Matahari naik sepenggalah
Tertutup awan-awan pekat
Tertulis sebagai tragedi cerita
Tercatat dalam buku agenda
Sang surya tak mampu menembusi
Dinding pertahanan awan-awan putih
Alam raya tetap bersinar
Meski semburatnya berpendar
Di sini
Tercipta histori
Sepasang merpati
Terbang melintasi
Jalan-jalan sunyi
Tak ada penghuni
Sama sekali
Asyik menikmati
Ruang udara sepi
Bercinta
Memburu asmara
Ia kurang waspada
Sang betina lengah
Seekor elang jawa
Menangkapnya di udara
Jadi santapan siangnya
Kini
Sang jantan sendiri
Merenungi nasib hari-hari
Ia berkata lirih
Hidup semakin sunyi
Dunia makin tak terjamah
Kepakan sayap telah patah
Semilir angin kian sepoi
Harapan kian luruh
Aku pun siap dengan kelaziman abadi
:Hidup tanpa kekasih
Penajam Paser Utara, 5 Oktober 2020
Ali Musri Syam Puang Antong
*Puisi Sebelumnya: https://www.kompasiana.com/alimusrisyam/5f79dc1e8ede4833b913f4b2/rumah-tua-kirana
*Puisi Pilihan Lainnya: https://www.kompasiana.com/alimusrisyam/5f7742a1d541df48322f3442/terang-bulan-kehangatan-dan-konspirasi-zaman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H