Mohon tunggu...
Ali Musri Syam
Ali Musri Syam Mohon Tunggu... Sekretaris - Belajar Menulis

Pekerja, menyukai sastra khususnya puisi, olahraga khususnya sepakbola, sosial politik. Karena Menulis adalah cara paripurna mengeja zaman, menulis adalah jalan setapak menjejalkan dan menjejakkan kaki dalam rautan sejarah, menulis menisbahkan diri bagi peradaban dan keberadaban. (Bulukumba, Makassar, Balikpapan, Penajam Paser Utara) https://www.facebook.com/alimusrisyam https://www.instagram.com/alimusrisyam/

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hitung-hitungan dengan Tuhan

5 Februari 2021   11:00 Diperbarui: 5 Februari 2021   11:08 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen Koran Minggu

Hitung - hitungan dengan Tuhan

Di sebuah surau sederhana
Aku tiba-tiba mengingat Tuhan

Agu gamang
Apa hendak Kulakukan?

Serasa ingin ke toilet
Bergegas pelan

Nyatanya antri
Toilet pun cuma sebuah

Dalam pada menunggu
Aku masih ingat Tuhan
Aku bergumam dalam hati
"Tuhan, Jangan sampai Aku kebelet"
Dan Aku menanggung malu

Segera doaku makbul
Toilet terbuka, pertanda dapat giliran

Saat sedang khusyuk mengikhlaskan kepergian hajat
Aku lantas berpikir
Dan hitung-hitungan dengan Tuhan
;Ia telah mengabulkan pintaku
 Lantas Aku membalasanya dengan cara apa?

Akhirnya kelar hajat
Aku keluar dari kamar merenung

Selangkah kaki melangkah
Seorang ibu renta menawarkan gorengan untuk dibeli

Lantas kulihat isi dompet
Hanya sepuluh ribu
;Lima lembar uang dua ribu

"Nek, Aku beli enam ribu aja yah"
Uangku hanya ini,
Sisanya infak toilet dua ribu
Tukang parkir dua ribu

Sejurus kemudian
Seorang penjaga masjid berbisik
;Pagi ini Kamu telah melakukan tiga hal kebaikan:
 Jajanan nenek itu, baru Kamu penglarisnya
 Kotak amal masih kosong sebelum Kau isi
 Tukang parkir didepan sejak pagi
 Belum ada yang membayar jasanya

Seketika Aku berlutut dan mengusap wajah

Balikpapan, Jumat Berkah 5 Februari 2020
Ali Musri Syam Puang Antong

* Puisi Pilihan: Perahuku Tak Sampai ke Samudera.

* Puisi Sebelumnya: Hening Malam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun