“Setiap orang mempunyai figur teladan. Sebaik-baik teladan adalah Rasulullah Muhammad SAW, bukan hanya untuk umat Islam tapi seluruh umat manusia pada semua zaman. Sebab seluruh lisan, kata, sikap dan adabnya adalah tuntunan kehidupan “syariat” mulia dan semua itu atas keridaan-Nya”.
Allah SWT mengutus nabi serta rasul untuk menyampaikan wahyu kepada umat manusia. Wahyu ini bisa berupa suhuf, mushaf, atau risalah kenabian lainnya.
Keteladanan Para Nabi
Inti dari ajaran wahyu adalah penghambaan diri kepada Allah (Al Ubudiyyah), yang bermuara pada mengesakan Allah (Tauhid). Sebagaimana firman Allah:
Artinya: "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku," (Surat Adz Dzariyat (51) ayat 56).
Jadi tujuan utama diciptakannya manusia adalah untuk mengenal Allah (marifatullah) dan menunaikan kewajiban sebagai hamba kepada penciptanya yakni beribadah kepada-Nya dengan cara yang di syariatkan.
Bukan untuk mengejar keduniawian seperti harta, takhta/ kekuasaan, atau sekadar menikmati hidup dengan makan minum dan menikmati segala hal yang berhubungan dengan kenikmatan duniawi.
Sebagaimana Firman Allah:
"Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: 'Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku'," (Surat Al Anbiya ayat 25).
Dari ayat tersebut dapat kita mengetahui bahwa salah satu tujuan yang dapat di jadikan sebagai latar belakang diutusnya para nabi dan rasul adalah agar mereka semua menjadi suri teladan dan contoh yang dapat diikuti oleh umat mereka masing-masing pada zamannya.
Keteladanan Rasulullah Muhammad SAW
Firman Allah yang artinya:
Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah: "Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan (Al-Quran)". Al-Quran itu tidak lain hanyalah peringatan untuk seluruh ummat. (Alquran surat Al An’am ayat 90)
Menurut cendikiawan Muslim asal Turki, Muhammad Fethullah Gulen memberi penjelasan bahwa ayat tersebut ditujukan kepada Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (Muhammad SAW) sebagai pesan moral untuk beliau agar mengikuti jejak para nabi terdahulu yang nama-nama mereka telah disebutkan dalam Al quran.
Lebih lanjut Beliau menjelaskan, bahwa sementara itu tidak ada lagi sosok manusia terbaik yang dapat menjadi teladan terbaik hingga hari kiamat kecuali Rasulullah.
Firman Allah yang artinya:
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.(Alquran surat Al Ahzab ayat 21)
Secara mutlak bisa dikatakan tidak ada satu kelompok manusia, umat, bangsa, atau peradaban, yang memiliki suri teladan terbaik yang senantiasa kontekstual sebagaimana kaum Muslim yang senantiasa meneladani Muhammad dalam segala aspek kehidupan.
Seluruh hal pada diri Muhammad adalah tuntunan kehidupan mulia yang di sebut syariat, mulai sebelum tidur sampai tidur lagi, bahkan tidur itu sendiri berusaha mencontoh Nabi.
Dalam berbagai hal seorang muslim akan senantiasa mengikuti cara, adab dan doa Nabi dalam berbagai aktivitas. Baik anak-anak, dewasa bahkan sampai pemimpin negara.
Sejak usia dini, anak anak Muslim diajarkan meniru cara nabi melakukan aktivitas sehari-hari bahkan hal kecil seperti memasuki kamar mandi, keluar rumah, mau makan, adab dan doanya di ikuti dan sebagian besar sudah hafal secara fasih.
Di negara-negara muslim yang menjadi kepala negara menjadikan syariat nabi sebagai rujukan guna menciptakan dan membina negara mulia. Nabi menjadi sumber inspirasi, aspirasi dan teladan dalam membangun negara baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.
Selain sebagai pemimpin negara, pemimpin umat dan bangsa, dalam kehidupan keluarga pun beliau merupakan suami teladan.
Hadits Nabi:
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik terhadap keluarganya.” (HR. At-Tirmidziy no. 3895).
Demikianlah, betapa dalam makna dan fakta kedudukan Nabi Muhammad sebagai Uswatun Hasanah : teladan yang baik. Panutan dan teladan umat Islam dan dan seluruh manusia. seorang laki-laki pilihan Allah SWT yang diutus untuk menyampaikan ajaran yang benar yaitu Agama Islam kepada seluruh alam.
Beliau adalah sosok paripurna manusia, model yang terus dan tetap hidup sepanjang zaman. Walaupun telah berlalu 1.400 tahun, keteladanannya tetap hidup, kontekstual dan relevan.
Hanya kaum muslimin yang mempunyai model lengkap dan sempurna sepanjang zaman. Banyak kelompok manusia, bangsa atau umat mengagumi seorang tokoh namun tidak menjadikannya sebagai teladan dan rujukan dalam seluruh aspek kehidupannya.
Keutamaan Sahabat Nabi
Rasulullah dalam perjalanan hidup dan dakwahnya dalam berbagai riwayat hadist bahkan dalam firman Allah di Al Qur’an diceritakan bahwa beliau memiliki sahabat sahabat yang sangat setia dan turut berperan menyebarkan agama dan syiar islam dengan niat karena Allah.
Sahabat sahabat Rasulullah memiliki keistimewaan karena kasih sayang dan pengabdiannya, wujud sikap pada Rasulullah tersebut termasuk keutamaan iman dalam islam karena mereka menjalankan semuanya semata-mata demi Allah.
Sahabat Nabi adalah orang-orang yang mengenal dan melihat langsung Nabi Muhammad, membantu perjuangannya dan meninggal dalam keadaan Muslim. Para sahabat mendampingi, dan berinteraksi langsung dengan nabi.
Para Sahabat yang utama mempunyai hubungan yang sangat erat dengan Nabi Muhammad, sebab mereka merupakan penolongnya dan juga merupakan murid dan penerusnya.
Bagi dunia Islam saat ini, sahabat Nabi berperan amat penting, yaitu sebagai jembatan penyampaian hadis dan sunnah Nabi Muhammad yang mereka riwayatkan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah melimpahan keberkahan kepada Nabi Muhammad dengan para sahabat yang begitu taat dan besar cintanya kepada beliau. Tidak ada satupun Nabi maupun para raja yang mendapatkan keberkahan seperti ini dari umatnya.
"Urwah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, tatkala dulu masih kafir, dia berkata kepada kaumnya dan menceritakan bagaimana para sahabat radhiyallahu ‘anhum begitu memuliakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia mengatakan, “Wahai kaumku! Demi Allah, sungguh aku telah datang kepada para raja. Aku telah bertemu Kaisar, Kisra, dan an-Najasyi. Demi Allah, aku tidak pernah melihat seorang raja pun yang diagungkan oleh para sahabatnya melebihi apa yang dilakukan para sahabat Muhammad kepada Muhammad. Demi Allah, tidaklah Muhammad membuang dahak melainkan dahak itu jatuh ke tangan salah seorang dari mereka, lalu dia mengusapkannya ke wajah dan kulitnya. Jika Muhammad memerintahkan sesuatu kepada mereka, niscaya mereka melaksanakannya dengan segera. Jika Muhammad berwudhu, mereka hampir berkelahi memperebutkan tetesan airnya. Jika mereka berbicara, mereka memelankan suara di hadapannya. Mereka tidak berani menatapnya karena penghormatan mereka yang besar kepadanya.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Kitab Asy-Syuruuth, V/329-332).
Para nabi adalah teladan kita dan sekaligus menjadi imam kita. Sebagaimana halnya kita harus mengikuti imam disaat shalat, kita juga harus mengikuti perilaku para nabi dalam seluruh aspek kehidupan.
Hal itu harus dilakukan sebab kehidupan yang hakiki bagi kita adalah kehidupan yang dicontohkan oleh nabi Muhammad sebagai penyempurna ajaran dan syariat para nabi lain sebelum beliau.
Para sahabat yang hidup semasa dengan Rasulullah telah berhasil mengikuti jejak Rasulullah dalam menjalankan syariat agama dan mewariskannya kepada umat selanjutnya. Itulah sebabnya para sahabat berhasil mencapai kedudukan mulia.
Semoga bermanfaat
Salam hangat
Ali Musri Syam Puang Antong
(*) Di olah dari berbagai sumber
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI