruntuhan bangunan
Yang entah selesai kapan
Atau lebih baik mati
Cekik kerah baju sendiri
Jiwamu telah lama pergi
Kau bukan yang kukenali
Penajam Paser Utara, 3 Juni 2021
Ali Musri Syam Puang Antong
*Baca Juga Puisi Lainnya:
Puisi Sebelumnya:Â Hujan Rahasia
Puisi Pilihan Lainnya:Â Â Fragmen Rindu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H