Hitung - hitungan dengan Tuhan
Di sebuah surau sederhana
Aku tiba-tiba mengingat Tuhan
Agu gamang
Apa hendak Kulakukan?
Serasa ingin ke toilet
Bergegas pelan
Nyatanya antri
Toilet pun cuma sebuah
Dalam pada menunggu
Aku masih ingat Tuhan
Aku bergumam dalam hati
"Tuhan, Jangan sampai Aku kebelet"
Dan Aku menanggung malu
Segera doaku makbul
Toilet terbuka, pertanda dapat giliran
Saat sedang khusyuk mengikhlaskan kepergian hajat
Aku lantas berpikir
Dan hitung-hitungan dengan Tuhan
;Ia telah mengabulkan pintaku
 Lantas Aku membalasanya dengan cara apa?
Akhirnya kelar hajat
Aku keluar dari kamar merenung
Selangkah kaki melangkah
Seorang ibu renta menawarkan gorengan untuk dibeli
Lantas kulihat isi dompet
Hanya sepuluh ribu
;Lima lembar uang dua ribu
"Nek, Aku beli enam ribu aja yah"
Uangku hanya ini,
Sisanya infak toilet dua ribu
Tukang parkir dua ribu
Sejurus kemudian
Seorang penjaga masjid berbisik
;Pagi ini Kamu telah melakukan tiga hal kebaikan:
 Jajanan nenek itu, baru Kamu penglarisnya
 Kotak amal masih kosong sebelum Kau isi
 Tukang parkir didepan sejak pagi
 Belum ada yang membayar jasanya
Seketika Aku berlutut dan mengusap wajah
Balikpapan, Jumat Berkah 5 Februari 2020
Ali Musri Syam Puang Antong
* Puisi Pilihan: Perahuku Tak Sampai ke Samudera.
* Puisi Sebelumnya: Hening Malam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H