Tersadar dari tidur nyenyak semalaman
Tanpa mimpi, tanpa kabar
Menemui remuk pagi
Dan sekawanan burung pipit
Pada sebuah pohon akasia
Sepasang mata ini menangkap ritual alam
Dengan pandangan masih nanar
Terlihat bulir-bulir embun meluruh
Menyaksikan rumput-rumput tersenyum
Menampung jatuhnya air
Terus berkutat di sini
Mencari jejak rindu Kau ucap kemarin
Angin berhembus pelan
Kukira ia menjadi pengantar wasiatmu
Ia sekadar lewat
Mengibas-ngibas pakaianku
Juga daun-daun itu
Menyadari tentang ini seutuhnya
Bahwa Aku terlalu berharap
Bahkan hujan tak lagi datang
Kusesap udara dengan radang rongga akut
Aku takut menderita sesak
Meski kecemasanku tentang rindu tak kunjung tandang
Matahari perlahan muncul
Sinarnya redup
Mengisyaratkan nelangsa
Aku menjelma patung
Di bawah rindang pohon
Di sekeliling rimbun ilalang
Tiada ujar
Tiada gerak
Bola mata liar, badan kaku, nafas tersengal
Tahukah Engkau pemilik jiwa
Aku menanti hadirnya rindu lewat isyarat semesta
Untuk Kueja
Balikpapan, 17 Januari 2021
Ali Musri Syam Puang Antong
*Puisi Sebelumnya: Menjelma Bayang-bayangÂ
*Puisi Pilihan Lainnya: Hujan Menderas di Bulan Januari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H