Suara, Rindu, Corona dan Omnibuslaw
Dalam guratan wajahmu
Dalam senyuman gurihmu
Kusembunyikan rindu menggebu
Dalam semilir angin pagi
Dalam hembusan udara senja
Kukirimkan isyarat rindu memanah
Lewat wabah pandemi
Lewat wadah omnibuslaw
Kurasakan derita merindu kian menggigil
Sungguh nista corona ini
Sungguh daif hukum ini
Membenamkan rasa semakin dalam
;Suara-suara hendak dibungkam
Terlalu berat terai berkecamuk
Hati dan pikiran mengarak
Kekacauan nalar terusik
; Suara-suara menjadi serak
Muak dengan rindu
Mual dengan wabah
Menceku dengan kelakuan-kelakuan mereka
; Politisi nihil jiwa negarawan
Aku pernah berpikir untuk acuh
Pada rindu padamu
Pada wabah, pada omnibuslaw
; Ketiganya telah menghantui pikiran
Dan Aku tidak cukup kuat untuk menjadi munafik
Penajam Paser Utara, 9 Oktober 2020
Ali Musri Syam Puang Antong
*Puisi Sebelumnya: https://www.kompasiana.com/alimusrisyam/5f7e993d5541595374540bc2/atas-nama-cinta
*Puisi Pilihan Lainnya: https://www.kompasiana.com/alimusrisyam/5f7d03e2d541df55435ceb12/ayat-ayat-rindu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H