Amut lantas mengajak keluarganya untuk melanjutkan petualangannya mencari bahan bangunan rumah dan sumber makanan, sedangkan Arik dan kawanannya, duduk santai di bawah rindangnya pohon menikmati semilir angin.
Seminggu kemudian, musim hujan pun tiba. Hari pertama turunnya hujan, Arik dan keluarganya masih bisa bercengkrama menikmati dingin dalam rumahnya dengan makanan seadanya, hari kedua persediaan makanan disekitar rumahnya berkurang dan sangat susah keluar rumah sebab hujan turun tiada henti sehingga menimbulkan genangan air banjir di sekitarnya, hari ketiga mereka mulai merasakan lapar dan tak punya pilihan lain selain mendatangi rumah Amut yang berhadapan dengan rumahnya.
Di ketuknya pintu rumah Amut dan mengiba agar sudi berbagi makanan. Amut lalu mengambil beberapa lembar daun dari gudang makanan, lalu menyerahkannya kepada Arik.
Arik pun menerimanya dengan senang hati, ia terharu dan merasa bersalah menganggap Amut dan kawanannya lebai dan gila ketika dahulu mengumpulkan makanan di musim kemarau.
Amut lalu meminta maaf dan memeluk Arik dan pulang kerumahnya membagikan makanan kepada keluarganya.
Cerita Fabel ini adalah cerita imajinasi belaka, namun tersirat makna dan hikmah untuk dijadikan pelajaran dalam kehidupan. Â semoga bermanfaat
Salam Hormat
Balikpapan, 7 Januari 2021
Ali Musri Syam Puang Antong
*Tulisan Sebelumnya: Dua Sejoli, Tjiptadinata dan Roselina. Â
*Tulisan Lainnya: Hujan Menderas Di Bulan Januari.