Di atas Sebuah Bukit Kecil
Tatapan mata menerawang jauh
Memandangi setiap sudut-sudut
Banyak yang tampak di ufuk
Alam, kota, dan juga wajahmu
Ke utara nampak jelas barisan rumah-rumah kumuh
Semrawut tak menentu
Di belakangnya sepanjang teluk tak lagi biru
Di bibirnya sampah-sampah berserakan mengganggu
Ke timur gugusan pohon bakau menghijau
Memandangnya, menghadirkan hati sejuk
Jiwa kerontang menjadi syahdu
Burung-burung terbang kian kemari tak ragu
Ke barat, rumah para penghuni kota yang lebih maju
Bangunannya lebih presisi dan nampak baru
Rumah-rumah Tuhan bermenara tinggi, ke langit menjunju
Sangat cukup keras pekikannya hingga bukit tempatku terpaku
Ke selatan, pandangan tertutup lebat hutan randu
Hanya mampu melihat ranting-ranting rapuh
Mengikhlaskan daun-daun luruh
Menyaksikan wajahmu terus mengganggu; merayu-rayu
Balikpapan, 12 Maret 2021
Ali Musri Syam Puang Antong
Baca Juga Puisi Lainnya:
Puisi Sebelumnya: Sepasang Mata di Keheningan.
https://www.kompasiana.com/alimusrisyam/60479a538ede481a86765873/puisi-sepasang-mata-di-keheningan
Puisi Pilihan: Musim.
https://www.kompasiana.com/alimusrisyam/60451632d541df2b1b27f7c2/puisi-musim
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H