Kau menjemput pagi
Seumpama kekasih
Kabut mengendap - endap
Cukup tebal mengasap
Awan menggantung di langit-langit
laksana wajah - wajah letih
Kau masih asyik menenun kerudung putih
Menjelma bidadari
Surya lembut memancarkan sinar
Pagi menyampaikan kabar
Semburatnya hangat
Meneduhkan wajahmu lamat-lamat
Sebelum hari ini
Matahari telah memanggil hening
Di leburkannya cahaya-cahaya
Menyatu di kesunyian
Waktu terus beranjak
Gumpalan awan mendadak hitam pekat
Serupa moncong cerobong pabrik-pabrik tua
Warisan penjajah
Kakimu tetap berjalan
Menyusuri setapak dan lorong-lorong
Sepasang sepatu Kau kenakan
Menemani tanpa sedikit pun keluhan
Sepanjang jalan ramai
Ia tetap sepi
Tak hirau sekeliling
Pandangannya tajam kedepan menyiasati
Kau perempuan pagi
Kukenal dan Kuakrabi
Setia pada hening dan sunyi
dan Aku hanya bisa mengagumi
Penajam Paser Utara, 24 November 2020
Ali Musri Syam Puang Antong
* Puisi Sebelumnya: Perjalanan Pilu Peluk Puri https://www.kompasiana.com/alimusrisyam/5fbb2c438ede4802a571b622/perjalanan-pilu-peluk-puri
* Puisi Pilihan Lainnya: Lelaki di Atas Pusara Ayahnya https://www.kompasiana.com/alimusrisyam/5faddbed8ede487ace064942/lelaki-di-atas-pusara-ayahnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H