*Baca Puisi Sebelumnya : https://www.kompasiana.com/alimusrisyam/5f66dc22d541df0d4b6e0e32/sejarah-ruang-rindu
Pada Sajakmu Kutemukan Isyarat
Enam buah sajakmu terdahulu kubaca kembali
Membuatku terjaga hingga seperempat malam
Merasakan hadirmu membelai lembut wajahku lewat desir angin semilir
Cahaya lampu jalan menembus kaca jendela yang buram
Sekawanan jangkrik bernyanyi seperti orkestra dan menari
Merasuk sukmaku perihal rindu tersurat pada bait-bait anonim
Aroma parfum ruangan menggenang
Mengembalikan ingatan kesegaran aroma wajahmu wangi menawan
Tidak sekadar kucium namun kuhirup dengan pelan
Setiap kali awal berjumpa dan akan berpisah, begitu berulang-ulang
Begitulah segala hal tentang kita selalu terkenang
Membias laksana gelap malam tak kesudahan
Perihal rindu kau gores dibalik tembok-tembok diksi
Begitupun rindu kurasakan merasuk lebih dalam, kini
Rindu yang sesungguhnya selalu hadir menyeruak
Kini semakin menyesak
Kau menjelma jadi kemilau bintang gemerlap
Dilangit malam yang kian gelap
Kau adalah kirana
Yang datang tiba-tiba
Menggoda penuh damba
Tanpa kata, tanpa tanya
Tanpa rasa bersalah
Menyulut kobaran api asmara didada
Balikpapan, 20 September 2020
Ali Musri Syam Puang Antong
*Baca Puisi Lainnya : https://www.kompasiana.com/alimusrisyam/5f654c7c097f3623d5663202/janji-pagi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H