Lelaki meramal nasibnya menghadap timur
Ke sumber cahaya mentari pagi bersinar
Ke daun - daun hijau tak hendak luruh
Ke arah angin berhembus; dinikmatinya lembut
Jiwanya terbang menyusuri palung
Lelaki itu menyebut sebuah nama
dengan terbata - bata
Mulutnya keram; cuaca berubah drastis
Tubuhnya ringkih
dalam sendiri, merintih - menggigil
Perempuan diseberang telaga
Menanti dengan tabah
di altar tempatnya berpijak
Rumput - rumput hijau bertunas
Doanya khusyuk merapal
Sembari bersimpuh dalam teguh
Kerudungnya berkibar-kibar kacau
Desir angin membawa terbang debu-debu
Lirih suara lembut
Memanggil - manggil kekasih; meracau
dan sebuah bahtera
Tiba ditepian muara
Tubuh gigil lelaki bersandar
Angin berhembus kuat mendorong layar haluan
Tak butuh waktu lama
; Mereka bersua - bercinta; lahap
Balikpapan, 9 November 2020
Ali Musri Syam Puang Antong
*Puisi Sebelumnya : Seperti Apa? https://www.kompasiana.com/alimusrisyam/5fabe701d541df64e01756c2/seperti-apa
*Puisi Pilihan : Sebuah Kisah di Ruang Rindu https://www.kompasiana.com/alimusrisyam/5fa75117d541df70261a88d2/sebuah-kisah-di-ruang-rindu