Mohon tunggu...
Ali Mursyid
Ali Mursyid Mohon Tunggu... Guru - Guru di MTs Muslimin Bojongpicung | Awardee LPDP-BIB Kemenag

Pemilik Website Bahasa Arab Madrasah (MI Arabic, MTs Arabic, MA Arabic) | Talk Less Do More

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Beralih dari Teknologi: Siswa di Finlandia Kembali Gunakan Buku Cetak

13 September 2024   13:08 Diperbarui: 13 September 2024   13:10 3525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Keywo pendidikan Finlandia dikenal sebagai salah satu yang terbaik di dunia, dengan beragam inovasi yang diterapkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Salah satu inovasi yang dilakukan adalah penggunaan teknologi dalam kelas, termasuk pemberian laptop gratis kepada siswa berusia 11 tahun ke atas. Namun, seiring waktu, muncul kekhawatiran terkait dampak negatif penggunaan teknologi berlebihan di kalangan siswa, sehingga beberapa sekolah di Finlandia mulai kembali menggunakan buku cetak sebagai media pembelajaran.

Kekhawatiran Terhadap Penggunaan Teknologi Berlebihan

Kebijakan pemberian laptop gratis pada awalnya bertujuan untuk memudahkan akses informasi dan fleksibilitas dalam belajar. Namun, orang tua dan guru di kota Riihimaki menyadari bahwa penggunaan perangkat digital yang berlebihan berdampak buruk pada siswa. Beberapa dampak yang dirasakan meliputi penurunan fokus dan keinginan siswa untuk segera menyelesaikan tugas agar dapat kembali bermain game atau berselancar di media sosial.

Penurunan hasil belajar yang terjadi di seluruh Finlandia dalam beberapa tahun terakhir menjadi perhatian serius. Pemerintah bahkan merencanakan regulasi untuk membatasi penggunaan perangkat pribadi di sekolah guna mengatasi masalah ini. Kekhawatiran tersebut menunjukkan bahwa meskipun teknologi memiliki peran penting dalam dunia pendidikan, penggunaannya yang tidak seimbang dapat menimbulkan masalah.

Kembali ke Buku Cetak: Langkah Pembaharuan

Sejak 2018, sekolah di Riihimaki mulai menggantikan buku cetak dengan perangkat digital. Namun, pada musim gugur ini, kebijakan tersebut diubah, dan buku cetak kembali digunakan di sekolah menengah. Guru dan siswa merasakan bahwa metode tradisional, seperti menggunakan pena dan kertas, memberikan dampak positif terhadap proses belajar. Siswa yang sebelumnya terdistraksi dengan perangkat digital kini dapat lebih berkonsentrasi saat belajar dari buku cetak.

Berdasarkan pengakuan salah satu siswa, Elle Sokka, penggunaan perangkat digital seringkali mengganggu perhatiannya. Sebaliknya, membaca dari buku cetak dirasa meningkatkan fokus dan pemahaman materi. Dengan demikian, langkah kembali ke metode tradisional ini dianggap sebagai upaya untuk memperbaiki performa akademis siswa dan mengatasi masalah yang diakibatkan oleh penggunaan teknologi secara berlebihan.

Dampak Kesehatan dari Penggunaan Layar Berlebihan

Menurut ahli saraf klinis Minna Peltopuro, penggunaan perangkat digital yang berlebihan bukan hanya berdampak pada kemampuan belajar, tetapi juga dapat memicu masalah kesehatan fisik dan mental, seperti gangguan kecemasan dan masalah penglihatan. Pembatasan penggunaan layar menjadi langkah yang penting untuk menjaga kesehatan siswa dan meningkatkan efektivitas belajar mereka.

Fenomena kembalinya penggunaan buku cetak di Finlandia menunjukkan pentingnya keseimbangan antara metode pembelajaran tradisional dan digital. Meskipun teknologi menawarkan banyak kemudahan, penggunaan yang berlebihan terbukti dapat mengganggu perkembangan akademis dan kesehatan siswa. Langkah Finlandia ini bisa menjadi inspirasi bagi negara lain untuk mengevaluasi pendekatan mereka dalam mengintegrasikan teknologi ke dalam pendidikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun