Mohon tunggu...
Ali Musri Syam
Ali Musri Syam Mohon Tunggu... Sekretaris - Belajar Menulis

Pekerja, menyukai sastra khususnya puisi, olahraga khususnya sepakbola, sosial politik. Karena Menulis adalah cara paripurna mengeja zaman, menulis adalah jalan setapak menjejalkan dan menjejakkan kaki dalam rautan sejarah, menulis menisbahkan diri bagi peradaban dan keberadaban. (Bulukumba, Makassar, Balikpapan, Penajam Paser Utara) https://www.facebook.com/alimusrisyam https://www.instagram.com/alimusrisyam/

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Aku Tak Tahu Apa yang Terjadi

28 November 2020   13:30 Diperbarui: 28 November 2020   13:53 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku Tak Tahu Apa yang Terjadi

Bapakku seorang Kepala Desa di kampungku
Ia sudah menjabat dua kali
dan sekarang sudah masuk tahun kedua di periode kedua
Sebagai  Kepala Desa, ia sangat di hormati oleh Para Pembantunya;
Ketua RW, Ketua RT dan para warga pendukungnya
Meski banyak juga yang tak menyukainya
Karena dianggap tidak adil dalam amanatnya

Sebagian besar mata pencaharian warga kampungku adalah petani tambak
Cukup luas lahan tambak yang tersedia
Sampai suatu ketika kampungku dapat bantuan budidaya udang
Di tunjuklah Kakakku sebagai pimpinan proyek
Kakakku itu juga seorang Ketua RT
dan Dia dengan senang hati menerima tawaran menggiurkan itu
Kakakku akhirnya rangkap jabatan, dan dia tahu kalau itu tak baik secara etika

Sebagai anak bungsu
Mereka sangat sayang kepadaku
Ayah bilang;
Nanti kalau sudah panen
Aku akan diajak kakak kekota untuk jalan-jalan
dan menjual langsung hasil panen
Tentunya istri kakak tidak ketinggalan

Singkat cerita
Waktu itu pun datang, dengan naik truck sepuluh roda
Aku, kakak yang ketua RT itu beserta istrinya berangkat ke kota
Membawa udang hasil tambak yang melimpah
Ternyata hasilnya lumayan
Bagi kami orang kampung jauh di pedalaman
Serasa jadi orang kaya baru

Kami menginap di sebuah hotel besar
Aku melihat ada lima buah jumlah bintangnya
Wah Fasilitasnya;
Ada kolam renang tiga suhu; dingin, hangat, panas
dengan arena dan tempat santai, refleksi kerlap-kerlip
Juga restoran aneka makanan tak kukenali
Bersama kakak semua kunikmati

Kakak membeli jam tangan impor
Juga koper mahal
Istrinya membeli tas mewah
dan setumpuk pakaian
Aku membeli sepatu kulit mengkilap
dan sebuah sepeda terbaru; semua buatan luar negeri
Hanya dalam sehari

Setelah puas berbelanja
Kami pulang ke kampung
Naik bus paling mewah full AC
Terasa nikmat rasanya
Tidak sadar kami sampai di terminal kecamatan
Kami turun dari bus dan menuju parkiran
Sebelum sampai area parkir
; Kami di jemput beberapa orang mengenakan rompi oranye

Penajam Paser Utara, 27 November 2020
Ali Musri Syam Puang Antong

* Puisi Sebelumnya: Di Persimpangan Traffick Light
https://www.kompasiana.com/alimusrisyam/5fbff9dcd541df432023ebd2/di-persimpangan-traffick-light
* Puisi Pilihan Lainnya: Sang Pencerah
https://www.kompasiana.com/alimusrisyam/5fbf1f648ede485ce7027052/sang-pencerah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun