Mohon tunggu...
Ali Musri Syam
Ali Musri Syam Mohon Tunggu... Sekretaris - Belajar Menulis

Pekerja, menyukai sastra khususnya puisi, olahraga khususnya sepakbola, sosial politik. Karena Menulis adalah cara paripurna mengeja zaman, menulis adalah jalan setapak menjejalkan dan menjejakkan kaki dalam rautan sejarah, menulis menisbahkan diri bagi peradaban dan keberadaban. (Bulukumba, Makassar, Balikpapan, Penajam Paser Utara) https://www.facebook.com/alimusrisyam https://www.instagram.com/alimusrisyam/

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Noktah Terakhir

4 Oktober 2020   09:00 Diperbarui: 4 Oktober 2020   09:11 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi Ali Musri Syam @Bogel77

Noktah Terakhir

Yang tersisa dari bangku itu
Adalah jejak bokongmu dan punggungku
Tatkala Engkau duduk manis menatapku
Kepalaku tergetetak manja di pangkuanmu

Namun kita lupa kapan itu terjadi
Bahkan kita pesimis untuk melakukannya lagi

Seperti hangat pagi ini
Terasa hambar tanpa semburat cahaya surya
Terhalang gumpalan awan-awan pekat
Kita pun terjebak bayang-bayang ilusi

Kau pergi tanpa mengindahkan
Titahku tak bertuan

Kusimpan noktah terakhir
Kau tuliskan pada selembar daun lontar
"Jiwaku Menggenggam Jiwamu"
Kupegang sebagai azimat penunggu

Masihkah dirimu erat menggenggam?
Kemilau cinta dilangit Balikpapan

Balikpapan 3 September 2020

Ali Musri Syam Puang Antong

*Puisi Sebelumnya : https://www.kompasiana.com/alimusrisyam/5f7742a1d541df48322f3442/terang-bulan-kehangatan-dan-konspirasi-zaman

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun