Mohon tunggu...
Mukti Ali Bin Syamsuddin Ali
Mukti Ali Bin Syamsuddin Ali Mohon Tunggu... Konsultan - Trainer di OPP

Suaminya Novi, ayahnya Sheikha, domisili di kampung tengah, dekat kampung monyet, Jakarta Timur.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Anak Bangsa yang Terang di Manca Negara

7 Maret 2015   04:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:03 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa bener setelah meninggalkan tanah air tercinta rasa nasionalisme itu lambat laun meluntur lantas kemudian hilang sama sekali, atau malah sebaliknya, setelah berada di negeri orang rasa cinta kepada tanah air menemukan pupuknya kemudian bersemi dan akhirnya berkembang menjadi buah yang harum.

Dalam pengembaraan saya di negeri orang, sudah saya temukan anak-anak negeri yang terus menempa diri, mereka terus belajar dan berguru ( menuntut Ilmu) hasilnya,  prestasi demi prestasi pun di raih, efeknya? tentu saja tidak hanya berimbas kepada diri mereka pribadi tetapi juga membawa nama baik bangsa dan negara Indonesia.

Pertanyaanya, apakah mereka-mereka itu itu tidak mempunyai nasionalisme, apakah mereka sudah lupa kepada Indonesia, tentu saja tidak bukan?, justru salah satu faktor yang memacu mereka untuk berprestasi di negeri orang adalah di dorong oleh rasa cinta kepada Indonesia.

Bekerja di luar negeri  termasuk di Dubai membuat mereka otomatis bersaing dengan orang-orang asing yang berasal dari berbagai negara, di dalam hati mereka yang paling dalam,  tentu saja ada tekad untuk tidak  membuat malu Indonesia, Para pekerja asal Indonesia di luar negeri adalah duta-duta bangsa, di tangan merekalah nama baik negara di pertaruhkan.

Di Dubai sudah ada duta-duta bangsa ( Pekerja asal Indonesia ) yang telah mengharumkan nama Indonesia, mereka berasal dari lintas profesi, mulai dai Chef, kapten kapal, dan  ''Pegawai negeri'' orang sini menyebutnya pegawai pemerintah. Inilah sebagian dari mereka...

Belum lama ini, Atim begitu saya memanggilnya, masuk menjadi ''cover boy'' sebuah majalah yang khusus membahas dunia Chef, Atim adalah sedikit dari chef  atau malah dia chef pertama asal Indonesia yang menjadi juri kompetisi chef tingkat global di Dubai.

Berkat Atim lah, majalah khusus Chef itu mengenal Sumatera, Atim memang orang lampung, saat ini Atim telah menikah dengan gadis Himalaya ( Nepal) dan telah di karunia seorang anak. Dari sosok Atim kita belajar bahwa imutnya bodi tidak menjadi alasan untk menjadi sukses.

[caption id="attachment_371800" align="aligncenter" width="398" caption="Atim sang Chef imut yang berprestasi besar. dok Atim"][/caption]

Orang Indonesia berikutnya adalah seorang anak muda yang bernama Mursalin, beliau baru berumur 30 Tahun, kami menyebutnya ustadz Mursalin, beliau ahli kaligrafi, lulusan pesantren dan lanjut studi di Suria, setelah selesai menuntut Ilmu sempat bekerja di kedutaan Libanon di Jakarta, kemudian beliau memutuskan untuk bekerja di Dubai. Saat ini beliau bekeja di pemerintahan Dubai, selain itu beliau mengajar kaligrafi kepada anak-anak berkebutuhan khusus.

[caption id="attachment_371801" align="aligncenter" width="470" caption="Ustadz Mursalin dengan orang Arab. dok Mursalin"]

1425678250227425312
1425678250227425312
[/caption]

Bayangkan, mengajar kaligrafi kepada orang-orang normal saja membutuhkan kesabaran, apalagi ini mengajar mereka yang berkebutuhan khusus, hanya orang yang punya hati yang ''besar'' saja yang bersedia melakukan itu dan satu lagi, beliau tidak di bayar untuk itu. Catet...bukankah kebanyakan  di antara kita selalu menuntut upah untuk sebuah hal yang sebenarnya bernama PENGABDIAN.

Dari Ustad Mursalin orang-orang lokal Dubai menjadi tahu, ternyata ada orang Indonesia yang pandai dalam seni menulis indah bahasa Arab, sehingga tidak segan mereka pun minta di ajari.

Sosok berikutnya bernama Erwin, saya memanggilnya mas Erwin, beliau adalah seorang kapten, tepatnya kapten kapal, sosoknya sederhana, namun di balik sosok sederhana itu, tersimpan potensi yang tinggi, pengabdiannya kepada perusahaan tidak perlu di ragukan lagi. Kalo selama ini citra pekerja Indonesia identik dengan ''asisten rumah tangga'' maka sosok seperti mas Erwin inilah yang nantinya pelan tapi pasti merubah citra yang sudah melekat itu.

[caption id="attachment_371802" align="aligncenter" width="504" caption="Kapten Erwin di''ruang kerjanya'' dok erwin"]

1425678378576426683
1425678378576426683
[/caption]

Semoga ke depan, semakin banyak anak negeri yang terang di luar negeri....kalo memang di dalam negeri kita potensi kita belum bisa berkembang, mengapa tidak mencoba di negeri orang?, Bukankah bumi Allah itu luas?, selain itu kita punya kesempatan untuk mengharumkan nama bangsa dan negara.

[caption id="attachment_371798" align="aligncenter" width="470" caption="Cinta kepada Indonesia akan semakin tumbuh ketika kita berada di negeri jauh. dok pribadi"]

1425677893315673896
1425677893315673896
[/caption]

Dan ini bonus terakhirnya, bekerja di luar negeri akan menumbuhkan rasa nasionalisme kita lho, rasa cinta kepada Indonesia malah semakin tebal ketika kita berada di negeri orang, enggak percaya?, tanya saja ke mereka-mereka yang sudah pernah bekerja di luar negeri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun