Mohon tunggu...
Mukti Ali Bin Syamsuddin Ali
Mukti Ali Bin Syamsuddin Ali Mohon Tunggu... Konsultan - Trainer di OPP

Suaminya Novi, ayahnya Sheikha, domisili di kampung tengah, dekat kampung monyet, Jakarta Timur.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berapa Gaji Pembantu di Uni Emirat Arab?

14 Januari 2015   06:14 Diperbarui: 4 April 2017   18:06 8904
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1421165520595565634

[caption id="attachment_364365" align="aligncenter" width="259" caption="Iklan Lowongan kerja di koran Gulf News. Dok Pribadi"][/caption]

Gaji pembantu  di Arab/ Dubai  tidak sama, tergantung dari negara mana mereka berasal selain itu faktor majikan juga sangat berpengaruh, kadang gaji resminya kecil tapi sering  dapet tambahan karena majikannya suka ngasih bonus, ada juga pembantu yang apes, udah gajinya  kecil  majikannya bakhil bin pelit jadi aja, dapetnya cuma segitu-gitu aja.

Pembokat  dari Filipina  gajinya lebih besar  di bandingkan pembantu dari Indonesia, kalo pembantu asal Filipina bisa di bayar 1700  Dirham perbulan, ( 1 Dirham = 3300 rupiah), pokoknya gaji mereka di atas 1000 dirhaman, sedangkan pembantu asal Indonesia, kebanyakan di bayarnya masih di kisaran 1000 dirham, malah ada yang cuma di gaji 800-900 dirham.

Ada sih, pembantu asal Indonesia yang di gaji sampe 2000 dirham tapi itu tidak banyak, biasanya mereka memang sudah lama bekerja di keluarga majikannnya, di samping itu, kebetulan juga sang majikan enggak bakhil, namun sekali lagi , jumlah pembantu yang punya gaji 2000 dirham itu enggak banyak.

Gaji yang mereka dapetkan biasanya utuh, karena semua keperluan sehari-hari udah di sediain, kalo mau makan tinggal makan di rumah majikan, mau mandi tinggal mandi, paling-paling mereka keluar fulus untuk beli fulsa dan peralatan kosmetika, itu aja,

Kehidupan pembantu di Dubai  itu ada enak dan tidak enaknya, tidak enaknya kalo dapet majikan Arab, biasanya majikan Arab melarang para pembantunya untuk keluar rumah sendirian, selain itu pembantu juga kagak dapet libur, tapi efek positifnya gaji mereka jadi utuh.

Sedangkan majikan non Arab, suka kasih libur satu hari dalam seminggu, kebanyakan dapet libur pas hari Jum'at, efek negatifnya,  gaji mereka bisa terkuras habis buat belanja dan hura-hura.  Dubai adalah kota yang penuh dengan godaan belanja, sekali kita tergoda alamat habis uang di celana.

Idealnya sih, emang pembantu kudu dapet libur, cakepnya lagi kalo waktu libur di pake buat mengaji atau menuntut ilmu lainnya, kumpul-kumpul ama temen boleh aja, tapi harus hati-hati cari temen di Dubai, karena di sini, banyak orang India, Pakistan dan Bangladesh yang memburu pembantu asal Indonesia.

Bukan bermaksud menjelek-jelekan negara sendiri, citra pembantu asal Indonesia di sini agak kurang bagus, mereka di kenal ''gampangan'' terutama pembantu kaburan, maksud kaburan di sini adalah pembantu yang melarikan diri dari majikannya.

Mereka tidak punya paspor jadi aja mereka di tampung oleh temen-temennya yang juga kaburan, untung kalo temennya itu baik, dalam artian walau pun kaburan tapi punya kerjaan yang halal, mereka para pembantu kaburan, biasa bekerja dengan bayaran perjam. Mereka bersih-bersih rumah, cuci pakaian, membuat makanan tapi mereka tidak tinggal di dalam rumah '' majikan''. Mereka ''ngekost'' sendiri.

Uniknya gaji pembantu ''kaburan'' ini lebih besar lho, tapi itu,  tidak semua dari mereka mendapatkan pekerjaan yang halal, ada di antara mereka yang menjadi istri '' gelap'' dari orang-orang India, Pakistan dan Arab, tragisnya lagi ada juga yang terjerumus kedalam dunia prostitusi. Maksud hati menjadi pembantu tapi ''jalan hidup'' berkata lain, mereka harus melayani pria hidung zebra yang berasal dari banyak negara.

Menurut saya pribadi, sudah saat pemerintahan Jokowi menyetop pengiriman pembantu ke negara-negara Arab, kalo mau ngirim TKI,   kirimlah tenaga-tenaga yang punya keahlian, bukan apa-apa, terlalu riskan mengirim perempuan ''polos''  ke negeri-negeri asing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun