Mohon tunggu...
Ali Musri Syam
Ali Musri Syam Mohon Tunggu... Sekretaris - Belajar Menulis

Pekerja, menyukai sastra khususnya puisi, olahraga khususnya sepakbola, sosial politik. Karena Menulis adalah cara paripurna mengeja zaman, menulis adalah jalan setapak menjejalkan dan menjejakkan kaki dalam rautan sejarah, menulis menisbahkan diri bagi peradaban dan keberadaban. (Bulukumba, Makassar, Balikpapan, Penajam Paser Utara) https://www.facebook.com/alimusrisyam https://www.instagram.com/alimusrisyam/

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Wanita Tangguh di Bulan Ramadan Versi Saya: Ibu dan Indo'

21 April 2021   19:45 Diperbarui: 21 April 2021   19:48 1176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Ibu Bersama Almarhum Ayah/dokpri

Sebaik-baik wanita adalah yang paling bermanfaat bagi siapa, dimana dan kapan saja. Wanita yang bermanfaat adalah wanita tangguh yang mampu menyesuaikan diri dalam setiap ruang dan waktu mengitarinya, dan seorang wanita dikatakan tangguh ketika dirinya senantiasa tegar dan sabar bahkan dalam situasi terpuruk, baginya tidak pernah ada beban, sebab segalanya adalah kewajiban luhur sebagai seorang wanita.

(Ali Musri Syam)


Ibu, sosok wanita tangguh tak tergantikan

Foto Bersama Ibu/dokpri
Foto Bersama Ibu/dokpri
Segala cinta dan kasih sayang tiada bermula dan bermuara kecuali kepada seorang ibu, sehangat-hangat tempat mengadu dan tempat berkeluh kesah adalah di peluknya, dan sebaik-baik berbagi suka cita adalah kelapangan hati ibu.

Setiap anak, ketika di tanya, siapakah sosok paling engkau sayangi? Jawaban umumnya tentulah ibu. Sebab bagi seoarang anak ibu adalah madrasah utama dan pertama bagi dirinya sebelum menatap dunia luar.

Begitu pula saya. Ibu adalah sosok penting dalam tumbuh kembang, sejak lahir, bayi, balita, anak-anak, remaja hingga dewasa. Kurun waktu yang lama dalam nuansa kekerabatan yang amat dalam bagi sebuah interaksi intim antara seorang ibu dan anak. Tak ada sekat merintangi hubungan emosional itu, hingga melahirkan cinta dan kasih sayang paripurna.

Sejak kecil tidak pernah sedikitpun terdengar kata-kata keluhan dari ibu dalam mengasuh dan merawat anak-anaknya. Kami bersaudara empat orang, dan tumbuh besar bersama-sama di kampung.

Perhatian dan kasih sayang ibu kepada kami begitu besar dan tulus, mulai dari menyiapkan sarapan pagi sebelum ke sekolah, mencuci pakaian, mendampingi belajar dimalam harinya, hingga hal-hal kecil yang detail tak luput dari perhatian seorang ibu.

Ibu, Kenangan Ramadan Masa Kecil dan Keinginan Berpuasa Meski Sakit

Foto Ibu Bersama Almarhum Ayah/dokpri
Foto Ibu Bersama Almarhum Ayah/dokpri
Pada setiap Ramadan, saya selalu terkenang dengan segala aktivitas ibu menyiapkan keperluan ibadah puasa. Seperti menyiapkan menu sahur dan buka puasa, menyiapkan perlengkapan salat dan lainnya.

Setiap hari ibu memastikan tersedianya menu buka puasa, bagi ayah dan anak-anaknya yang berbeda selera. Ibu selalu menanyakan perihal keinginan tentang menu makanan yang kami mau, dan ibu selalu berusaha menyediakannya. Sungguh perhatian dan kasih sayang sejati seorang ibu.

Teringat perlakuan ibu yang begitu sayang. Seingat saya hanya sekali ibu melakukan tindakan fisik, pun dengan sebuah alasan kuat, dan saya ingat betul peristiwa itu.

Saat itu, saya meminta uang jajan dua ratus rupiah, namun ibu hanya memberi lembar seratus, saya merajuk dan merobek uang itu. Ibu marah dan memelintir tangan saya hingga menangis. Namun setelah itu ibu pun menangis dan memeluk seraya mengatakan:

“Nak, uang itu adalah rezeki dari Allah, Ayah menjemputnya dengan susah payah, Ayah berangkat kerja pukul enam pagi, pulang ke rumah pukul dua siang, berjalan sejauh sekira lima kilometer. Ayah pun tak makan siang di kantor, sebab hanya mau makan siang bersama kita”

Peristiwa itu terekam kuat dan membekas dalam ingatan hingga kini.

Saat ini usia ibu sudah senja, sering sakit-sakitan dan Ramadan kali ini tak ada lagi ayah mendampinginya. Ayah meninggal setahun yang lalu, kini ibu tinggal di kampung halaman bersama dua saudara saya.

Meski sakit, ibu masih “ngotot” dan semangat melaksanakan puasa, namun setelah di berikan penyampaian dan nasehat dokter, akhirnya ibu melunak. Betapa jiwa seorang ibu masih perhatian terhadap kewajiban kepada Allah meskipun fisiknya sudah tidak memungkinkan.

Juru parkir; wanita tangguh yang kupanggil Indo’

Ibu Hariana, Juru Parkir Pasar Kampung Baru Tengah, Kota Balikpapan (Dokpri)
Ibu Hariana, Juru Parkir Pasar Kampung Baru Tengah, Kota Balikpapan (Dokpri)
Sosoknya ramah dan bersahaja. Setiap kali bertemu senyumannya selalu tersungging. Cukup intens kami bertemu, hampir setiap hari kerja, dari senin hingga jumat.

Namanya Hariana, juru parkir wanita di kawasan pasar kampung baru, Kota Balikpapan. Setiap hari beliau menjaga area parkir tersebut. Bekerja dari pukul enam pagi hingga pukul delapan malam, bahkan terkadang hingga larut malam.

Pekerjaan itu ia tekuni sejak sekira tiga tahun yang lalu, sejak sang suami meninggal dunia akibat kecelakaan. Sejatinya pekerjaan sebagai juru parkir ini adalah warisan dari sang suami.

Satu-satunya pekerjaan yang menopang hidupnya kini adalah menjadi juru parkir.

Saat ini beliau hidup sendiri alias sebatang kara di rumah kayu sederhana di pinggir laut, yang merupakan satu-satunya peninggalan sang suami. Anak-anaknya sudah tumbuh dewasa dan menetap di luar kota.

Indo’, Tetap Semangat dan Energik Meski Berpuasa

Foto Bersama Ibu Hariana, Juru Parkir Pasar Kampung Baru Tengah, Kota Balikpapan/dokpri
Foto Bersama Ibu Hariana, Juru Parkir Pasar Kampung Baru Tengah, Kota Balikpapan/dokpri
Sekira dua tahun lamanya kami berinteraksi. Beliau dengan semangat dan tekun menjaga kendaraan yang terparkir di area kerjanya. Kurun waktu itu membuat kami serasa akrab, bahkan saking akrabnya, saya memanggil beliau indo’, sebutan ibu dalam bahasa daerah bugis.

Karena keakraban itu, beliau selalu menyediakan tempat khusus buat kendaraan saya yang berlindung di bawah pohon, dekat tempat duduk/istirahatnya.

Meski usianya tidak muda lagi beliau begitu semangat dan energik melakukan pekerjaannya. Panas matahari dan hujan tidak menghalangi beliau dalam menunaikan tugas.

Bahkan di bulan suci Ramadan ini, beliau tetap melaksanakan puasa, meski disengat panas matahari, hingga hari ke Sembilan, puasanya belum ada yang di batalkannya.

Demikianlah dua sosok wanita tangguh di bulan Ramadan versi saya, semoga kisah ini menjadi inspirasi dan hikmah bagi kita semua, Amin.

Grand Cordela AS Putra Kuningan

GRAND CORDELA HOTEL AS PUTRA KUNINGAN/omegahotelmanagement.com
GRAND CORDELA HOTEL AS PUTRA KUNINGAN/omegahotelmanagement.com
Sebagai pilihan yang cocok untuk pelancong bleisure, hotel ini dikelilingi oleh kawasan bisnis dan komersial di kuningan. Jawa barat. Lokasinya mudah diakses dari Stasiun Kereta Api Cirebon (1,5 jam) dan dari pintu keluar tol Ciperna, Cirebon (1 jam). Hotel ini memiliki 112 kamar dan suite, restoran dalam dan luar ruangan, Kinanti Lounge & Cafe, kolam renang luar ruangan, ruang pertemuan, dan Grand Asmarandana Ballroom, sebagai ballroom terbesar di Kuningan dengan kapasitas hingga 1500 pax. Nikmati akses wi-fi gratis 24 jam di semua area hotel. Selamat datang bersama kami!

Semoga Bermanfaat

Salam Hangat

Ali Musri Syam Puang Antong

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun