Perihal Hujan, Alam, dan Kenangan
Menerka-nerka mendung di angkasa
Akan kah ia berdiam
Atau bergerak terbawa angin
Menjelma bulir-bulir
Lalu jatuh pasrah
Meretas perlahan atau deras?
Gerimis atau dentuman?
Rinai meluruh di genting-genting pelan
Meretakkan dinding-dinding batu
Apakah keduanya?
Nyatanya
Hujan mengadar silih berganti
Gerimis lalu deras, gerimis lagi
Tak henti-hentinya sepanjang hari
Demikianlah hujan; menghadirkan kejutan
Gerimis, menderas!
Mencipta suasana batin
Menguyupkan alam
Menuangkan bulir-bulir beku
Manusia dan alam menyatu dalam romansa
Rekahan hujan meluruh
Menyelinap pada kuncup bunga-bunga merekah
Diantara dahan-dahan kayu yang sepi
Udara mengembara di pucuk-pucuk rimbun
Beberapa lembar daun membumi ke tanah-tanah basah
Di selasar sunyi
Di bawah recik gerimis
Aku hendak menulis puisi paling romantis
Tentang rindu mengabadi
Sosok pedusi
Tuhan
Terima kasih untuk hujan sepanjang hari
Aku menikmati bahagia
Memandang tetes demi tetes bulirnya
Menggenangi ingatan; Menjelma bait-bait kenangan
Penajam Paser Utara, 27 Januari 2021
Ali Musri Syam Puang Antong
*Puisi Terpilih: Perahuku Tak Sampai ke Samudera.
*Puisi Sebelumnya: Aku Bara Api dan Kau Takut Menjadi Abu.