Noktah Terakhir
Yang tersisa dari bangku itu
Adalah jejak bokongmu dan punggungku
Tatkala Engkau duduk manis menatapku
Kepalaku tergetetak manja di pangkuanmu
Namun kita lupa kapan itu terjadi
Bahkan kita pesimis untuk melakukannya lagi
Seperti hangat pagi ini
Terasa hambar tanpa semburat cahaya surya
Terhalang gumpalan awan-awan pekat
Kita pun terjebak bayang-bayang ilusi
Kau pergi tanpa mengindahkan
Titahku tak bertuan
Kusimpan noktah terakhir
Kau tuliskan pada selembar daun lontar
"Jiwaku Menggenggam Jiwamu"
Kupegang sebagai azimat penunggu
Masihkah dirimu erat menggenggam?
Kemilau cinta dilangit Balikpapan
Balikpapan 3 September 2020
Ali Musri Syam Puang Antong
*Puisi Sebelumnya : https://www.kompasiana.com/alimusrisyam/5f7742a1d541df48322f3442/terang-bulan-kehangatan-dan-konspirasi-zaman