Mohon tunggu...
Alimudin Garbiz
Alimudin Garbiz Mohon Tunggu... profesional -

Failurer,  Anak Jalanan, untuk Hidup Lebih Baik, Indah dan Menantang, Tahun ini merupakan tahun menulis, Insya Allah......!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mistisisme dalam Kehidupan Masyarakat

15 Februari 2013   03:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:17 12468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mistisisme dalam Kehidupan Masyarakat (Studi terhadap Kebiasaan Masyarakat Bertanya pada Seseorang tentang Kehidupannya di Kabupaten Garut)

PENDAHULUAN

Saat ini kita dihadapkan pada kenyataan bahwa berbagai segi kehidupan mengalami kemajuan yang pesat. Hal ini tentu saja karena adanya modernisasi melalui kemajuan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Secara sederhana kita berpikir bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi akan meningkatkan derajat pemikiran dan tindakan masyarakat yang rasional dan modern. Dalam kenyataannya, di tengah perubahan besar yang terjadi. Masyarakat kita mengalami kesenjangan antara yang mengikuti modernisasi dengan yang terseok-seok terbawa arus perubahan yang perkembangan sudah perdetik ini.

Ciri-ciri utama yang melatarbelakangi sistem atau model dari suatu masyarakat modern, adalah derajat rasionalitas yang tinggi dalam arti bahwa kegiatan-kegiatan dalam masyarakat demikian terselenggara berdasarkan nilai-nilai dan dalam pola-pola yang objektif (impersonal) dan efektif (utilitarian), ketimbang yang sifatnya primordial, seremonial atau tradisional. Derajat rasionalitas yang tinggi itu digerakkan oleh perkembangan-perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan dan teknologi seringkali disebut sebagai kekuatan pendorong (driving force) bagi proses modernisasi.Dengan derajat rasionalitas yang tinggi itu, maka berkembang antara lain ciri-ciri yang kurang lebih berlaku umum yaitu tindakan-tindakan sosial, orientasi terhadap perubahan dan berkembangnya organisasi dan diferensiasi

Akan tetapi, sebuah pertanyaan mendasar adalah apakah kemajuan zaman dan ilmu pengetahun dan teknologi selalu sinergis dengan kemajuan masyarakatnya? Apakah juga Nilai-nilai dan kepercayaan yang ada di masyarakat harus selalu mengikuti perkembangan zaman tersebut ? Dimana relevansi agama dalam menghadapi perkembangan zaman melalui proses modernisasi di segala bidang kehidupan bisa menyebabkan masyarakatnya maju dan tidak terbelakang?

Zaman adalah satu hal yang selalu menjadi tantangan bagi sebuah pemikiran (filsafat, ideologi), ilmu pengetahuan, ataupun agama. Dengan berkembangnya zaman, banyak pemikiran-pemikiran manusia gugur. Ini berlaku pula terhadap hal-hal lain yang disebut diatas.

Bagaimana umat dikelola ? di pedesaan peranan ulama lokal dalam organisasi sosial umat tak dapat disangkal. Kyai-Kyai di pedesaan Jawa adalah foci dalam kegiatan-kegiatan keagamaan. Pengaruh Kyai sering melampaui masalah-masalah yang menyangkut urusan agama. Di daerah-daerah yang yang kebudayaan agamanya dominan, para Kyai bertindak sebagai konselor (pembimbing). Dalam beberapa kasus, mereka diharapkan berperan sebagai dukun dan peramal. Banyak diantara para Kyai menjadi guru tarekat atau persaudaraan sufi.

Dalam konteks inilah mistisisme berkembang dan bertahan di masyarakat. Tentu dengan segala pernak perniknya. Menurut asal katanya, kata mistik berasal dari bahasa Yunanimystikos yang artinya rahasia (geheim), serba rahasia (geheimzinnig), tersembunyi (verborgen), gelap (donker) atau terselubung dalam kekelaman (in het duister gehuld).

Berdasarkan arti tersebut mistik sebagai sebuah paham yaitu paham mistik atau mistisisme merupakan paham yang memberikan ajaran yang serba mistis (misal ajarannya berbentuk rahasia atau ajarannya serba rahasia, tersembunyi, gelap atau terselubung dalam kekelaman) sehingga hanya dikenal, diketahui atau dipahami oleh orang-orang tertentu saja, terutama sekali penganutnya.

Salah satuyang menarik dari kajian mistis adalah tentang paranormal. Paranormal sebenarnya berarti sesuatu yang tidak dapat dijelaskan secara ilmiah, atau dapat pula disebut seseorang yang mempunyai kemampuan untuk memahami, mengetahui serta mempercayai hal-hal yang tidak dapat dijelaskan secara ilmiah. Istilah supranatural memang lebih identik maknanya dengan paranormal. Yakni sebuah istilah yang berarti tidak dapat dijelaskan secara ilmiah dan rasional. “Kedua istilah tersebut merupakan serapan dari bahasa Inggris yaitu supernatural dan paranormal,”. Dalam dunia barat, setidaknya ada tiga sebutan yang memiliki makna konotasi yang berbeda untuk konteks yang mirip dengan dukun, paranormal dan praktisi supranatural tersebut. “Tiga istilah tersebut adalah witch atau tukang sihir, psychic atau cenayang dan voodoo, dukun ilmu hitam,

Pananyaan merupakan bahasa “orang sunda” yang biasanya disebut pula“orang pintar”. Pengusaha biasanya menggunakan bahasa lamun usaha kudu make ‘samara” teu make samara mah katinggaleun. Agama seringkali menjadi salah satu jalan keluar dari berbagai persoalan tersebut. Walau begitu, tak sedikit pula yang bertentangan jalan keluar yang “dianggap” bertentangan dengan ajaran agama itu sendiri. Fenomena pananyaan adalah sebuah fakta sosial yang real terjadi di masyarakat. Sebagai contoh, dari mulai pemilihan kepala desa, pencalonan anggota dewan, bupati, gubernur dan presiden tak bisa dilepaskan dari hal tersebut.

Penulis berusaha mempelajari fakta sosial tersebut, adapun pembahasan tidak memasuki wilayah benar atau tidaknya perilaku paranormal tersebut, dalam pengertian penulis tidak memasuki wilayah kajian teologi dari panayaan atau paranormal tersebut. Akan tetapi hanya mencoba melalui kajian sosiologi serta fenomenologi dari adanya kenyataan yang terjadi sebagai sebuah gambaran nyata fenomena tersebut.

Tertarik dengan kenyataan inilah penulis mencoba menelitinya dengan memberikan judul penelitian: “Mistisisme dalam Pandangan Hidup Masyarakat (Studi terhadap Kebiasaan Masyarakat Bertanya pada Seseorang dalam Menentukan Kehidupannya di kabupaten Garut) ”.

Pengertian Mistisisme

Mistisisme, dalam bahasa Inggris mysticism, bahasa Yunani mysterion, dari mystes (orang yang mencari rahasia-rahasia kenyataan) atau myein (menutup mata sendiri). Istilah ini berasal dari agama-agama misteri Yunani yang para calon pemeluknya diberi nama mystes.

Mistisisme adalah kepercayaan bahwa kebenaran tertinggi tentang realitas hanya dapat diperoleh melalui pengalaman intuitif suprarasional, bahkan spiritual, dan bukan melalui akal (rasio atau reason) logis belaka.

Berdasarkan arti tersebut mistik sebagai sebuah paham yaitu paham mistik atau mistisisme merupakan paham yang memberikan ajaran yang serba mistis (misal ajarannya berbentuk rahasia atau ajarannya serba rahasia, tersembunyi, gelap atau terselubung dalam kekelaman) sehingga hanya dikenal, diketahui atau dipahami oleh orang-orang tertentu saja, terutama sekali penganutnya.

Beberapa pendapat tentang paham mistik atau mistisisme :

1.Kepercayaan tentang adanya kontak antara manusia bumi (aardse mens) dan tuhan (Dr. C.B. Van Haeringen, Nederlands Woordenboek, 1948).

2.Kepercayaan tentang persatuan mesra (innige vereneging) ruh manusia (ziel) dengan Tuhan (Dr. C.B. Van Haeringen, Nederlands Woordenboek, 1948).

3.Kepercayaan kepada suatu kemungkinan terjadinya persatuan langsung (onmiddelijke vereneging) manusia dengan Dzat Ketuhanan (goddelijke wezen) dan perjuangan bergairah kepada persatuan itu (Algemeene Kunstwoordentolk, J. Kramers. Jz).

4.Kepercayaan kepada hal-hal yang rahasia (geheimnissen) dan hal-hal yang tersembunyi (verborgenheden). (J. Kramers. Jz).

5.Kecenderungan hati (neiging) kepada kepercayaan yang menakjubkan (wondergeloof) atau kepada ilmu yang rahasia (geheime wetenschap). (Algemeene Kunstwoordentolk, J. Kramers. Jz).

Selain diperolehnya definisi, pendapat-pendapat tentang paham mistik diatas berdasarkan materi ajarannya juga memberikan adanya pemilahan antara paham mistik keagamaan (terkait dengan tuhan dan ketuhanan) dan paham mistik non-keagamaan (tidak terkait dengan tuhan ataupun ketuhanan).

Ajaran dan Sumber Mistisisme

Selain serba mistis, ajarannya juga serba subyektif tidak obyektif. Tidak ada pedoman dasar yang universal dan yang otentik. Bersumber dari pribadi tokoh utamanya sehingga paham mistik itu tidak sama satu sama lain meski tentang hal yang sama. Sehingga pembahasan dan pengalaman ajarannya tidak mungkin dikendalikan atau dikontrol dalam arti yang semestinya.

Biasanya tokohnya sangat dimuliakan, diagungkan bahkan diberhalakan (dimitoskan, dikultuskan) oleh penganutnya karena dianggap memiliki keistimewaan pribadi yang disebut kharisma. Anggapan adanya keistimewaan ini dapat disebabkan oleh :

1.Pernah melakukan kegiatan yang istimewa.

2.Pernah mengatasi kesulitan, penderitaan, bencana atau bahaya yang mengancam dirinya apalagi masyarakat umum.

3.Masih keturunan atau ada hubungan darah, bekas murid atau kawan dengan atau dari orang yang memiliki kharisma.

4.Pernah meramalkan dengan tepat suatu kejadian besar/penting.

Sedangkan bagaimana sang tokoh itu menerima ajaran atau pengertian tentang paham yang diajarkannya itu biasanya melalui petualangan batin, pengasingan diri, bertapa, bersemedi, bermeditasi, mengheningkan cipta dll dalam bentuk ekstase, vision, inspirasi dll. Jadi ajarannya diperoleh melalui pengalaman pribadi tokoh itu sendiri dan penerimaannya itu tidak mungkin dibuktikannya sendiri kepada orang lain.

Dengan demikian penerimaan ajarannya hampir-hampir hanya berdasarkan kepercayaan belaka, bukan pemikiran. Maka dari itulah di antara kita ada yang menyebutnya paham, ajaran kepercayaan atau aliran kepercayaan (geloofsleer).

2.2.Agama dan Mistisisme

Kata agama berasal dari bahasa Sansekerta dari kata a berarti tidak dan gama berarti kacau. Kedua kata itu jika dihubungkan berarti sesuatu yang tidak kacau. Jadifungsi agama dalam pengertian ini memelihara integritas dari seorang atau sekelompok orang agar hubungannya dengan Tuhan, sesamanya, dan alam sekitarnya tidak kacau.Karena itu menurut Hinduisme, agama sebagai kata benda berfungsi memeliharaintegritas dari seseorang atau sekelompok orang agarhubungannya dengan realitastertinggi, sesama manusia dan alam sekitarnya. Ketidak kacauan itu disebabkan oleh penerapan peraturan agama tentang moralitas,nilai-nilai kehidupan yang perlu dipegang,dimaknai dan diberlakukan.Pengertian itu jugalah yang terdapat dalam kata religion (bahasa Inggris) yang berasal dari kata religio (bahasa Latin), yang berakar pada kata religare yang berartimengikat.

Esensi Agama seperti mitologi adalah animisme (dari bahasa latin, anima, berarti roh)-kepercayaan pada kekuatan pribadi yang hidup dibalik semua benda. Suatu karakteristik yang dimiliki oleh agama, baik besar atau kecil, kuno atau modern adalah kepercayaan pada roh yang berpikir, bertindak dan merasa seperti pribadi manusia.

Geertz menyatakan bahwa religi merupakan pancaran kesungguhan moral. Hal ini sejalan dengan pemikiran Tolstoy yang berpendapat bahwa mistik bersifat tak tertandingi. Di dalamnya menancap iman. Keimanan enyebabkan seseorang hidup dan laku mistik penuh dengan moral luhur.

Mistisisme dijumpai dalam semua agama, baik agama teistik (Islam, kristen dan yahudi) maupun dikalangan mistik nonteistik (misalnya penganut agama buddha). Menurut Prof. Harun Nasution, dalam tulisan Orientalis Barat, mistisisme yang dalam Islam adalah tasawuf disebut sufisme. Sebutan ini tidak dikenal dalam agama-agama lain, melainkan khusus untuk sebutan mistisisme Islam (Harun Nasution, 1973:56).

Sebagaimana halnya mistisisme, tasawuf atau sufisme mempunyai tujuan memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan tuhan, sehingga disadari benar bahwa seseorang berada dihadirat Tuhan. Intisarinya adalah kesadaran akan adanya komunikasi atau dialog antara roh manusia dengan tuhan dengan mengasingkan diri dan berkontemplasi (Harun Nasution, 1972:56).

Ketika seseorang mendengar istilah "Agama Jawa" disebut orang, serta-merta terlintas suatu gambaran tertentu tentang tradisi yang berkembang dalam
komunitas Jawa tertentu yang terbedakan secara jelas dari agama, khususnya Islam, yang juga perkembangan berdampingan dengannya.Artinya, dalam "Agama Jawa" itu terdapat suatu pandangan hidup (world
view) yang terdiri dari sistem kepercayaan, peribadatan, etika, filsafat, seni, dan lain-lain, yang secara keseluruhan disebut dengan "Agama Jawa," dan itu bukan Islam, bukan Kristen atau Katholik, bukan Hindu, juga bukan Budha.

Prof Afif Muhammad menyatakan bahwa Agama Jawa adalah agama yang sarat dengan mistisisme. Ia memiliki sistem kepercayaan tentang mikrokosmos dan makrokosmos, manuggaling kawula-Gusti(monisme), keselarasan hidup dengan alam, dan lain-lain yang sangat khas dan
terbedakan secara jelas dengan Islam. Mistisisme Jawa, selain terlihat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat
Jawa (Niels Mulder, 1980), juga memiliki literatur yang sangat melimpah.

Masih menurut prof Afif Muhammad, Adalah sangat wajar jika Agama Jawa sarat dengan mistisme, sebab di Jawa agama Hindu dan Budha menyisakan banyak sekali warisan, baik dalam bentuk candi-candi maupun literatur-literatur sastra dan suluk Jawa. Dengan demikian,masyarakat Jawa memiliki hubungan yang sangat kuat dengan spiritualisme Hindu dan Budha.

Agaknya, karena itu pula, tasawuf model Syekh Siti Jenar sangat populer di kalangan masyarakat Jawa, bahkan anak-anak pun sangat kenal dengan tokoh
legendaris ini.

Di Jawa juga dikenal adanya Serat Dewa Ruci, Serat Hidayat Jati, Serat Gatoloco, Serat Kebokenongo, Serat Seh Siti Jenar, Serat Suluk Walisongo, Serat
Centini, Serat Cabolek, dan serat-serat lainnya, yang kesemuanya berisi ajaran mistik Jawa.

Di Tatar Sunda, fenomena tersebut hampir tidak ditemukan. Di wilayah ini terdapat sedikit sekali candi-candi yang dapat mengingatkan orang tentang Hindu
dan Budha. Juga, sependek pengetahuan saya, tidak terdapat banyak literatur seperti serat-serat dalam sastra dan suluk Jawa.

2.3.Mistisisme dalam Pandangan Psikologi Agama

Jika dikaji lebih lanjut, mitisisme menurut pandangan psikologi agama, hanya terbatas pada upaya untuk mempelajari gejala-gejala kejiwaan tertentu yang terdapat pada tokoh-tokoh mistik tanpa harus mempermasalahkan agama yang mereka anut. Mistisisme merupakan gejala umum yang terlihat dalam kehidupan tokoh-tokoh mistik, baik yang teistik maupun nonteistik.

Latar Belakang Sejarah Perkembangan Timbulnya Mistisisme:
1. Sejarah Perkembangan Aliran Kepercayaan
Manusia dan masyarakat hidup dalam dua lingkungan, yaitu lingkungan alam dan lingkungan masyarakat. Lingkungan alam meliputi, benda organis dan anorganis yang hidup disekitar manusia dan lingkungan masyarakat adalah masa manusia yang berada disekitarnya. Didorong oleh keinginan untuk mempertahankan hidupnya, maka timbul keinginan mereka untuk mencari jalan agar pengaruh alam itu tidak merugikan dan membinasakan mereka. Berdasarkan kondisi sosial budaya yang mereka miliki dicarilah usaha untuk menguasai alam dengan kekuasaan gaib sejalan dengan kekuatan alam yang bagi mereka merupakan kekuatan gaib. Diciptakanlah mantera-mantera yang dianggap sakti untuk menguasai, menangkal atau membinasakan kekuatan gaib alamiah itu.  Perkembangan itu melibatkan masyarakat umum dan individu yang bersifat umum berkembang menjadi kultus dan individualis berkembang menjadi perdukunan.


2. Hal-Hal yang Termasuk Mistisisme

a.Ilmu Gaib

Yang dimaksud dengan ilmu gaib disini adalah cara-cara dan maksud mengunakan kekuatan-kekuatan  yang diduga ada di alam gaib, yaitu yang tidak dapat diamati oleh rasio dan penngalaman fisik manusia.

Kekuatan-kekuatan gaib ini dipercayai ditempat-tempat tertentu, pada benda-benda (pusaka) ataupun berada dan menjelma dalam tubuh manusia.
Sejalan dengan kepercayaan tersebut timbullah fetisen, tempat keramat dan dukun sebagai wadah dari kekuatan gaib. Berdasarkan fungsinya kekuatan gaib itu dapat dibagi menjadi:

1) Kekuatan gaib hitam (black-magic), untuk dan mempunyai pengaruh jahat.

2) Kekuatan gaib merah (red-magic), untuk melumpuhkan  kekuatan atau kemauan orang lain (hypnotisme)

3) Kekuatan gaib kuning (yellow-magic), untuk praktik occultisme

4) Kekuatan gaib putih (white-magic), untuk kebaikan
b. Magis

Untuk menjelaskan hubungan antara unsur-unsur kebatinan ini kita pertentangkan magis ini dengan masalah lain yang erat hubungannya:
1) Magic dan takhayul

Orang percaya bahwa membunuh seseorang dapat dipergunakan bagian yang berasal dari tubuh orang yang dimaksud. Misalkan, untuk membunuh musuh dengan cara membakar rambut atau kukunya.
2) Magis dan ilmu gaib

jika kita pergunakan contoh di atas, maka mempercayai kemampuan membunuh dengan menggunakan keampuhan rambut dan kuku melalui suatu proses pengolahan tertentu secara irasional tergolong ilmu gaib

3) Magis dan kultus

4) Dan dianggap mempunyai kekuatan memaksa kehendak kepada supernatural (tuhan). Kultus merupakan perbuatan yang terbatas pada mengharap dan mempengaruhi supernatural (tuhan).

c. Kebatinan

Menurut pendapat Prof.Djojodiguno, S.H. berdasarkan hasil penelitiannya di indonesia, aliran kebatinan dapat dibedakan menjadi:

1) Golongan yang hendak menggunakan kekuatan gaib untuk melayani berbagai keperluan manusia (ilmu gaib)

2) Golongan yang berusaha untuk mempersatukan jiwa manusia dengan tuhan selama manusia itu masih hidup agar manusia itu dapat merasakan dan mengetahui hidup di alam baka sebelum manusia itu mengalami mati
3) Golongan yang berniat mengenal tuhan (selama manusia itu masih hidup) dan menebus dalam rahasia ke-tuhanan sebagai tempat asal dan kembalinya manusia
4) Golongan yang berniat untuk menempuh budi luhur di dunia serta berusaha menciptakan masyarakat yang saling harga-menghargai dan cinta-mencintai dengan senantiasa menginddahkan perintah-perintah tuhan


d. Para Psikologi

Menurut ilmu jiwa, gejala jiwa manusia itu dapat dibagi atas:
1) Gejala jiwa yang normal, yang terdapat pada orang yang normal
2) Gejala jiwa yang abnormal terdiri dari:
a) Gejala jiwa supranormal

b) Gejala jiwa paranormal

c) Gejala jiwa abnormal

Gejala-gejala jiwa paranormal ini dimiliki seseorang berdasarkan anugrah yang Maha Kuasa tanpa dipelajari, sehingga mempunyai kemampuan melebihi gejala jiwa orang yang normal, berupa:

1) Kemampuan mengetahui sesuatu peristiwa sebelum terjadi

2) Kemampuan perubahan-perubahan tanpa menggunakan kekuatan yang terdapat dalam fisik

e. Aliran Kebatinan dan Schizoprenia

Akibat psikologis lainnya dari aliran kebatinan dapat berupa:
1) Pemimpin terlalu terlibat secara emosional terhadap pengikutnya: jatuh cinta, free sex, dan lain-lain

2) Pemimpin cenderung untuk membiarkan individu tergantung pada karismanya yang mungkin mengarah kepada kultus individu

3) Sering terjadi unsur eksploitasi dari pribadi-pribadiyang mengidap paranoida yang ingin menarik simpati

4) Memungkinkan terjadinya depresi yang menjurus ke arah pengorbanan diri dan keinginan bunuh diri (suicide)

2.4.Tasawuf sebagai Mistisisme Islam

Di kalangan para intelektual barat, istilah tasawuf sering disebut sebagai “mistisisme” (mysticism). Ada pula yang menyebutnya zuhudisme. Pada mulanya istilah mistisisme itu diperkenalkan oleh intelektual barat untuk menyebut fenomena atau aspek dalam tradisi Kristen yang menurut pemahaman mereka, menekankan pada pengetahuan religius yang diperoleh melalui pengalaman luar biasa atau wahyu suci.

Namun, bila mistisisme dikatakan bermula dari tradisi Kristen, itu tidaklah tepat. Konsep-konsep tentang Tuhan, jiwa, dan tema-tema tentang hubungan cinta antara Tuhan dan jiwa manusia dapat ditemukan di dalam semua pengalaman religius di luar agama Kristen atau selain barat.

Mistik memang tidak bisa dipahami dan dijelaskan dengan cara apa pun, filsafat maupun penalaran tidak bisa mengungkapkannya. Definisi semacam itu tidak dapat melukiskan kenyataan yang menjadi tujuan mistik. Hanya pengalaman rohani/spiritual yang sampai pada puncak kearifan dapat mendalaminya.

Dalam artinya yang paling luas, mistik bisa didefinisikan sebagai kesadaran terhadap Kenyataan Tunggal, yang mungkin disebut kearifan, Cahaya atau Cinta. Mistik bisa juga didefinisikan sebagai cinta kepada yang Mutlak. Cinta membuat insan mampu menyandang, bahkan menikmati, segala sakit dan penderitaan yang dianugerahkan Tuhan kepadanya untuk mengujinya dan memurnikan jiwanya mencapai kesempurnaan (insan kamil).

Tasawuf meraih sasaran yang tidak bisa digapai oleh cara-cara lain seperti filsafat. Bila filsafat berupaya memahami hakikat dari sebuah realitas–termasuk Realitas Tertinggi–melalui akal, tasawuf menyingkapnya melalui rasa, qalbu. Tasawuf adalah autobiografi spiritual yang khas. Pelaku tasawuf akan menjalani cara-cara mendisiplinkan jiwa, ikhtiar mengendalikan dan menekan impuls-impuls ragawinya. Proses ini berawal dengan upaya pertobatan dan lebih dari sekadar perjalanan ruhani. Ini bisa disebut sebagai jalan (thariqat) dalam membersihkan diri. Thariqat merupakan epistemologi untuk memperoleh pengetahuan mistik.

Dari pernyataan di atas dengan mudah dapat dilihat bahwa mistisisme tidak sama untuk setiap orang mengalaminya. Oleh karena itu, ada berbagai macam atau jenis. Terdapat dua teori Realitas Ilahi: emanasi atau imanensi. Pada tampilan emanasi, segala sesuatu di alam semesta ini melimpah dari Tuhan. Pada tampilan imanensi, alam semesta tidak diproyeksikan dari Tuhan, tapi direndam dalam Tuhan.

4.1.Deskripsi Umum Kondisi Sosial Keagamaan di Kabupaten Garut

Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat yang secara geografis berdekatan dengan Kota Bandung sebagai ibukota provinsi Jawa Barat, merupakan daerah penyangga dan hitterland bagi pengembangan wilayah Bandung Raya. Oleh karena itu, Kabupaten Garut mempunyai kedudukan strategis dalam memasok kebutuhan warga Kota dan Kabupaten Bandung sekaligus pula berperan di dalam mengendalikan keseimbangan lingkungan.

Kondisi Sosial Kegamaan di Kabupaten Garut

Pada awal tahun 2010, komposisi pemeluk Agama di Kabupaten Garut menurut Kantor Departemen Agama Kabupaten Garut adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3

Jumlah Pemeluk Agama di Kabupaten Garut

Agama

Jumlah

Islam

2.499.938

Katholik

1.558

Protestan

1261

Hindu

358

Budha

798

JUMLAH

2.503.913

Sumber : Kantor Departemen Agama Kabupaten Garut tahun 2011

Tabel 4.4

Rekapitulasi Pemuka Agama yang tercatat di Kemenag :

Pemuka Agama

Jumlah

Ulama

2.722

Mubaligh

5.833

Khotib

8.625

Guru Ngaji

10.229

Penyuluh Agama

369

Sumber : Kantor Departemen Agama dan BPS Kabupaten Garut tahun 2011

4.1.2.Sarana Peribadatan dan Pondok Pesantren

Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya umumnya sarana peribadatan mengalami peningkatan.  Namun keadaan jumlah pondok pesantren dan santrinya bersifat fluktuatif.

Tabel 4.5.

Keadaan Sarana Peribadatan di Kabupaten Garut
(dalam 5 tahun terakhir)

Th-1

Th-2

Th-3

Th-4

Th-5

Masjid

4.187

4.117

4.297

4.777

4.777

Langgar

6.720

6.720

6.677

6.963

6.963

Mushola

3.528

3.439

3.571

3.878

3.878

Gereja

5

.5

5

5

5

Vihara

1

1

1

1

1

Pura

0

0

0

0

0

Sumber : Kantor Departemen Agama Kabupaten Garut

Tabel 4.6.

Pondok Pesantren di Kabupaten Garut
(dalam 6 tahun terakhir)

Th-1

Th-2

Th-3

Th-4

Th-5

Th-6

Pondok Pesantren

528

575

575

779

872

1060

Santri

Laki-laki

34.668

33.444

34.550

57.263

47.929

56.780

Perempuan

30.396

31.379

30.865

53.260

48.682

41.968

Jumlah

65.064

64.823

65.415

110.523

197.483

98.748

Sumber : Kantor Departemen Agama Kabupaten Garut

Tabel 4.7.

Keadaan Sarana Peribadatan

di Kabupaten Garut
(dalam 5 tahun terakhir)

Th-1

Th-2

Th-3

Th-4

Th-5

Masjid

4.187

4.117

4.297

4.777

4.777

Langgar

6.720

6.720

6.677

6.963

6.963

Mushola

3.528

3.439

3.571

3.878

3.878

Gereja

5

.5

5

5

5

Vihara

1

1

1

1

1

Pura

0

0

0

0

0

Sumber : Kantor Departemen Agama Kabupaten Garut

4.1.3.Kegiatan dan Urusan Agama

1. Kegiatan Jemaah Haji

Tabel 4.8. Kegiatan Jemaah Haji

di Kabupaten Garut
(keadaan lima tahun terakhir)

Th-1

Th-2

Th-3

Th-4

Th-5

Laki-laki

434

438

554

518

775

Perempuan

507

513

588

584

864

Jumlah

941

951

1.142

1.102

1.639

Sumber : Kantor Departemen Agama Kabupaten Garut

2. Wakaf dan Zakat

Tabel 4.9.

Wakaf dan Zakat di Kabupaten Garut Tahun 2010

Waqaf

Jumlah Petak

4534

Luas (M2)

12.487,150

Zakat

Pemberi Zakat (Jiwa)

1,227,554

Penerimaan (Rp)

Beras (Kg)

2219241,5

Uang

5.738.897.758

Jumlah

16.835.102.800

Sumber : Kantor Departemen Agama Kabupaten Garut


3. Pernikahan dan Perceraian

Tabel 4.10. Penikahan dan Perceraian

di Kabupaten Garut
(keadaan lima tahun terakhir)

Th-1

Th-2

Th-3

Th-4

Th-5

Nikah

22.548

24.023

20.394

28.316/205

29.076

Talak

229

206

230

275

313

Cerai

518

485

431

832

1175

Rujuk

2

-

-

-

Sumber : Kantor Departemen Agama Kabupaten Garut

4.1.4.Permasalahan Sosial

Berdasarkan data tahun terakhir, penduduk rawan sosial tertinggi di Kabupaten Gaurt adalah Fakir Miskin, Anak Terlantar, dan Penghuni perumahan tidak layak huni. Selengkapnya, Dinas Tenaga Kerja Sosial dan Transmigrasi melaporkan jumlah penduduk rawan sosial dalam 5 tahun terakhir sebagai berikut:

Tabel 4.11.

Jumlah Permasalahan Sosial di Kabupaten Garut

Jenis Permasalahan Sosial

2006

2007

2008

2009

2011

Generasi Muda Penyadang Masalah

0

0

0

0

0

Keluarga Penyandang Msl Sosial Psikologi

2.890

21.113

3.003

3.929

3.003

Anak Nakal

532

502

809

808

809

Lanjut Usia/Jompo/Terlantar

35.292

35.873

36.303

562

34.363

Keluarga Pahlawan Perintis

62

42

42

0

0

Wanita Rawan Sosial

31.567

31.550

39.705

18.493

36.705

Perumahan Tidak Layak Huni

73.480

73.418

56.935

90.276

53.935

Masyarakat Terasing

0

2.590

2.590

0

0

Anak Terlantar

61.532

86.666

45.629

45.656

44.656

Korban Narkotika

9.564

153

1.642

307

1.642

Penyandang Cacat

6.398

5.326

5.422

8.275

8.275

Bekas Penyandang Penyakit Kronis

998

1.000

1.000

0

325

Gelandangan Pengemis

272

262

262

435

435

Tuna Susila

158

193

99

269

269

Waria

0

4

4

0

0

Bekas Narapidana

226

220

345

325

0

Daerah Rawan Bencana

43.649

42.200

42.200

0

0

Korban Bencana Alam

8.772

8.300

6.234

0

17.653

Fakir Miskin

503.955

631.475

369.731

236.931

307.925

Anak Balita Terlantar

0

0

23.412

22.294

21.412

Anak Jalanan

0

0

728

692

692

Korban Tindak Kekerasan

0

0

914

33

914

Pengemis

0

0

343

366

435

Gelandangan

0

0

56

69

56

Komunitas Adat Terpencil

0

0

166

103

166

Korban Bencana Alam Sosial

0

0

292

0

4.572

Pekerja Migran Bermasalah

0

0

80

369

1.082

HIV/AID

0

0

12

0

98

Keluarga Rentan

0

0

8.644

0

8.644

Sumber: Dinas Tenaga Kerja, Sosial, dan Transmigrasi Kabupaten Garut 2011

4.2.Deskripsi Umum Pesantren Hikmah di Kabupaten Garut

4.2.1.Pesantren Sadang Lebak Karangpawitan Kabupaten Garut

Pesantren Salafiyah Sadang Lebak dalam perkembangannya diawali oleh adanya prakarsa seorang tokoh agama yang berkeinginan melaksanakan syiar Islam dengan cara mengajak penduduk setempat untuk mempelajari agama Islam.

Didirikan dengan latar belakang semakin bertambahnya jumlah jamaah majelis Dzikir untuk melaksanakan tarekat dan ibadah lainnya, di bawah bimbingan seorang Kyai yang bernama KH. Ade Rosyidin.

Perjuangan pendirian pondok pesantren ini dihadapkan pada hambatan dari sebagian kecil masyarakat yang kontra, karena dikhawatirkan kampung mereka akan didominasi para pendatang, tetapi hambatan tersebut tidak menurunkan hajat, semangat pendiri dan sebagian besar masyarakat sekitarnya.

Istilah Kyai disematkan kepada orang yang dituakan, bukan hanya dalam masalah agama, tetapi juga dalam masalah lainnya. Bahkan benda-benda tua peninggalan sejarah pun sering disebut dengan panggilan Kyai. Melihat realita ini, sepertinya panggilan Kyai memang tidak selalu mencerminkan tokoh agama, apalagi ulama, sebutan Kyai, yang bukan istilah baku dari agama Islam. Panggilan Kyai bersifat sangat lokal, mungkin hanya di pulau Jawa bahkan mayoritas hanya di Jawa Tengah dan Timur saja. Di Jawa Barat orang menggunakan istilah ‘Ajengan’.

Di Pondok pesantren Sadang Lebak sendiri Kyai atau Ajengan tersebut sering disebutnya dengan Ajengan Ade atau Mang Ade, menandakan sikap familiar dari pimpinan pesantren ini.

Panggilan Ustadz, biasanya disematkan kepada orang yang mengajar agama. Artinya adalah guru agama, pada semua levelnya. Mulai dari anak-anak, remaja, dewasa bahkan kakek dan nenek. Namun hal itu lebih berlaku buat di Indonesia saja.

Secara khusus para santri di Pondok Pesantren Sadang Lebak ini menyebut Ustadz dengan sebutan “Pangersa”. Khodam adalah para santri yang setia mendampingi Kyai dan keluarganya dalam kesehariannya, mereka sangat taat dan setia dalam melaksanakan segala perintah kyai dan keluarganya, baik tugas yang berhubungan dengan pendidikan di pesantren, maupun tugas pribadi Kyai, seperti mengantar jemput saat ceramah atau dakwah di tempat lain sesuai undangan atau membawakan keperluan pribadinya. Kyai di Pesantren Sadang Lebak Karangpawitan Garut mempunyai banyak Khodam.

Penggunaanistilah santri ditujukan kepada pelajar yang menekuni ilmu-ilmu keIslaman. Para santri dididik oleh para Kiai berbagai ilmu keIslaman, utamanya ilmu fikih yang bisa dipraktikkan sehari-hari dan ilmu tasawwuf/akhlak sebagai barometer kemuliaan seseorang. Para santri diberikan pelajaran tulis-menulis, terutama dengan huruf  Arab pegon. Di samping dididik cara hidup sederhana, berinteraksi dengan orang lain, berdikari, belajar mengatur diri-sendiri.

Asrama di pondok pesantren Sadang Lebak Karangpawitan Garut, dikenal dengan sebutan Kobong (bahasa Sunda), yaitu tempat tinggal santri putra dan putri. Kedua kobong santri tersebut tidak dicampur kobongnya. Tempat ini merupakan tempat istirahat dan menyimpan peralatan pribadi santri. Di Pondok Pesantren Sadang Lebak terdapat empat bangunan yang didalamya terdapat kobong-kobong. Masing masing bangunan terdri dari sekitar 20 kobong. Ditambah dua bangunan berlantai dua yang juga masig-masing mempunyai 20 kobong. Di setiap kobong tersebut santri mempunyai lemari dan yang digunakan untuk menyimpan pakaian dan kitab-kitab yang dipelajari.

Kondisi Fisik Pondok Pesantren Sadang Lebak sangat memadai, disamping mesjid dan kobong terdapat bangunan yang di atasnya ada aula yang sangat megah dan dihiasi dengan karpet yang juga terbuat dari bahan yang berkualitas. Untuk sebuah bangunan di kampung hal tersebut sangat mewah dan mencolok.

Di dekat rumah Kyai atau Mang Ade terdapat sebuah kantor sebagai tempat menerima tamu-tamu yang juga ingin berkonsultasi dan bertanya kepada Kyai Ade tersebut. Melalu seorang sekretarisnya yang menerima dan memberikan wirid pertama kepada jamaah dan tamu yang datang. Tamu yang datang ditanya darimana aslanya dan maksud serta tujuannya. Sambil menuliskan buku tamu.

Yang menarik adalah bahwa pesantren ini mempunyai pabrik yang besar yang dikelola oleh KH. Aceng Hasan SH, pabrik ini merupakan pabrik air minum kemasan dengan merk Hikmatan. Disamping itu terdapat pula pabrik bandrek ala Sadang merek “Gentong Mas”. Rumah Kyai sangat mewah di dalamnya terdapat perabotan rumah yang sangat modern. Di depan, dilengkapi dengan taman dan air mancur yang banyak ikan-ikan hias yang besar-besar dan indah.

Bangunan-bangunan keluarga besar Kyai rata-rata besar dan mewah, kontras dengan keadaan sekitarnya yang sederhana.

Sistem pendidikan Santri d Pondok Pesantren Sadang Lebak Karangpawitan Kabupaten Garut, sebagaimana lembaga Islam tradisioal yang kelahirannya terbatas di segala bidang pendidikan dan kondisinya sesuai dengan komunitas pesantren dengan fasilitas yang sederhana dan seadanya; maka tujuannya hanya utuk keagamaan sehingga sistem pendidikannya berlandaskan pada ‘tridharma pondok pesantren’, yaitu : (1) Peningkatan keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT; (2) Pengembangan keilmuan yang bermanfaat dan (3) Pengabdian terhadap agama, masyarakat dan negara. Yang dikenal dengan sloga “Iman-Ilmu-Amal”

Dalam sistem pendidikannya, pesantren ini menekankan kepada komunikasi yang spesifik seperti berikut:

1)Hubungan yang subyektif antara Kyai dengan Santri

2)Ketaatan santri yang tinggi terhadap Kyai

3)Hidup hemat dan sederhana

4)Meningkatkan kemandirian para santri

5)Meningkatkan persaudaraan (ukhuwah Islamiyah) dan tolong menolong

6)Tertanamnya sikap istiqomah

Sesuai dengan kekhasan pondok pesantren salafiyah yang berarti pondok pesantren yang menyelenggarakan pelajarannnya dengan pendekatan tradisional, maka sistem pembelajaran yang dilakukan secara individu dan kelompok dengan konsentrasi kitab-kitab kuning berbahasa Arab.

Yang menjadi keunikan dan ciri khas dari pondok pesantren Sadang Lebak Karangpawitan Garut ini adalah bahwa para santri bekerja membuat bandrek atau membungkus bandrek sebagai hasil produksi dari pesantren ini dan juga air minum daam kemasan. Sehingga para santri yang belajar di pesantren ini tak perlu membawa bekal dari orangtuanya.

Aktivitas rutin para santri di pondok pesantren Sadang Lebak Karangpawitan Garut dilaksanakan secara terprogram sesuai dengan rumusan yang disepakati mereka, para santri menyadari dan memahami bahwa mereka merupakan subyek yang dapat menentukan dan mempengaruhi aktivitas yang menurut mereka bermakna, sehingga proses belajar di pondok dapat dilaksanakan secara timbal balik antara keinginan Kyai dan kebutuhan santri.

Tabel 4.12.

Aktivitas Santri

di Pondok Pesantren Sadang Lebak Karangpawitan

Waktu

Kegiatan

Keterangan

04.35-05.00

Shalat Shubuh berjamaah dan dzikir

05.00-06.00

Pengajian Qiro’at

Oleh KH. Aceng Uum

06.00-07.30

Akhlakul Banen

Oleh KH. Aceng Ma’mun

07.30-09.30

I s t i r a h a t

09.30-11.30

Kitab Mutammimah

A Dadan

Sulamuttaofiq

Tafsir Jalalein

11.30-14.00

Istirahat, Shalat, Makan

14.00-15.00

Alfiyah

Kakak Ibrahim

Bainama

Kakak Ibrahim

15.00-14.00

Shalat Ashar

16.00-17.30

Yaqulu

KH. Aceng Iip

Tuhfatu Tholab

Ta’lim (jum’at)

17.30-18.00

Taqrib (sabtu)

KH. Aceng Iip

Daqoiq (minggu)

Tuhfatul Athfal (senin)

Kang Edi (lurah Santri)

18.00-20.00

Shalat Magrib, Istirahat

20.00-21.00

Jurumiah

KH. Aceng Hasan SH

Kelani

Sapinah

21.00-22.00

I s t i r a h a t

22.00-24.00

Membuat Bandrek (mungkusan)

Merk “Gentong Mas”

24.00-04.35

Tidur / Istirahat

Sumber : Sekretariat Pondok Pesantren Sadang Lebak Karangpawitan

4.2.2.Pesantren Al-Fatih Banyuresmi Kabupaten Garut

Sejarah Pondok Pesantren Al-Fatih lahir dan berdiri tak lepas dari sejarah tokoh pendirinya yaitu KH. Aceng Kurnia. Aceng Kurnia muda pada masanya aktif mengikuti pengajian di pesantren-pesantren yang ada di Garut. Sebagai seorang anak muda yang haus akan ilmu agama, pada waktu itu beliau bertekad dmemenuhi keinginannya untuk mencari ilmu dan berguru tentang ilmu keagamaan kepada banyak Kyai. Untuk mewujudkan impiannya tersebut berangkatlah ke Banten, beliau menjadi menjadi santri di berbagai pesantren berbekal tekad dan keinginan yang kuat untuk mendapatkan ilmu yang sebanyak-banyaknya.

Dengan tekad yang kuat tersebut, sambil “masantren” beliau buburuh / bekerja apa saja, dari mulai menjahit, nyuci, dan pekerjaan-pekerjaan lainya membantu Kyai dan siapa saja yang membutuhkan bantuannya.

Di Banten selama dua tahun berguru dan masantren lalu beliau melakukan berbagai macam laku spiritual,diantaranya beliau pernah berjalan kaki dari dari Bogor ke Cianjur.

Pulang ke Garut Aceng Muda menikah dengan seorang perempuan yang dicintainya yaitu Oneng Mulyati, seorang guru SD. Tahun 1982 Kang Aceng ini ikut mengajar di SD Sargenteng sambil menggembala domba. Ketika di Kampung sargenteng ini masyarakat belum tahu bahwa beliau seorang santri yang sudah nyantri di berbagai pondok pesantren, masyarakat hanya tahu bahwa beliau tukang gembala domba dan ngajar di SD.

Baru setelah ada seseorang yang menemukan kitab-kitab milik Kang Aceng Muda ini, barulah semua orang tahu bahwa beliau adalah orang yang berilmu.Akhirnya beliau diminta berdakwah di Kampung Cangkuang dan akhirnya mengelola masyarakat di Kampung tersebut.

Tahun 1986 beliau hijrah ke SD Genta, selama enam bulan di tempat tersebut barulah pada tahun 1987 beliau membuka atau “ngababakan” sebuah pondok pesantren dengan bangunan dari panggung. Bermula dari sanalah Pondok Pesantren Al-Fatih sampai sekarang berdiri.

Berdakwah dan mengembangkan ilmu, serta mendekatkan diri kepada Allah adalah merupakan salah satu misi KH. Aceng Kurnia beserta Pondok Pesantren Al-Fatih. Secara aliran thariqat, Kyai Haji Aceng Kurnia mengikuti salah satu thariqat mu’tabarah yakni tarikat Tijaniah.

Pondok Pesantren Al-Fatih dipimpin oleh seorang Kyai yang bernama KH. Aceng Kurnia, Kya tersebut merupkan pendiri sekaligus yang memegang kunci kepemimpinan di Pesantren Al-Fatih ini.

Sebagai pimpinan Kyai Haji Aceng Kurnia memegang peranan sentral dalam pengelolaan dan keberlangsungan baik proses belajar mengajar maupun intitusi Al-Fatih sendiri. Dengan bekal pengalamannya nyantri beberapa tahun di banyak pesantren, KH Aceng Kurnia dipercaya memiliki keilmuan yang mumpuni, baik dalam aspek keIslaman maupun dalam aspek keilmuan “elmu hikmah”.

Secara umum KH Aceng Kurnia lahir di Garut tepatnya di Desa Sangkan Tarogong Kidul Kabupaten Garut. Beliau mempunyai beberapa pengalaman pesantren dan mendalami ilmu keIslaman dan ilmu hikmah, diantaranya beliau pernah nyantri di:

1.Pondok Pesantren Al-Mahfud Kp. Nenggang Pimpinan KH Mursyidudin

2.Pesantren Sukaraja Pimpinan Kh. Rd. Totoh Muhyidin

3.Pesantren Cangkudu Riyadul Qur’an Tasikmalaya

4.Pondok Pesantren Pasir Muncang Samarang pimpinan Ajengan Komarudin

5.Pondok Pesantren Habib Muhammad di Bogor

6.Pondok Pesantren Cibulakan Samarang Garut

7.Pondok Pesantren Kebon Kolot Kecamatan Pasirwangi Samarang Garut Pimpinan KH. Aceng Surur

8.Pondok Pesantren Pimpinan di Pandeglang Banten

9.Pondok Pesantren Kadukawang Banten

10.Pondok Pesantren Pamuragan Cirebon

11.Pondok Pesantren Pimpinan KH. Ahmad Jauhari Madura

12.Pondok Pesantren Babakan Kiara Pimpinan KH. Acep

13.Pondok Pesantren Pimpinan KH. Mahmud Padalarang

Demikian Kyai Haji Aceng Kurnia mendapatkan ilmu dan pengajaran dari berbagai macam pesantren dan guru-gurunya.Beliau mengajar dari mulai tahun 1987 sampai sekarang dan pergi menunaikan ibadah haji tahun 1995.

Pada saat peneliti ke sana, peneliti diminta untuk membeli aqua oleh Ustadz Dadan yang mengantar peneliti, karena Ustadz Agus menyangka peneliti akan “tatanya” seperti halnya pasien / klien yang lain. Saat masuk pun ada dua orang ibu-ibu sedang bertanya kepada Haji Aceng ini. Di Dalam ruangan rumah ada sebuah perahu yang terbuat dari berbagai macam kayu. Menurut beliau, perahu ini dibuat sendiri oleh Haji Aceng dengan memadukan isi dua kitab sekaligus, yaitu Kitab Kifayatul Akhyar dan Kitab Hikam.

Perahu ini merupakan symbol dari bahwa kehidupan ini harus diarungi seperti halnya lautan. Maka untuk mengarungi lautan itu harus dipersiapkan perahu yang kokoh dan baik. Seperti halnya ungkapan “fasyariatun kasapfinatin wathariqatun kalbahri tsumma hakiqatun dzurrun ghola” (Syariat itu seperti perahu dan thariqat itu laksana lautan serta mutiara itu tujuan yang akan kita capai)

Fasilitas yang ada di Pondok pesantren Al-Fatih bermuara pada satu bangunan mesjid di lorong bawah tanah, menyatu dengan madrasah di atasnya yang belum beres yang menyerupai candi. Dengan meja belajar siswa terbuat dari kayu-kayu.Bangunan mesjid dan madrasah ini dibuat sendiri oleh Kyai Haji Aceng beserta santrinya, dibuat menurut arsitektur berdasarkan ilham dan juga petunjuk dari Sunan Kalijaga.

Halaman Belakang diisi oleh banyak bianatang dari mulai burung, monyet, buaya dan binatang lainnya peliharaan Sang Kyai.

Santri muqimin di peantren Al-Fatih berjumlah hanya sembilan orang. Ustad Dadan dan Kyai Haji Aceng menyatakan bahwa sembilan orang santri ini mengikuti sejarah sembilan Wali Songo yang menyebarkan ajarann Islam di Jawa.

4.2.3.Beberapa Tokoh Pondok Pesantren Lain dan Perorangan yang Membuka Hikmah dan Menjadi Pananyaan

Disamping Pondok Pesantren Sadang Lebak dan Pondok Pesantren Al-Fatih yang sudah digambarkan di atas, ada banyak Kyai, Ajengan, Ustadz yang membuka praktek hikmah di sekitar pesantrennya, hal ini membutuhkan lebih lama dan penelitian yang lebih mendalam lagi serta waktu yang tidak sedikit.

Sebagai gambaran dari 42 kecamatan (bahkan sekarang sudah ada pemekaran menjadi 43) yang ada di Kabupaten Garut, pananyaan itu tersebar di masing-masing desa bahkan kampung yang ada di Garut. Sebagian diantaranya punya pesantren, mendidik para santri, suka berceramah dan disegani masyarakat. Pesantren-pesantren tersebut diantaranya Pesantren Keresek Abah Legok, Pesantren Cipayung Mama Endin, KH Endang di pesantren Mambaul Ulum yang lebih dikenal dengan Pesantren Curug, Pesantren Ajengan Satibi di Kampung PR Karangpwitan, Ajengan Emud Sadang, Pesantren Sukaraja pimpinan Kyai/Ajengan Deden, H Zenal Cicapar yang dikenal sebagai Ajengan Koboy, di Daerah Singajaya ada Ajengan Maksum atau yang lebih dikenal dengan Mama Ciucing dan lain-lain.

Di Pesantren Najahan Bayongbong Kyai Hikmahnya KH. Ubun Bunyamin, Pondok Pesantren Nurul Huda Cibojong Cisurupan dengan tokohnya Kh Nuh Addawami, di Pesantren Suci ada ustadz Agus, yang kontroversial karena pernah menyatakan bahwa “Qur’an teh kudu ditincak” KH. Amang di Cipayung Kecamatan Selaawi. Ada pula Ajengan yang datang ke Garut dari luar daerah yang melakukan praktek Hikmah seperti Ajengan Ade dan Ajengan Saefulloh yang lebih dikenal dengan Wa Uloh.

Sedangkan pananyaan atau paranormal yang bukan bagian Kyai atau pesantren diantaranya Hj. Siti karimah atau yang lebih dikenal dengan sebutan mamih di pasirmalang Banyuresmi, Bunda di Cinunuk Wanaraja, Aa Tarma di Tabrik Karangpawitan, Osid di Bojot, Dukun Pelet Ma Eno di Kp. Kandang Wanaraja, Nini Nyai di Cikareo Bayongbong.

4.3.Hasil Penelitian

4.3.1.Struktur Sosial Pananyaan di Kabupaten Garut

Informasi yang peneliti dapatkan di kedua pesantren yaitu Sadang Lebak karangpawitan dan juga Al-Fatih Bayuresmi Garut, disamping beberapa informasi dari pesantren Hikmah lainnya dan juga dari narasumber pananyaan yang ada di tengah-tengah masyarakat, bahwa dalam kenyataannya masyarakat masih banyak bertanya kepada seseorang guna mengetahui tentang bagaimana kehidupannya.

Yang pertama yang mejadi sumber pananyaan di Kabupaten Garut dan ini dianggap legal atau sah di kalangan masyarakat itu sendiri adalah para ahli Thasawuf atau kaum sufi. Di Garut sendiri banyak sekali aliran-aliran tasawuf melalui thariqat-thariqat. Diantaranya ada Thariqat Tijaniah, Thariqat Qadiriah Naqsabandiyah, kebanyakan murid-murid Abah Anom dari Pondok Pesantren Suralaya Tasikmalaya.

Di Garut sendiri amalan tarekat berkembang dan disebarkan oleh para pimpinan pesantren. Salah satunya adalah Pondok Pesantren Al-Fatih di Kecamatan Banyuresmi Karangpawitan Garut.

Yang kedua adalah para Kyai ahli hikmah. Umumnya mereka punya pesantren, mendidik para santri, suka berceramah dan disegani masyarakat. Pesantren-pesantren tersebut diantaranya Pesantren Sadang Lebak di Karangpawitan, Pesantren Al-Fatih Banyuresmi, Pesantren Keresek Abah Legok, Pesantren Cipayung Mama Endin, KH Endang di pesantren Mambaul Ulum yang lebih dikenal dengan Pesantren Curug, Pesantren Ajengan Satibi di Kampung PR Karangpwitan, Ajengan Emud Sadang, Pesantren Sukaraja pimpinan Kyai/Ajengan Deden, H Zenal Cicapar yang dikenal sebagai Ajengan Koboy, di Daerah Singajaya ada Ajengan Maksum atau yang lebih dikenal dengan Mama Ciucing dan lain-lain. Ada Ajengan yang datang ke Garut dari luar daerah yang melakukan praktek Hikmah seperti Ajengan Saefulloh yang lebih dikeal dengan Wa Uloh.

Beberapa pesantren ini sangat dikenal luas oleh masarakat, bahkan tidak hanya di Garut. Masyarakat dari luar berbondong-bondong datang ke pesantren Hikmah ini. Salah satu contoh Pesantren Sadang Lebak adalah pesantren yang kesohor di garut sebagai pesantren Hikmah. Disamping memberikan pendidikan secara reguler kepada para santrinya, Kyai disana juga bertindak sebagai konselor hikmah atau penasihat spiritual bagi para warga yang datang ke sana.

Peneliti mengamati bahwa setiap malam jum’at, berbondong-bondong warga masyarakat datang ke pesantren Sadang Lebak ini. Biasanya jamaah mulai 400 sampai dengan 700 orang datang ke lokasi pesantren ini. Bahkan pada masa ramai-ramainya, dulu malah bisa mencapai 1500 sampai 2000 jamaah setiap minggunya. Acara yang dimulai pada pukul 8 malam, ada jamaah yang menunggu dan datang dari jam 12 siang.

Jamaah-jamaah yang datang berbondong-bondong menggunakan mobil berombongan dan berbagai kendaraan pribadi juga sepeda motor. Jamaah datang dari berbagai wiayah kecamatan yang ada di Garut, seperti Cibatu, Toblong, Bojongsalam, Sukawening dan kecamatan lain yang ada di Garut. Sedangkan dari daerah lain dari Bandung, Jakarta serta daerah-daerah lain.

Jamaah yang datang ke Pesantren Sadang lebak yang akan melakukan aurod sudah pada tahu, kecuali yang baru, mereka juga mengikuti kebiasaan jemaah lain yang sudah sering. Yang baru di data dan diberikan amalan standar dari Kang Aep sebagai penerima tamu. Yang sudah sering dan menjadi jamaah tetap bervariasi, bahkan ada yang sudah sampai lima belas tahun setia mengikuti pengajian dan jamaah pesantren Sadang ini.

Diawali mulai setelah ba’da magrib mereka memasuki aula utama yang terletak di lantai atas dekat kediaman Kyai Haji Ade Rosyidin. Ba’da Isya mulai diadakan pengajian mulai jam 8 sampai dengan jam satu, bahkan kadang-kadang sampai jam tiga subuh dipimpin oleh salah satu Kyai yang ada di sektar pesantren. Membahas tentang keimanan dan juga tentang ilmu fiqih. Barulah setelah pukul 11 malam diadakan pengajian yang dipimpin langsung oleh KH Ade Rosyidin. Pengajian ini lebih pada kajian tasawuf dan aspek-aspek spiritual para jamaah.

Selanjutnya Praktek aurad dilakukan, mulai jam satu sampai dengan shubuh, dimana pada saat-saat tersebut merupakan masa-masa saatul ijabah.Setelah sholat shubuh jamaah menghadap Kyai dan berkonsultasi dengan Kyai. Dalam prakteknya jamaah pesantren Sadang lebak berkonsultasi dengan “Mang Ade” dan mendapatkan wiridan atau juga tanda-tanda yang bisasanya lambang-lambang atau simbol atau wafak semacam aufak yang bisa menjadi “oleh-oleh” bagi jamaah tersebut.

Pemberian “isim” merupakan sarana terakhir, dimanajamaah mendapatkan oleh-oleh dari Kyai sebagi bekal dalam menjalani kehidupan selanjutnya.Dimana dengan isim tersebut jamaah mendapatkan harapannya kembali untuk dapat mencapai tujuannya melalui ‘doa-doa yang telah dipanjatkan dan juga mendapatkan berkah dari isim tersebut ataupun sebagai sarana agar keinginannya terkabul.

Ada berbagai motiv dari berbagai jamaah, misalnya bagi para pedagang mereka menjadi semangat kembali berdagangnya. Bagi para pekerja menjadi bersemangat kembali pekerjaaannya. Ada energi positif setelah jamaah berdo’a langsung kepada Allah subhaanahu wataaala. Maka para Kyai dan “ahli Hikmah ini merupakan para konsultan spiritual dan sekaligus juga enjadi konsultan bagi bisnis yang sedang dilakukan oleh jamaah.

Para Kyai biasanya memberikan pemahaman-pemahaman bahwa jamaah dalam melaksanakan bisnisnya harus dibarengi dengan ketaatan kepada Allah, jangan menipu dan jangan pantang menyerah. Energi inilah yang terserap oleh para jamaah, hingga para jamaah datang dari berbagai pelosok di tanah air. Di Pesantren Sadang ada jamaah yang rela jauh-jauh datang dengan keluarganya dan saudara-sauadara atau “udunan” uang untuk mendapatkan kendaraan agar bisa mengikuti pengajian dan aurad di pesantren hikmah tersebut.

Setelah pengajian dan aurad,sebagian jamaah melakukan konsultasi sesuai dengan tujuan dan harapannya masing-masing.

Yang menarik adalah bahwa Kyai Haji Ade Rosyidin ini juga memberikan gambaran spiritual melalui perjalanan spiritual yang dialaminya melalui “dunia lain” yang membuat jamaah tertegun, bahkan ada yang meneteskan air mata mendapati cerita beliau yang sangat ekslusif dan mengharukan. Kyai Haji Ade Rosyidin menyatakan bahwa dirinya merupakan bagian dari jamaah yang selalu “rekes” kepada Allah SWT, agar para jamaah mendapatkan kehidupan yang layak di dunia dan juga mendapatkan Syurga di akhirat kelak. Hal tersebut sangat menyentuh perasaan para jamaah yang hadir. Komunikasi yang dilakuka oleh Kyai melalui pengajian ini menjadikan antara Kyai dengan Jamaahnya menjadi terasa satu dan mempunyai solidaritas yang tinggi. Tak lupa di akhir ceramahnya Kyai Haji Ade Rosyidin menganjurkan para jamaah agar melakukan aurodsampai menjelang shubuh, setelah shubuhnya para jamaah dipersilakan menemui beliau jika ada keperluan atau hajat yang hendak disampaikan pada Kyai.

Pesantren lain yang banyak jamaahnya dan dijadikan pananyaan oleh masyarakat disamping pesantren Sadang Lebak, ada pesantren Al-Fatih pimpinan KH. Aceng Kurnia beralamat di Kampung Sukasirna Desa Cipicung RW 10di Kecamatan Banyuresmi Garut. merupakan Pesantren Tarekat Tijaniah dan Hikmah. Memasuki pesantren ini pengunjung seaakan dipaksa untuk membuat interpretasi. Sebab ketika memasukinya saja sudah disuguhi dengan bangunan yang sangat unik dan terkesan mistis, tentu bagi sebagian orang yang belum terbiasa, sebab bangunan pesantren dan ruang-ruang belajarnya memasuki gua dan lorong-lorong. Mesjidnya sendiri masuk ke dalam tanah, semacam bungker yang dibuat sedemikian rupa yang sangat ekspressif dan unik.

Di Pesantren Al-Fatih ini terdapat berbagai binatang peliharaan seperti berbagai macam burung, monyet, bahkan buaya. Dari sisi bangunan dan lingkungan kelihatan sekali bahwa Pesantren Al-Fatih ini sangat menghargai lingkungan dan alam sekitar, bahkan mungkin filosofinya menyatu dengan alam. Hal tersebut ditadai bahkan bangunan mesjid pun dibangun dengan tidak merusak pohon kelapa yang sudah ada sebelumnya, bentuk bangunan dibuat sedemikian rupa agar tidak merusak tanaman yang sudah lebih dulu ada.

Ketika peneliti mewawancarai KH Aceng Zakaria ini, kesan angker terlihat di ruangan beliau, karena ada berbagai macam pernak-pernik yang menyimbolkan hal-hal yang berbau mistis.

Namun di saat sudah berbicara ternyata Beliau sangat familiar, dan menghormati setiap tamu yang datang. Dari pembicaraan dengan Beliau, KH Aceng ini menyatakan dengan bahasanya bahwa saatini keikhlasan itu sangat penting. Beliau menyatakan prihatin dengan banyak Kyai yang mempekerjakan santrinya selama dua atau tiga tahun bahkan lebih dengan alasan pengabdian supaya macul, ternak dan lain sebagainya demi kepentingan Kyainya. Dia berani berdebat dengan Ajengan manapun. Bahwa perlakuan seperti itu jangan lagi dilakukan terhadap santri.

Pada saat peneliti pertama kali datang ke Pesantren Al-Fatih, peneliti diminta untuk membeli aqua oleh Ustadz Dadan yang mengantar peneliti, karena beliau menyangka peneliti akan “tatanya” seperti halnya pasien / klien yang lain. Saat masuk pun ada dua orang ibu-ibu sedang bertanya kepada Haji Aceng ini. Di Dalam ruangan rumah ada sebuah perahu yang terbuat dari berbagai macam kayu. Menurut beliau, perahu ini dibuat sendiri oleh Haji Aceng dengan memadukan isi dua kitab sekaligus, yaitu Kitab Kifayatul Akhyar dan Kitab Hikam. Perahu ini merupakan symbol bahwa hidup ini

Di kemudian, diketahui bahwa Ustadz Dadan yang mengantarkan peneliti ke Kyai Aceng ini adalah Kepala Sekolah SMP Al-Fatih. SMP Al-Fatih ini gratis, ada sebanyak satu kelas. Jadi baru ada dua kelas kelas satu dengan kelas dua.

Yang menarik bahwa Kyai Haji Aceng Zakaria ini setiap harinya dikunjungi antar 20 sampai dengan 40 pengunjung yang datang “tatanya” kepada beliau, mereka berlatar belakang berbeda, ada yang pedagang, pegawai kantoran, guru, pegaawai negeri sipil dan lain sebagainya.

Yang unik adalah para tukang cukur yang rata-rata dari Benyuresmi adalah kebanyakan murid kyai haji Aceng ini. Bahkan tukang cukurnya presiden SBY, yang bernama Agus, merupakan murid dari Kyai Haji Aceng Zakaria ini. Terdapat pula sejumlah anggota DPR, DPRD dan yang lainnya yang sekarang sebelumnya berkunjung ke Kyai Haji Aceng Zakaria ini.

Pengajian di pesantren Al-Fatih diselenggarakan setiap hari minggu pukul 13.00. Pengajian ini melibatkan bapak-bapak dan ibu-ibu dari daerah sekitar.

Yang Kedua adalah pananyaan dari kelas dukun atau paranormal murni, yang mengandalkan aspek-aspek ritual pananyaan murni. Namun dalam kenyataanya memang kadang-kadang pananyaan jenis ini juga menggunakan kemasan-kemasan agama agar tidak berbenturan dengan doktrin ajarann agama. Diantaranya ada Rosyid di Kp Bojot, Ada Aa Karma di Kampung Walahir Sindanglaya Karangpawitan, di Bayongbong ada Haji Komar, di Salawu ada Ustadz Baban yang sangat dikenal masyarakat.

Yang ketiga adalah dikatakan di masyarakat dengan sebutan dukun, namun kenyataan mereka ta masu juga disebut dukun. Mereka berpraktek kadang-kadang saja di tengah masyarakat. Pada umumnya, masing-masing daerah ada orang yang dijadikan pananyaan oleh masyarakat menyangkut kehidupannya, namun sebagian masyarakat ketika ditanyakan langsung mereka juga banyak yang tidak terus terang mengaku pernah mendatangi paranormal. Namun setelah dikonfirmasi kepada sudaranya atau temannya, mereka pernah mendatangi “orang-orang pintar” dengan sesuatu maksud atau tujuan dalam kehidupannya.

Secara lebih sederhana struktur pananyaan di Kabupaten garut daat digambarkan sebagai berikut:

Bagan 4.1.

Struktur Pananyaan

Dalam kenyataannya sangat sering dan boleh jadi antar ketiga kategori tadi saling berhubungan atau bahkan berbarengan.

Dari berbagai pemaparan di atas, terdapat korelasi antara aspek-aspek ritual keagamaan, mitos-mitos, fenomena ziarah, benda-benda keramat, Azimat atau isim, jampe-jampe, air berkah, pemandian suci, pantangan-pantangan yang terdapat di masyarakat, dzikir atau aurad dengan eksistensi pananyaan di Kabupaten Garut.

Hal ini dapat digambarkan dalam betuk gambar di bawah ini :

Bagan 4.2.

Korelasi Pananyaan

4.3.2.Peran pananyaan di masyarakat

Zaman yang sudah modern ternyata masih menyisakan banyak kepercayaan dan hal-hal mistisisme yang masih dianut oleh masyarakat. Entah karena sisi fungsional dari pananyaan itu sendiri, ataupun karea memang sisi-sisi lain yang mengharuskan manusia dalam beragama maupun berinteraksi dengan manusia lainnya, alam dan sekitarnya tak lepas dari yang namanya hal-hal mistis.

Kepercayaan itu sendiri entah kepada para sufi, Kyai, Ajengan, Ustad dan sebutan lainnya, ataupun kepada para paranormal yang senantiasa mau melayani para klien dan jamaah yang datang menemui mereka.

Kyai sebagai alim ulama, ternyata disamping sebagai tokoh agama,seringkali merupakan sosok yang dipercaya sebagai tempat konsultasi berbagai persoalan kehidupan. Dari mulai jodoh, pekerjaan, sampai dengan menjadi “peramal” masa depan masyarakat. Dalam kaitan inilah ternyata para tokoh agama dan juga “pananyaan’ ini menjadi sebuah pijakan masyarakat dalam menata dan mengelola kehidupannya.

Jika ada bayi yang lahir, seorang alim ulama, kyai atau Ajengan sering diminta untuk memimpin marhabaan, semacam membaca kisah Rasulullah Muhammad SAW dan memuji-muji Beliau dengan bacaan-bacaan dalam kitab Barzanzi. Berharap bahwa anaknya nanti menjadi anak yang sholeh dan mengikuti jejak Sang tauladan Nabi Muhammad SAW. Disamping itu, mereka minta diduakan agar anaknya nanti mendapatkan keberkahan dan kekayaan, hal tersebut disimbolken dengan memberi emas pada air yang akan diusapkan pada kepala bayi sambil digunting rambutnya oleh Sang Kyai.

Lebih dari itu, Sang Kyai sering juga diminta untuk dibuatkan nama yang bagus bagi putra-atau putrinya anak yang baru lahir tersebut. Meminta diduakan, Jika anaknya rewel terus, maka sebagian Kyai ada yang mengalungkan semacam kalung yang sudah diberi tulisan-tulisan azimah,dengan begitu, berharap anaknya tidak rewel lagi dan menjadi anak yang sholeh.Yang lucu dan menarik, ada Kyai yang sering diminta untuk menyolehkan anak-anak para jamaah atau klien yang datang meminta duanya tersebut, akan tetapi di kemudian hari ternyata anaknya Kyai sendiri menjadi tukang mabok dan berbuat keonaran di kampung tersebut. Jika sudah demikian, orang lalu berprasangka baik, bahwa Kyai atau pananyaan tersebut memang matihnya kepada orang selain keluarganya.Demikian hebatnya masyarakat selalu percaya dan menghargai seorang pananyaan, apalagi jika itu seorang Kyai, Ustadz atau Ajengan.

Peran pananyaan memang tak diragukan lagi, dalam penelitian yang dilakukan, agar seseorang dapat mencapai maksudnya, agar terjadi perubahan dalam kehidupannya, tak segan-segan banyak orang yang namanya dirubah dan berganti nama dengan nama yang lain atas anjuran sosok pananyaan tersebut. Nama-nama bagus seperti Husen diganti dengan Rosyid (atas anjuran Wa Uloh, seorang Ustadz Cianjur yang sering datang ke Garut), Nurul Ulfah diganti dengan Asti (Atas anjuran Ajengan Ojo Banjar), Dikdik diganti dengan Hamid dan lain sebagainya.Bahkan yang menarik sekaligus ironis adalah terdapat pasangan suami istri yang sengaja diminta oleh pananyaan tersebut untuk melakukan cerai terlebih dahulu (talak satu) lalu rujuk kembali pada saat itu juga agarkehidupannya berubah menjadi lebih baik.

Salah satu jamaah Pondok Pesantren Sadang yang setia dan terus mengikuti pengajian dan aurodnya Ceng Ade (sebutan KH Ade Rosyidin, pimpinan Pondok Pesantren Sadang Lebak) mengaku bahwa dia merasa bersyukur bisa bergabung dengan jamaahnya Ceng Ade tersebut. Alhamdulillah berkat hal tersebut beliau sudah sukses membangun usaha di Pasar wanaraja dan berhasil menyekelohkan anak-anaknya sampai rata-rata sarjana.

Dengan begitu dia sangat bersemangat sekali dalam mengelola usahanya, hal tersebut tidak terlepas dari peran dirinya dalam aktivitas mengikuti dan menjadi jamaah Ceng Ade atau Mang Ade ini. Bahkan setelah mengikuti aurad, sebagian jamaah yang bekerja di pasar langsung bergegas ke pasar dan membuka lapak dagangannya dengan semangat. Mereka yakin, mereka akan mendapatkan keuntungan yang berlipat dan sudah diberikan dorongan-dorongan spiritual dari Ceng Ade dan sejumlah Kyai di Pesantren Sadang Lebak.

Ada juga seorang jamaah yang mengaku masih satu keluarga dengan pemilik sepatu Garcel, beliau memaparkan bahwa diriya dan keluarganya memproduksi sepatu yang dikirimkan untuk Garcel, beliau dengan rutin mengikuti aurod yang diselenggarakan oleh Ceng Ade di Pesantren Sadang Lebak Karangpawitan. Tempat produksinya di sekitar wilayah Desa Maripari Sukawening Garut.

Kedatangan jamaah juga kadang datang dari jauh dan tidak sendirian, mereka mengkususkan diri datang dan tidak cukup hanya satu kali, bahkan berkali-kali sampai menjadi jamaah tetap. Mereka juga membawa sanak saudaranya memakai kendaraan yang sengaja dicarter atau milik pribadinya.

Di pesantren Mambaul Ulum Kampung Curug Pesantren, Desa Karyasari Kecamatan Banyuresmi Kabupaten Garut, dengan Kyainya KH. Endang, yang sekarang pesantrennya dikelola oleh putranya sendiri yaitu Kang Uum. Ajengan Endang ini mengistilahkan orang yang datang kepadanya dengan sebutan minta du’a”. Dengan rendah hati beliau menyatakan bahwa yang datang ke dirinya ada yang berhasil ada yang tidak.

Pertama kali memasuki rumahnya, peneliti merasa segan, namun ketika berbincang dengannya, Ajengan Endang ini sangat familiar sekali, sehingga ngobrol dengan Beliau kita tidak merasa canggung. Apalagi salah seorang cucunya juga kuliah di UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Ajengan Endang mengungkapkan bahwa yang datang kepadanya banyak sekali, ada anggota Dewan, Calon Wakil Bupati Garut, dari mulai dari daerah Garut, bahkan ada yang datang jauh-jauh dari Sumatera menemui dirinya untu meminta du’a.

Pananyaan dari kalangan Kyai hikmah ini sangat dirasakan manfaatnya oleh banyak jamaah atau klien yang datang meminta petunjuk dan do’anya. Dengan datang ke Kyai Hkmah maka keimanan akan bertambah dan keinginan untuk mau menjalankan ibadah juga semakin bertambah. Sehingga secara terus menerus akhirnya menjadi terbiasa.Hal ini dinyatakan oleh salah seorang yang berguru kepada Kyai Endang tersebut dengan pernyataan:

Alhamdulillah, setelah mendapat petunjuk dan doa dari KH Endang (Ajengan Curug) ini, saya menjadi leboh getol lagi mendekatkan diri kepada Allah SWT, mendawamkan wirid yang diberikan beliau, hati menjadi tentram dan sekarang tidak takut menjalani kehidupan. Yang saya rasakan pada dasarnya Pak Ajengan Endang mendorong kita supaya lebih banyak lagi beribadah dan dekat dengan Allah SWT.

Di Pondok Pesantren Al-Fatih, Jamaah yang datang ke pesantren biasanya hari minggu jam satu siang sampai dengan jam empat sore. Mereka berbondong-bondong dari berbagai lapisan masyarakat, ibu-ibu, bapak-bapak dan anak-anak. Sosok Kyai Aceng ini sangat berwibawa di mata masyarakat. Sebab disamping beliau seorang Kyai yang suka berceramah, beliau juga bisa dimintai petunjuk dan do’a-doanya menyangkut apapun setiap problem yang menimpa masyarakat.

Biasanya, disamping pengajian masyarakat juga membawa air minum dalam kemasan untuk diberikan do’a oleh kyai Aceng Kurnia. Air dalam aqua itu dipercaya sudah mengandung berkah do’a Kyai.

Kedalaman ilmu dan spiritual Kyai Aceng, tak terlepas dari pengalaman spiritual beliau ketika pergi Haji ke Mekkah. Saat beliau berhaji, ketika itu menjelang sholat shubut, beliau duduk di depan ka’bah. Saat itu ada seorang warga malaysia yang duduk disamping beliau. Umurnya sekitar 70 tahun. Orang itu duduk sambil tertidur. Dalam diri Aceng Kurnia saat itu, timbul rasa ujub dalam dirinya, oh ternyata saya kuat tak tidur dibandingkan orang malaysia tersebut. Dengan kata lain punya perasaan kuat menahan kantuk.

Sehingga beliau lalu mengganggu orang Malaysia tersebut untuk bangun, namun apa yang terjadi, malah dirinya dalam waktu hanya tiga menit langsung tertidur. Tiba-tiba ada tepukan dan sebuah pukulan mengarah ke dadanya, serasa ditonjok sehingga beliau terbelalak sambil menahan kesakitan, padahal tak ada yang mengganggu dia.Dari sanalah beliau sadar, tak ada artinya mempunyai kesombongan atau rasa ujub dalam diri.

Sambil melihat Ka’bah, lalu beliau tersadar. Dan bertafakkur dalam hatinya “ini ka’bah dibangun hanya oleh dua orang”, dia melihat Hijir Ismail, maqam Ibrahim. Dari hasil tafakkur itu dia punya kesimpulan bahwa para Kyai harus membangun mesjid sendiri dan pesantren sendiri. Seorang nabi saja bisa menjadi tukang bangunan, apalagi kita. Itulah salah satu pengalaman Spiritual yang diceritakan oleh KH. Aceng Kurnia.

Fakta menarik lainnya adalah bagaimana peran pananyaan ini begitu besar dalam mempengaruhi apa yang orang lakukan, dimana orang harus melakukan dan bagaimana melakukannya, peneliti menemukan seorang dari Cirebon yang berusaha dalam jasa mencuci motor dan tambal ban di Garut karena berdasarkan petunjuk pananyaan yang ia kunjungi orang tersebut harus berusaha mengarah ke arah Garut. Maka akhirnya di Garut inilah dia membuka usahanya. Membuka usaha bukan hanya sekedar berdasarkan analisis tempat dan prospek pasar, akan tetapi berdasarkan petunjuk gaib dari pananyaan kepercayaannya.Sampai sekarang suah tujuh tahun dia membuka usahanya tersebut di Garut.

Dengan begitu peran pananyaan dalam hal ini menempati posisi sentral dan strategis di masyarakat. Dia menjadi motivator bagi keberhasilan usaha santri dan para jamaahnya ataupun juga kliennya. Disamping sebagai konselor bagi segala macam urusan-urusan masyarakat, terutama masalah pribadi masing-masing orang yang datang berkunjung dan ingin mendapatkan petunjuknya.

4.3.3.Implikasi pananyaan terhadap Pandangan Hidup Masyarakat di Kabupaten Garut

Terdapat dua implikasi dari adanya pananyaan di masyarakat ini, yang pertama adalah implikasi positif, implikasi positif ini terutama bagi para jamaah yang secara rutin mengikuti pengajian-pengajian para ahli hikmah ini, disamping pesan-pesan spiritual,mereka juga mendapatkan ajarann-ajarann tauhid yang sangat positif dari para Kyainya yang tetap menyandarkan diri semua kekuasaan pada Allah SWT.

Implikasi lainnya, bagi para jamaah yang asalnya melakukan ibadah rital formal semacam shalat dalam memenuhi kewajibannya, menjadikan lebih itens lagi, bahkan mempunyai amalan wiridan yang secara kontinyu dilakukan, dari yang asalya sekedar menjalankan kewajiban saja, menjadi lebih intens lagi dalam upaya muraqabah kepada Allah SWT atau Tuhan yang Maha Kuasa.

Implikasi negatif terdapat pada masyarakat yang tidak bersentuhan langsung dengan pengajian atau jamaah pesantren, sebagian mereka masih menganggap bahwa seorang Kyai mampu melakukan hal-hal yang di luar kemampuan manusia biasa atau khawariqul adat. Sebagian bahkan beranggapan seorang Kyai atau pananyaan yang mempunyai kekayaan pribadi di atas orang rata-rata adalah hasil hubungan dengan makhluk halus sebangsa jin. Hal tersebut misalnya berlaku di kalangan masyarakat, salah satu contoh Haji Uban Subana yang mempunyai Yayasan terbesar dan termegah di Kecamatan Cikajang di tengarai mampu melakukan ritual dan hubungan dengan jin. Sebagian masyarakat mengira kekayaannya itu didapatkan dari cara seperti itu.

Akan tetapi setelah peneliti datang langsung, melihat, dan mewawancarai beliau, ternyata apa yang digambarkan oleh sebagian masyarakat tersebut tidak terbukti. Beliau (Haji Uban) menjelaskan asal mula kekayaannya tersebut secara umum. Beliau tidak mendapatkannya dari berleha-leha, akan tetapi melalui perjuangan keras dan membangun jaringan yang luas dengan kalangan masyarakat dan para pejabat. Beliau asalnya seorang guru dan menjadi kepala sekolah di SMPN 1 Cikajang, beliau menyatakan bahwa kita itu tergantung lingkungan, kalau lingkungannya dengan guru, maka akan seperti itulah kondidi kita selamanya, kecuali kita mau merubah diri kita sendiri. Apalagi guru pada masanya tersebut kurang dihargai dan mendapatkan kesejahteraan alakadarnya.

Maka dengan semangat berubah, kedudukannya sebagai guru, ditambah keterampilannya dalam melakukan pijat refleksi, digunakannya untuk membangun jaringan dengan para pejabat, antara lain Akbar Tanjung, Ginanjar Kartasasmita, Prabowo Subianto, Tri Sutrisno dan lain-lain. Dari sanalah dia mendapatkan bantuan bagi yayasannya yang berkembang tersebut. Jadi bukan hasil dari hubungan dengan jin sebagaimana yang diperkirakan masyarakat. Bahkan saat ini, beliau sedang menunggu, kalau Prabowo jadi Presiden RI, maka beliau dijanjikan akan mendapatkan bantuan dan mendirikan SMK di Yayasan Harus Al-Rasyid milik beliau (H. Uban) tersebut.

Implikasi lainnya adalah adanya ketergantungan dari masyarakat yang datang ke Kyai Hikmah ataupun ke pananyaan lainnya ketika tidak dibarengi dengan pemikiran yang rasional. Masyarakat awam menganggap bahwa Kyai hikmah atau pananyaan itu bisa segalanya. Padahal tidak. Peneliti menanyakan langsung hal ini kepada masyarakat yang sudah beberapa kali ke pananyaan.

Salah satu contoh adalah apa yang diutarakan oleh seorang informan yang bernama wawan beliau mengutarakan unek-uneknya dalam bahasanya sendiri. Menurut beliau, berapa orang bertanya ke lebih dari sepuluh orang pananyaan, mulai dari kalangan Kyai, Ustad atau Ajengan, sampai kepada dukun. Dia sendiri pada awalnya diajak oleh temannya. Antara lain dia pernah “tatanya” ke pananyaan di Banten, Sumedang, dan daerah lainnya. Menurutnya di Garut sendiri dia pernah mendatangi Ma Eti di Pameungpeuk, Abah Anom di Sumedang (beliau menjelaskan bukan Abah Anom Pesantren Suralaya) tepatnya di kaki gunung Manglayang,pernah bertanya dan datang ke Pak Wanta di Singajaya dan yang lain-lainya yang beliau sudha lupa lagi nama dan tempatnya. Inti dari semua yang di datangi pada dasarnya semua menganjurkan :

1.Beriman kepada Allah, Tuhan yang Maha Kuasa

2.Beribadah dan berdzikir dalam rangka taqarrub pada Tuhan

3.Bekerja dan berikhtiar lebih keras lagi

Selanjutnya Kang Wawan, seorang pengamen yang ngobrol dan wawancara dengan peneliti, menyatakan dari banyak yang didatangi, kebanyakan mereka semua sama, dalam bahasa beliau:

“Kabeh oge nu di datangan ku abdi, rek Kyai, rek dukun, sami, teu aya pananyaan atanapi paranormal atawa Kyai nu nitah nyantai, kabeh sami nitah “prak usaha, bari dagang atawa bari gawe, terus ngadoa, ikhtiar mah kudu. Malah sabalikna nurutkeun abdi, tatanya teh bisa nimbulkeun kasusudzonan, dagang bubur teu laku, oh aya anu ngaheureuyan. Anu kadua, nimbulkeun kamusyrikan, walaupun sok aya eta oge anu ngahelah, sugan we melalui perantara mah doa urang dikabul, tapi sanggeus ku kuring dilenyepan, intina mah introspeksi, da sanggeus kuring kamana kamendi ge teu aya buktina, abdi ayeuna tos tara tataros deui, abdi ayeuna langkung percanten kana kamampuan diri abdi nyalira, do’a mah langsung we ka Pangeran”

(semua yang didatangi oleh saya, kesemuanya, mau kyai, dukun, semuanya sama, tidak ada pananyaan/paranormal yang menyuruh santai, semua menyuruh bekerja, berikhtiar, mau dagang ataupun menjadi pekerja, terus berdo’a, sebab ikhtiar itu perlu. Malah sebaliknya, menurut saya, bertanya kepada paranormal itu bisa menimbulkan kesuudzonan, jualan bubur tidak laku, lalu disebutkan oh karena ada yang dengki. Yang kedua, menimbulkan kemusyrikan, suka ada itu juga yang berkelit, barangkali saja melalui perantara mah do’a kita dikabul, tapi sekarang saya berpikir, setelah ditelaah, intinya introspeksi, setelah saya kesana kemari tak ada hasilnya, saya sekarang tak pernah bertanya ke paranormal lagi, saya sekarang lebih percaya pada kemampuan diri sendiri, berdo’a langsung saja sama Tuhan).

Pernyataan apatis datang dari informan yang sudah berkali-kali datang ke pananyaan. Dari pengalamannya tersebut beliau memaparkan suatu pernyataan yang menggelikan, dengan bahasanya yang lucu beliau menggambarkan:

“Nu puguh mah pananyaan/dukun kabeh ge harareeng we. Biasana si dukun anu ku kuring didongkapansok nyebutkeun ieu jelema bakal beunghar, bakal aya milik, atuh eta jelema teh balik deui bari mawa duit”

Yang menggelikan menurut Kang yakti ini, ada dukun yang diceritakan sebagai Tukang Pelet/ahli pengasihan. Tapi pas melihat istrinya juga jelek Kang yakti tertawa sendiri. Ada lagi yang mengaku bisa membuat orang kaya. Tapi pas dilihat kehidupannya pun kembang kempis, rumahnya jelek, bagaimana bisa membuat orang lain kaya, ada-ada aja.

Kang Yakti ini pernah beberapa kali mengunjungi berbagai macam dukun dan orang pintar, bahkan sampai ke Jawa Tengah/jawa timur. Ada yang namanya Dukun Arisan, ada yang namanya dukun guci, temannya sesama awak Bus Primajasa pernah pusing tujuh keliling karena pingin membeli guci ini. Harga gucinya dua juta.

Hal-hal mistis berkaitan dengan pananyaan yang ada di Garut, dan sebetulnya secara umum berlaku bagi sebagaian pananyaan mulai dari Kyai, Ustad, Ajengan maupun paranormal semacam dukun diantaranya (lihat bagan 4.2):

1.Ritual keagamaan

2.Mitos-mitos

3.Benda-benda keramat,

4.Azimat dan isim-isim

5.Jampe-jampe

6.Air Berkah

7.Pemandian Berkah

8.Pantangan-pantangan

9.Fenomena Ziarah

10.Dzikir atau wirid-wirid (aurad)

Kenyataanya kepercayaan kepada mistik itu tak bisa dipisahkan dari sikap dan perilaku masyarakat itu sendiri. Sebagai contoh, pola-pola kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal mistis nampaknya tercermin dari sikap dan perilaku mereka yang mempercayai mitos-mitos.

Mitos-mitos tersebut mulai dari diri mereka sendiri sampai dengan rumah dan lingkungannya. Contoh sederhana adalah banyak masyarakat yang masih percaya bahwa menanam pohon cemara di depan rumah, itu akan menyebabkan terjadinya perceraian antar suami istri. Begitu pula dengan menanam pohon pepaya, akan menyebabkan kehidupan ekonomi menjadi sulit, usaha seret, bahkan bisa menyebabkan kematian. Menanam pohon Kamboja, usahanya akan “tiis” atau bangkrut. Jika punya musuh, supaya usahanya bangkrut dilempari dengan tanah kuburan, kalau janda yang ditinggal mati oleh suaminya, harus melakukan serah “malikkeun mas kawin” ketika akan melakukan kawin lagi, yang hamil harus bawa gunting, catok kuku, panglay, supaya tidak diganggu sama kuntilanak atau makhluk halus lainnya yang dipercaya masyarakat suka mengganggu

Di Depan rumah sebaiknya menanam tebu, supaya rumah tangganya awet dan manis dalam kehidupannya.Sebagian peternak ayam di Garut, pada malam-malam memberikan “susuguh” agar ayam-ayamnya tidak diganggu dan selamat tidak banyak yang mati sampai masa panen.

Fenomena lainnya yang membutuhkan energi adalah ketika menikahkan harus dihitung dahulu berdasarkan perhitungan-perhitungan dari pananyaan.Calon pengantin harus bolak balik mensinkronkan antara perhitungan pananyaan dari orang tuanya dengan perhitungan dari calon mertuanya. Ketika seseorang mau menikah, maka akan dibanding-bandingkan hari kelahiran, wedal dari masing-masing dan diramalkan berdasarkan rumus-rumus tertentu bagaimana nasib pasangan tersebut selanjutnya.

Ada hal yang dalam pengamatan peneliti berimplikasi pada etos kerja dan keberhasilan dalam ekonomi menjadi berpengaruh negatif.Hal tersebut adalah bagi sebagian orang yang datang ke pananyaan, mereka banyak diberikan wejanga-wejangan yang sebetulnya secara substatif malah membuat orang yang datang menjadi terbelenggu.

Ketika mereka keluar rumah untuk suatu urusan atau pekerjaan atau usaha, mereka diharuskan keluar rumah sesuai dengan jam-jam yang ada dalam rumus yang telah diberikan oleh pananyaan tersebut. Dalam hari-hari tertentu seseorang hanya boleh keluar rumah dalam jam-jam tertentu. Peneliti merasa heran, bagaimana kalau sudah janjian, atau tempat yang ingin ditempuh tempat yang jauh.

Benda-benda keramat seperti keris, batu ali oleh sebagian masyarakat dianggap mempunyai kekuatan, baik untuk pengasihan maupun untuk kedigjayaan. Ada pananyaan yang memberikan batu ali kepada kliennya dan mengatakan dengan batu ali ini, maka si pemakai akan kuat dan tidak mempan oleh senjata tajam maupun gempuran musuh, namun dalam kenyataannya setelah dibuktikan orang yang memakai tersebut dikeroyok oleh empat orang di terminal Guntur Ciawitali Garut dan wajahnya memar-memar. Alih-alih kuat dan tahan pukulan yang terjadi malah wajah benjol-benjol dan lebam.

Implikasi negatif lainnya kepercayaan masyarakat kepada pananyaan itu sendiri adalah, menjamurnya berbagai macam modus penipuan atas nama dukun-dukun sakti mandraguna, yang dalam kenyataanya mereka hanya memanfaatkan klien untuk mendapatkan keuntungan uang dan jenis keuntungan lainnya.

Pada masa pencalegan anggota Dewan, baik untuk anggota DPR, DPD maupun anggota DPRD Kabupaten bukan hal aneh jika caleg tersebut didatangi banyak calo dan juga dukun yang mengaku bisa membantu secara spiritual. Mereka menawarkan kesuksesan bagi para caleg bisa terpilih dengan memberikan beberapa persyaratan.

Diantaranya para caleg tersebut harus membeli “apel jin” yang harus dibeli dengan harga yang fantastis. Berkisar antara lima sampai lima belas juta rupiah. Persyaratan yang aneh-aneh didindikasikan dibuat sedemikian rupa ujung-ujungnya untuk menipu dan memperdayai agar mendapatkan keuntungan finansial dari para caleg tersebut yang memang sedang membutuhkan kemenangan.

Bukan hal aneh lagi jika di media massa ataupun elektronik kita mendengar adanya dukun-dukun palsu yang di tangkap karena telah meresahkan masyarakat. Ada dukun cabul, ada dukun pelipat ganda uang, dukun teluh, dukun pelet, bahkan sampai ada yang melakukan hal-hal aneh seperti menggali kuburan bayi, mengambil kain kafan perawan dan lain-lain.

Fenomena yang sangat menarik peneliti menemukan banyaknya korban dari penipuan akan adanya pananyaan ini. Diantaranya banyak orang yang usahanya sampai bangkrut gara-gara mengejar UB (Uang Brazil) ataupun Uang Soekarno, AC (Anti Cukur), Awi Buta, Keris Nangtung, Merah Delima dan lain-lain.

4.4.Pembahasan

Mistisime dalam Pandangan Hidup Masyarakat Melalui Kebiasaan Masyarakat Bertanya pada Seseorang dalam Menentukan Kehidupannya di Kabupaten Garut

Secara umum dari hasil penelitian terungkap bahwa, memang di Garut sebagaimana pendapat Prof. Afif Muhammad bahwa di permukaan,mistisime masyarakat Sunda khususnya di Kabupaten Garut tidak terlihat secara gamblang. Berbeda dengan masyarakat jawa yang sangat kental dengan aliran kepercayaan dan kebatinannya.

Akan tetapi mistisime dalam bentuk lain, seperti halnya terhadap tasawuf yang berupa bentuk mistisisme Islam, itu sangat dominan. Tentu saja karena tasawuf dianggap tidak bertentangan dengan syariat Islam bagi sebagian kalangan. Walaupun dalam kenyataannya tasawuf pun berbeda-beda pendapat. Aliran-aliran tasawuf yang berkembang di Garut diantaranya adalah Tasawuf Tijaniah, yang berkembang salah satunya di Pondok Pesantren Al-Fatih Karangpawitan Garut sebagaimana yang telah digambarkan.

Disamping dalam bentuk tasawuf,mistisisme yang berkembang di masyarakat juga menggurita dalam bentuk kepercayaan terhadap pananyaan, baik itu dari kalangan tokoh agamawan seperti Kyai, ustad, Ajengan maupun dari kalangan tokoh paranormal yang biasanya tidak mau merek disebut dukun.

Menelusuri jejakjejak mistisisme memang tidak mudah, akan tetapi memang bisa ditemui dalam rekam jejak mistisisme Islam khususnya tasawuf. Mistisime dalam pengertian ini ada banyak makna,yang lainnya melalui metode yang terdapat dalam ilmu hikmah. Ketidakmudahan menelusuri jejak-jejak mistisime, khusunya dalam megkaji pananyaan dan segala pernak perniknya karena berkaitan dengan bebarapa hal yang memang masih tabu untuk dibicarakan. Apalagi kadang-kadang menyangkut urusan rahasia pribadi masing-masig orag yang tak bisa diumbar begitu saja kepada siapapun, sebab menyangkut harga diri dan bisa berbenturan dengan nilai-nilai hukum agama bagi sebagian orang.

Di ruang-ruang publik, tema paranormal sekan menjadi suatu hal yang tabu untuk dibicarakan. Walaupun orang-orang yang dikenal secara nasional sebagi tokoh paranormal di Indonesia, malah dengan bangga dan mendeklarasikan dirinya sebagai tokoh “yang ahli” dalam bidang paranormal di Indonesia. Tokoh-tokoh seperti Ki Joko Bodo, Ki Gendeng Pamungkas, Permadi malah bangga dan menjadi rujukan media-media di Indonesia,bahkan setiap tahun diminta untuk meramalkan kondisi bangsa Indonesia ke depan. Di kita belum dikenal yang namanya futurolog yang dikenal luas di masyarakat, semuanya masih berbasiskan mistis, seperti halnya Mama Lauren yang sering meramalkan nasib-nasib artis dan beberapa tokoh di Indonesia.

Hasil penelitian menunjukkan praktek masyarakat bertanya kepada seseorang dalam menentukan kehidupannya sangat kental dan terasa sekali di tengah masyarakat. Seperti halnya (maaf) kentut ada terasa, namun tak terlihat, akan tetapi baunya menyebar kemana-mana. Begitu pula praktek-praktek misitisisme ini, tak terlihat namun ada.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir di setiap kampung atau daerah ada tokoh pananyaannya. Yang itu menjadi tempat bertanya dan berkonsultasi masyarakat menyangkut kehidupannya. Menyangkut usaha, jodoh, kehidupan suami istri danlain sebagainya.

Ada satu pola yang sama yang dilakukan oleh para Kyai Hikmah, kesamaan mereka diantaranya:

1.Dari pola-pola penyebaran cerita-cerita yang didapatkan dari mimpi ataupun pengalaman spiritual para Kyai Ahli Hikmah, yang dalam telaahan peneliti, biasanya menceritakan kejadian-kejaidan luar biasa berkaitan dengan pengalaman spiritual para Kyai atau tokoh pananyaan tersebut.

2.Mereka menjalin ikatan solidaritas dalam bentuk pertemuan-pertemuan rutin yang biasanya diselenggarakan pada hari-hari tertentu, pertemuan tersebut bisa berbentuk pengajian atau ceramah, manakiban (membacakan kisah-kisah luarbiasa para wali, seperti halnya manakiban Syeikh Abdul Qadir Jailani yang luar biasa), ataupun aurad-aurad yang diselenggarakan secara bersama-sama.

3.Bentuk-bentuk pemberian transfer energi positif melalui do’a-do’a dalam air minum kemasan, gelas, atau botol kompan dan lain sebagainya.

4.Pemberian motivasi bagi adanya usaha yang lebih maju lagi, dengan menyatakan bahwa usaha adalah kewajiban setiap diri kita, harus kerja keras dan motivasi-motivasi lainnya.

5.Sebagian para pananyaan mendapatkan penghasilannya dari sedekah tanda terima kasih para jamaah ataupun kliennya. Walaupun hal ini sangat riskan dikemukakan dan sulit dibuktikan, akan tetapi dari beberapa tamu yang datang, peneliti mendapatkan gambaran, Biasanya mereka memberikan kepada pananyaan tidak ada standar baku, tergantung keikhlasan dari jamaah dan juga keadaan jamaah itu sendiri. Banyak juga yang secara ekonomi belum mampu mereka belum memberikan apapun pada Kyainya.Kecuali yang sudah sukses, biasanya memberikan tanda terima kasih lebih besar.Maka tak heran beberapa Kyai Hikmah peneliti dapati mempunyai rumah, penghasilan dan kehidupan yang layak.Jauh di atas rata-rata orang kebanyakan

Untuk menggambarkan bagaimana aspek ekonomi juga terdapat dalam fenomena pananyaan, bahkan mungkin menjadi daya tarik tersendiri bagi seseorang yang mempunyai kemampuan dalam mengolah kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal mistis ini, bisa kita lihat dari syarat-syarat yang diharukan oleh sebagian pananyaan yang ada di Garut.

Salah satu contoh adalah seseorang yang bertanya kepada Kyai/pananyaan di Kp. Dukuh Pameungpeuk, orang yang datang ke sana dengan maksud agar mendapatkan berkah dan mendapatkan kesuksesan dalam hidupnya diharuskan datang ke sana minimal tujuh kali. Disamping itu harus “ngahaturan tuang” dalam arti memberikan beras minimal lima kilogram, sepuluh kilogram sesuai yang disyaratkan kepada masing-masing orang.

Hal tersebut peneliti dapatkan dari salah seorang jamaah yang sering datang ke sana. Dalam bahasanya sendiri sebagai berikut:

“Kadinya mah kedah tujuh kali, sateu acan ziaroh kudu ngahaturan tuang, mere beas lima kilo atawa sapuluh kilo mah, ngangge hayam, teras engkena hiji domba sodaqoh, teras dongkapna kadinya anu tujuh kali teh ulah pegat, lamun pegat kedah diuihan deui ti awal. Tujuh saptu berturut-turut.

Praktek pananyaan dan fenomena ziarah sekarang menjadi basis ekonomi, salah satunya di Kampung Dukuh Kecamatan Cikelet. Bahkan oleh pemerintah daerah dijadikan sebagai sarana wisata potensial.Hal tersebut digambarkan dan memang sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Kang Ian, sebagai informan peneliti sebagai berikut:

Ziarah ke makam karomah dilaksanakan pada setiap hari Sabtu. Tamu yang datang mempunyai maksud berziarah, datang ke Dukuh di hari Jumat atau hari sebelumnya. Untuk tamu yang datang di hari-hari sebelum Sabtu; seperti hari Rabu, Kamis, atau Jumat harus menunggu sampai hari Sabtu, terutama tamu yang jauh atau yang dari luar propinsi Jawa Barat. Sedangkan tamu-tamu yang dekat kadang-kadang datangnya Sabtu pagi pada waktu ziarah. Sedatangnya ke Kampung Dukuh tamu langsung ke rumah Kuncen untuk menceritakan maksud kedatannganya, selebihnya tamu ada yang menginap dirumah Kuncen, tapi kadang-kadang ada juga yang dirumah masyarakat terdekat sebab di rumah Kuncen tidak tertampung.

Semua tamu yang datang ke Kuncen disuguhi makan sebab merupakan kewajiban Kuncen. Di waktu malam tamu-tamu yang ada di rumah Kuncen diberikan penjelasan asal muasal Karomah, Kampung Dukuh, serta adat istiadat yang ada di Kampung Dukuh, lalu diteruskan dengan membaca salawat.

Pada Sabtu pagi, semua yang mau ziarah berkumpul di rumah Kuncen terutama tamu yang datang dari luar yang mau melaksanakan ziarah, yang tidak tertampung di rumah Kuncen menunggu di halaman rumah Kuncen sambil mendengarkan penjelasan-penjelasan dari Kuncen. Pada waktu itu Kuncen memberikan penjelasan dalam hal melaksanakan ziarah, seterusnya semua yang mau ziarah disuguhi makan terlebih dahulu.

Sesudah jamuan makan semua tamu berangkat menuju Pancuran Suci untuk melaksanakan mandi besar yang dipimpin oleh wakil Kuncen. Tempat mandi besar dipisahkan antara laki-laki dan perempuan. Sesudah mandi besar memakai pakaian yang disyaratkan untuk ziarah yaitu :

a.Laki-laki memakai :

- Baju Takwa hitam (polos)

- Sarung polos (bukan batik)

- Tidak memakai celana dalam

b. Perempuan memakai :

- Kebaya polos

- Sarung polos (bukan polos)

- Kerudung polos

- Semuanya tidak boleh memakai perhiasan atau membawa barang-barang elektronik.

Sesudah selesai mandi besar, kurang lebih jam 10.00 semua yang akan melaksanakan ziarah menunggu diluar pagar makam, dan ditanya oleh wakil Kuncen, siapa yang mau ziarah langsung, siapa yang mau membantu memperbaiki, sebab dalam rombongan ziarah ini ada dua kelompok, pertama ada yang mau ziarah langsung, kelompok kedua yang mau ikut bersih-bersih, membersihkan lingkungan makam juga memperbaiki pagar-pagar makam.

Ziarah didahului dengan dipimpin langsung oleh Kuncen, seterusnya masuk kedaerah makam Kuncen. Berdoa dahulu yang diaminkan oleh semua peziarah. Sesudah selesai berdoa, baru melangkahkan kakinya ke dalam pagar makam dengan dibarengi oleh semua peziarah.

Didalam tahap pertama rombongan dipisahkan, pertama yang mau membantu oleh wakil Kuncen diberi tugas :

1)Ada yang diberi tugas mengambil bambu untuk memperbaiki pagar makam

2)Ada yang diberi tugas menyapu membersihkan makam

3)Ada yang diberi tugas memperbaiki saluran air yang ada di dalam makam

4)Ada yang diberi tugas memperbaiki pagar

Rombongan yang mau ziarah langsung dipimpin oleh Kuncen buat melaksanakan pelaksanaan ziarah, yaitu :

1)Pada tahap pertama semua yang ziarah dipersilahkan duduk (jongkok) diatas batu, lalu Kuncen memimpin do’a. Sesudah beres do’a rombongan ziarah mulai ke tahap kedua

2)Dalam tahap kedua sama dengan tahap pertama, rombongan duduk kembali, Kuncen memimpin do’a, sesudah beres do’a rombongan maju ketahap ketiga, begitu selanjutnya sampai ketahap kelima.

3)Dari tahap kelima rombongan maju lagi langsung ke Makam Syekh H. Abdul Jalil.
Di Makam Syekh H. Abdul Jalil, disini Kuncen berdo’a cukup lama, membacakan do’a-do’a khusus para wali, terutama wali yang ada di Makam Kampung Dukuh yaitu KH. Syekh H. Abdul Jalil. Sesudah beres berdo’a di Makam Syekh H. Abdul Jalil, diteruskan berdo’a di Makam Eyang Hasan dan Husein, dengan diteruskan berdo’a di Makam-makam lainnya, yaitu makam- makam Kuncen dan makam-makam sesepuh Dukuh.

4)Sesudah beres ziarah, rombongan pulang dari Makam, tapi terkadang ada sebagian peziarah yang tidak pulang bersama sebab masih ada maksud berdo’a khusus masing-masing peziarah. Sesudah beres ziarah semuanya keluar dari makam dan pulang lagi ke rumah Kuncen. Di rumah Kuncen disediakan air dan makanan. Para tamu beristirahat sambil menikmati makanan kecil seadanya.

Sebagai informasi tambahan, Zenal Arif dalam tesisnya menggambarkan Ada beberapa larangan (tabu) yang harus dipatuhi masyarakat Kampung Dukuh. Yang pertama, adalah tabu berdagang. Jadi, istilah jual beli tidak dikenal, yang ada yaitu sebutan ngagentosan (mengganti). Berdagang makanan matang dianggap pelanggaran berat. Namun seiring dengan terjadinya perubahan sosial, di Dukuh Landeuh sudah ada warung yang berjualan kebutuhan sehari-hari seperti jajanan anak-anak, garam, minyak tanah, dan lain-lain.

Kuncen membolehkan mereka berdagang, namun tidak boleh mencari untung besar dari dagangannya itu dan niatnya adalah membantu warga dalam memenuhi keperluannya. Namun berdagang makanan matang hasil masakan sendiri tetap dilarang. Kadang ada pedagang yang datang dari luar juga. Kalau orang kampung Dukuh ingin berdagang bebas harus di luar Kampung Dukuh karena larangan hanya berlaku di dalam Kampung Dukuh.

Larangan kedua adalah menjadi pegawai negeri atau PNS. Konon, Syekh Abdul Jalil kecewa karena dibohongi atasannya (Bupati Rangga Gempol) yang dianggapnya sebagai ambtenaar (pegawai negeri) sehingga sejak itu ia bersumpah keturunannya tidak akan ada yang boleh menjadi pegawai negeri. Itu sebabnya pula, Syekh Abdul Jalil melarang orang berdagang karena menurutnya berdagang dekat dengan kebohongan dan selalu mencari keuntungan. Satu hal yang aneh, bahwa keturunan Habib bebas menjual minyak wangi kepada para pengunjung ziarah. Larangan ketiga adalah memelihara binatang berkaki empat seperti sapi, kerbau, dan kambing. Jadi, umumnya penduduk beternak unggas seperti ayam, bebek, dan itik. Namun sejalan dengan tuntutan perubahan, di Dukuh Landeuh/luarsudah ada yang memelihara kambing.

Selain tabu-tabu tersebut, masyarakat juga harus memenuhi aturan dalam melakukan upacara di makam karomah yaitu ziarah ke makam karomah hanya dilakukan setiap hari Sabtu. Ketika memasuki areal makam laki-laki harus berpakaian sarung, baju takwa, polos, dilarang memakai pakaian dalam dan totopong (ikat kepala), sedangkan perempuan harus mengenakan samping/sinjang (kain), kebaya, dan kerudung, dan dilarang mengenakan pakaian dalam, perhiasan, dan sandal/ sepatu.

Selain itu, tidak boleh memakai pakaian bermotif (seperti batik), bordiran, kaus, atau kemeja (hem). Selama berada di makam, tidak boleh merokok, meludah, dan kencing; harus selalu memiliki wudu, tidak boleh membunuh binatang dan merusak pepohonan yang ada di areal makam. Ada yang dilarang masuk ke areal makam yaitu: pegawai negeri, orang yang berpacaran (hubungan asmara/tundangan), dan wanita yang sedang haid.

Lain lagi, aspek ekonomi di pesantren Sadang Lebak Karangpawitan Garut sudah cukup kuat, Para Kyai masing-masing mempunyai usaha sendiri yang dikelolanya bersama para santri dan juga karyawan dari masyarakat sekitar.Diantaranya pabrik air minum dalam kemasan, perusahaan Bandrek merek “Gentong Mas” Peternakan dan jual beli ikan hias, bisnis sarung, baju koko, minyak wangi dan lain sebagainya.

Secara lebih spesifik, kebiasaan masyarakat bertanya pada seseorang yang memberikan doktrin-doktrin tertentu, sedikit banyak mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Agama dan konsep kekuasaan Tuhan dan hubungan antara dirinya dengan Tuhan. Sebagian percaya bahwa do’a dirinya bisa dikabulkan melalui perantaraan atau wasilah orang-orang suci dan dekat dengan Tuhan. Makanya fenomena Ziarah ke Makam Wali dan orang Suci adalah merupakan salah satu indikasi hal tersebut.

Kepercayaan terhadap pananyaan yang terdiri dari para ahli hikmah dan ahli tasawuf meniscayakan ketergantungan jamaah tersebut kepada Thariqat yang diikutinya atau yang dianut oleh para Kyainya. Tentu saja, hal tersebut sebagai jalan menuju Tuhan.

Kepercayaan kepada pananyaan juga menimbulkan kesan berbeda akan pemaknaan tentang realitas dan makna eksistensi masyarakat akan kekuatan dirinya dalam berkompetisi di kehidupan yang semakin keras dan kompetitif ini. Hal ini juga menjadi jalan bagi adanya penemuan kebahagiaan di luar konteks kebahagiaan dunia dengan simbol kemakmuran dan kekayaan.

Aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh orang-orang yang percaya dan sering mendatangi paranormal sangat dipengaruhi oleh mitos-mitos yang ada di sekitarnya. Sehingga dalam bahasa Kuntowijoyo, ativitas masyarakat lebih pada aspek ekspressif kebudayaan dibandingkan dengan aspek progressif kebudayaan.

Jika tidak tepat dalam melakukannya, atau bersumber pada pananyaan yang menyesatkan, Mistisisme ritualistik justru cenderung mengajak manusia
melupakan kesulitan, bukannya memecahkannya.
Memahami apa yang didapatkan dari hasil bertanya pada pananyaan dengan tanpa reserve, maka akan menjadikan masyarakat sangat kaku dalam menjalani kehidupan dan berkreasi dengan kehidupannya.Mereka terjebak dalam pola-pola dan rumus-rumusa yang justru akan membelenggu dalam setiap gerak langkah kehidupannya. Mitos-mitos tanpa landasan yang jelas, berkembang sesuai interpretasi masing-masing orang. Makna-makna ditangkap berdasarkan pemikiran masing-masing orang.

Dalam konteks ini, sebagaimana yang disampaikan oleh Kuntowijoyo, bahwa kita memiliki dua jenis organisasi sosial; yang pertama adalah jamaah kiai di pedesaan, dan yang lainnya adalah jaringan persaudaraan tarekat di bawah permukaan. Dalam kesempatan khusus yaitu hawl atau hari peringatan kematian kiai, para murid berkumpul bersama untuk mempererat solidaritas. Peristiwa yang sama juga dimanfaatkan oleh para anggota tarekat, ketika mereka berkumpul bersama dalam acara zikir-suatu peristiwa yang disebut mujahadah. Melalui jaringan-jaringan semacam ini, sentimen dan solidaritas dipelihara. Lebih daripada itu, di antara para kiai sendiri terdapat jalinan abadi karena ikatan-ikatan kekerabatan dan perkawinan, serta melalui sanad yang dengannya seseorang dapat menemukan asal ususl silsilahnya.

Jemaah-jemaah tarekat dan hikmah ini merupakan sebuah realitas diluar organisasi-organisasi keagamaan semacam NU, PERSIS dan Muhammadiyah, mereka mengkonsolidasikan diri sebagai jemaah dengan pimpinan tanpa ikatan formal. Solidaritas mereka dibagun berdasarkan keinginan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Walaupun pada awalnya, banyak yang menjadi jamaah berdasrkan motiv-motiv keinginan untuk merubah diri dan kehidupannya, melalui arod dan semacam bacaan-bacaan, isim dan sebagainya yang meningkatkan kepercayaan diri mereka untuk menghadai kehidupan ini dengan sagala macam dinamikanya.

Ada dua bentuk konsekwensi dari kepercayaan masyarakat terhadap pananyaan ini. Jika mereka mendatangi para kiai hikmah dengan tingkat ideologi yang tinggi mereka akan diingatkan dengan kewajiban-kewajiban menjalankan syariat Islam dan rasa khauf dan raja kepada Allah SWT. Para jamaah yang datang ini akan semakin taat dan rajin dalam beribadahnya kepada Allah, yang asalnya tidak sholat menjadi sholat, sampai shalat tahajjud pun mampu dilakukannya dalam rangka ibdah dan berdo’a agar hajatnya dikabulkan.

Yang kedua adalah mereka yang mendasarkan diri kepada kepercayaan pada paranormal ini menjadi semacam ketergantungan dan terlalu percaya dengan ramalan-ramalan tersebut, khusunya dari para peramal-peramal yang bukan golongan kyai/Ajengan ini, sebab kepercayaannya tidak didasarkan pada ajarann agama. Walaupun ada juga paranormal yang berusaha menghubungkan dengan landasan keimanan yang dianut oleh masyarakat, akan tetapi menjadi tidakk utuh. Hasilnya adalah bergantung pada interpretasi orang yang melakukan konsultasi tersebut.

Barangkali apa yang menjadi pemikiran Kuntowijoyo dalam hal ini perlu dipahami dan diterapkan, tentu dengan strategi tertentu pula. Dimana masyarakat kita membutuhkan stimulus dan waktu agar bisa berubah dari lebih banyak aspek eksperesif kebudayaan mengarah kepada aspek progressif kebudayaan.

Disamping itu, budaya umat manusia juga selalu berkembang dan dinamis. Karena itu dalam interaksi budaya lokal dan budaya Islam tentu muncul dua jenis budaya yang berbeda ; budaya yang sedang unggul dan budaya tradisional yang ketinggalan. Kebudayaan yag unggul akan selalu mempengaruhi kebudayaan yang terbelakang . Dengan kata lain , kebudayaan yang kurang maju membutuhkan dukunganunsur- unsur positif dari budaya yang maju itu untuk mengejar ketertinggalannya. Dengan demikian para pendukung kebudyaan progresif selalu bersikap terbuka terhadap unsur- unsur budaya yang sedang unggul untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas budaya lokalnya.

Sebaliknya pendukung budaya ekspresif tradisional umumnya sangat lamban dan kurang tanggap terhadap dinamika perkembangan kemajuan zaman. Keadaan semacam ini tentunya berlaku pula dikalangan umat Islam. Misalnya, para pendukung budaya Islam progresif selalu tanggap terhadap unsur- unsur positif dalam budaya asing yang positif untuk mendukung pengembangan, progresifitas , dan dinamika budaya Islam. Sebaliknya, mereka yang berwawasantradisional kurang tanggap terhadap perlunya perubahan maupun penyesuian budaya Islam terhadap kemajuan zaman.

Jika mistisisme dalam Panayaan ini dipahami sebagai bagian dari aspek budaya, maka masyarakat melalui para pemikirnya, sebagaimana pemikiran Sutan taqdir Alisyahbana, bahwa agama apapun (apalagi Islam) mempunyai syarat-syarat untuk kemajuan ilmu, ekonomi, dan teknologi dunia modern, tetapi pada suatu ketika adalah interpretasi Islam sendiri yang menyebabkan pemeluk agama Islam dalam zaman modern ini mempunyai kedudukan yang rendah dan terbelakang dalam zaman kemajuan dunia.

Interpretasi Agama (khususnya Islam yang berdasar Al-Quran dan sejarah Islam sendiri), pemeluk agama dapat memegang tanggung jawab untuk dunia yang nampaknya bertambah lama bertambah menjauh dari kehidupan agama, karena tak dapat menjawab kritik ilmu yang rasional dan tujuan kebudayaan modern yang cenderung untuk mengagungkan keduniaan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rojak, 2009,Filsafat ilmu kalam,Studi Ilmu Pemikiran dalam Islam, The 9th Annual confrerence on Islaic Studies (ACIS)

AE Priyono, 2008, dalam Kuntowijoyo, Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi. Penerbit Mizan, Bandung

Afif Muhammad, Mistisisme Masyarakat Sunda, sumber:

http://segatablog.blogspot.com/2010/11/mistisisme-masyarakat-sunda.html

Ahmad Tafsir,2004, Filsafat Ilmu, Remaja Rosdakarya Bandung

Ahmad, Abdul Fattah Sayyid, 2005, Tasawuf Antara Al-Ghazali & Ibnu Taimiyah, Khalifa, Jakarta

Alparslan Acikgence, 1996, The Framework for A history of Islamic Philosophy, Al-Shajarah, Journal of TheInternational Institute of Islamic Thought and Civlization(ISTAC)

Andreas Hergovich, Reinhard Schott, and Martin Arendasy 2001,Paranormal Belief and Religiosity

Bogdan, 1998, Qualitative Research of Education: An Introduction to Theory and Methods, Allyn and Bacon, Inc London

Dawam Raharjo, 2008, dalam Kuntowijoyo, Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi, Penerbit Mizan, Bandung

Edward Burnet Tylor, 2001 Animisme dan Magi dalam Daniel L. Pals Seven Teheories of Religion, Penerbit Qalam, Yogyakarta

Emile Durkheim, 2001, Masyarakat sebagai Yang Sakral, dalam Daniel L. Pals, Seven Theories of Religion, Penerbit Qalam, Yogyakarta

Ganis Yunita Wulandari, 2010, Analisis realisasi diri dan aktualisasi diri dalam mistisisme Jawa (studi kasus pengalaman mistik pangestu melalui pendekatan psikologi analitik dan humanistik), skripsi

Gertz, 2001, Religion as a Cultural System, dalam Daniel L. Pals, Seven Theories of Religion, Penerbit Qalam,

Ginanjar Kartasasmita, Karakteristik dan Struktur Masyarakat Indonesia Modern, makalah, 1997

Haidar Bagir, 2006, Buku Saku Filsafat Islam, Penerbit Mizan Pustaka,Bandung

Harun Nasution, 1973, Falsafat dan Mistisisme, Bulan Bintang Jakarta

John J.O.Wallace, SE, Ph.D, Kostruksi Teori Komponen dan Proses, Grasindo

King, Richard, 2001, Agama, Orientalisme dan Poskolonialisme, Qalam, Yogyakarta

Kuntowijoyo, 2008, Industrialisasi dan Dampak sosialnya, dalam Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi. Penerbit Mizan, Bandung

Kuntowijoyo, 2008, Paradigma Islam untuk Aksi, dalam Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi, Penerbit Mizan, Bandung

Lincoln & Guba, E.G.L., 1985, Naturalistic Inquiry, Beverly Hill, CA., SAGE Publication, Inc

Nasution, 1988, Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif, Tarsito, Bandung

Oliver Leaman, , 2001, Pengantar Filsafat Islam, Mizan, Bandung

Patton & Cole, , Qualitative Evaluation Methods, Bevery Hill, SAGE Publication,

Ruslani, 2000, Tabir Mistik Alam Gaib dan Perdukunan dalam Terang Sains dan Agama

M. Hidayatullah S.1996, Loren Bagus, Kamus Filsafat dalam Mistisisme dalam perspektif filsafat analitik: antara wittgenstein dan mehdi ha’iri yazdi, Gramedia Jakarta

MH Amien Jaiz, 1980, Masalah Mistik Tasawuf & Kebatinan PT Alma'arif, Bandung

Miles, B. Mathew Miles, Qualitative Data Analysis: A Sourcebook of New Methods, Beverly Hill: SAGE Publication,

Moh Soehadha, Partisipasi Umat Agama dalam Paguyuban Ngesti Tunggal

Niels Mulder, 2007, Mistisisme Jawa, Ideologi di Indonesia, LKiS, Yogyakarta

Ninian Smart, Worldview, Crosscultural Explorations of Human Belief

Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif

Annemarie Schimmel, 2000, Dimensi Mistik Dalam Islam, Pustaka Firdaus Jakarta

Sudirman Tebba, 2003, Syaikh Siti Jenar,Pustaka Hidayah, Bandung

Thomas F Wall, 2001, Thinking Critically About Philosophical Problem, A Modern Introduction, Wadsworth,Thomson Learning, Australia,

Wikipedia Indonesia, sumber http:id.wikipedia.org

Zenal Arif, 2012, Pergulatan antara Adat dan Agama, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Tesis

Ginanjar Kartasasmita, Karakteristik dan Struktur Masyarakat Indonesia Modern, 1997

Kuntowijoyo, Paradigma Islam untuk Aksi, dalam Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi. Penerbit Mizan, Bandung, 2008

wikipedia.org

Ruslani, Tabir Mistik Alam Gaib dan Perdukunan dalam Terang Sains dan Agama

Edward Burnet Tylor, Animisme dan Magi dalam Daniel L. Pals Seven Teheories of Religion, Penerbit Qalam, Yogyakarta, 2001

Prof Abdul Rojak, Filsafat ilmu kalam,Studi Ilmu Pemikiran dalam Islam, The 9th Annual confrerence on Islaic Studies (ACIS), 2009

Edward Burnet Tylor, Animisme dan Magi dalam Daniel L. Pals Seven Teheories of Religion, Penerbit Qalam, Yogyakarta, 2001, hal 37

Edward Burnet Tylor, Animisme dan Magi dalam Daniel L. Pals Seven Teheories of Religion, Penerbit Qalam, Yogyakarta, 2001, hal 37

Emile Durkheim, Masyarakat sebagai Yang Sakral, dalam Daniel L. Pals, Seven Theories of Religion, Penerbit Qalam, Yogyakarta, 2001, hal 150

Durkheim, Ritual dan kepercayaan, dalam Daniel L. Pals, Seven Theories of Religion, Penerbit Qalam, 2001, hal 191

Eliade, Agama Purba, Simbol dan Mitos, dalam dalam Daniel L. Pals, Seven Theories of Religion, Penerbit Qalam, 2001, hal 285

Gertz, Religion as a Cultural System, dalam Daniel L. Pals, Seven Theories of Religion, Penerbit Qalam, 2001, hal 413

Gertz, Religion as a Cultural System, dalam Daniel L. Pals, Seven Theories of Religion, Penerbit Qalam, 2001, hal 413

Smart mengakui bahwa Bahasa Inggris tidak memiliki istilah khusus untuk menggambarkan visi yang mencakup realitas keagamaan dan ideologi. Ninian Smart, Worldview, Crosscultural Explorations of Human Belief, Charles Sribner's sons, New York, n.d. 1-2

Thomas F Wall, Thinking Critically About Philosophical Problem, A Modern Introduction, Wadsworth,Thomson Learning, Australia, 2001, 532.

Alparslan Acikgence, "The Framework for A history of Islamic Philosophy", Al-Shajarah, Journal of TheInternational Institute of Islamic Thought and Civlization, (ISTAC, 1996, vol.1. Nos. 1&2, 6.

Thomas F Wall, Thinking Critically About Philosophical Problem, A Modern Introduction, Wadsworth,Thomson Learning, Australia, 2001, 532.

Ninian Smart, Worldview, Crosscultural Explorations of Human Belief, 8-9

Loren Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta: Gramedia, 1996), hlm. 652-653 dalam Mistisisme dalam perspektif filsafat analitik: antara wittgenstein dan mehdi ha’iri yazdiM. Hidayatullah S.

Haidar Bagir, Buku Saku Filsafat Islam, Penerbit Mizan Pustaka, 2006

Wikipedia Indonesia, sumber http://id.wikipedia.org/wiki/Mistisisme

Edward Burnet Tylor, Animisme dan Magi dalam Daniel L. Pals Seven Teheories of Religion, Penerbit Qalam, Yogyakarta, 2001, hal 41

Prof. Afif Muhammad MA, Mistisisme Masyarakat Sunda, sumber:

http://segatablog.blogspot.com/2010/11/mistisisme-masyarakat-sunda.html

Prof. Afif Muhammad MA, Mistisisme Masyarakat Sunda, sumber:

http://segatablog.blogspot.com/2010/11/mistisisme-masyarakat-sunda.html

Prof. Afif Muhammad MA, Mistisisme Masyarakat Sunda, sumber:

http://segatablog.blogspot.com/2010/11/mistisisme-masyarakat-sunda.html

King, Richard, 2001, Agama, Orientalisme dan Poskolonialisme, Yogyakarta, Qalam, hal. 1

Schimmel, Annemrie, 2000, Dimensi Mistik Dalam Islam, Jakarta, Pustaka Firdaus, hal 1-2

Tafsir, Ahmad, 2004, Filsafat Ilmu, Bandung Remaja Rosdakarya, hal. 120

Bogdan, Qualitative Research of Education: An Introduction to Theory and Methods, London, Allyn and Bacon, Inc, 1998, hlm 3.

Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm 13.

Ibid, 34

http://www.garutkab.go.id/galleries/pdf_link/sosbud/pemeluk_agama_2009.pdf

Hal ini berdasarkan pengakuan Kyai Aceng Zakaria kepada Ustadz Dadan selaku tangan kananya

Wawancara dengan Kang Haris, tukang ojek yang sering mengantarkan jamaah ke lokasi Pesantren Sadang Lebak Karangpawitan Garut

Kang Aep ini merupakan sekretaris Pribadi Ajengan Ade, beliau asalnya merupakan Lurah Santri pada masanya nyantri di Pesantren Sadang Lebak Karangpawitan Garut

Wawancara dengan Ibu Iis yang sudah 15 tahun menjadi jamaah, beliau bekerja di Pasar Wanaraja Garut

Aurod adalah Dzikir-dzikir ynag dimaksudkan agar para jamaah mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan melakukan aurod dan do’a-do’a ini diharapkan segala macam hajat dan keinginanya terkabulkan oleh Allah SWT, baik urusan dunia maupun akhirat

Wawancara dengan KH. Aceng Zakaria, Sabtu Mei 2012

Wawancara dengan Ustadz Dadan, Agustus 2012

Wawancara dengan Ibu Aam Salamah di Sukahaji Sukawening Garut, Mei 2012

Wawancara dengan Bu Iis dan rombongannya serta jamaah lain yang banyak juga pedagang dari Pasar Wanaraja Kabupaten Garut

Wawancara dengan Haji Ili, pemilik pabrik sepatu yang mensub dari Garcel

Salah satu contoh Kang Umam yang datang bersama istri dan keluarganya dari Cikampek berjumlah 8 orang, beliau mengaku pada saat mendaftar dikasih wiridan dahulu, wawancara tanggal 14 Juni 2012 di Pondok Pesantren Sadang Lebak Karangpawitan

Wawancara dengan KH Endang, PemilikPesantren Mambaul Ulum, Mei 2012

Wawancara dengan Ibu Iis Komariah M.Si, mantan caleg anggota DPRD Garut dari Partai Golkar, salah seorang yang merekomendasikan peneliti datang ke Kyai Endang, Mei 2012

Wawancara dengan Ustadz Dadan Awaludn Z.A. Kepala Sekolah, SMP Al-Fatih, 20 Juli 2012

Wawancara dengan Hasan, pemilik usaha cuci motor dan tambal band di jalan Patriot Garut

Hal ini bisa dilihat dari wawancara dan pengalaman langsung Bu Iis Komariah yang mendapatkan amalan wirid dari KH Endang dari Pesantren Mambaul Ulum Curug

Wawancara dengan H. Uban Subana, tokoh pananyaan dan pemilik Yayasa terbesar di Cikajang, yayasan Harun Al-Rasyid.

Wawancara dengan Kang Wawan (nama aslinya Yuswanto) seorang pengamen yang sudah bertanya kepada lebih dari sepuluh pananyaan, 21 Agustus 2012

Wawancara dengan Yakti Mintarja, awak bus Primajasa yang sering bersama teman sesama awak bus mengunjungi pananyaan, bahkan sampai ke Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Wawancara dengan Bapak Mamad, seorang katua RT di Kelurahan Jayawaras Tarogong Kidul Garut, Februari 2012

Pengalaman Kang Asep Priana, supir angkot Wanaraja Garut yang pernah dikeroyok oleh sesama supir, wawancara langsung di rumah beliau, Januari 2012

Peneliti sampai sekarang belum menemukan bagaimana rupa dan bentuk apel jin tersebut

Seorang Agen Koran besar di Garut pada masanya sampai gulung tikar gara-gara uangnya habis dipakai untuk mencari barang-barang tersebut

Dari cerita masyarakat, banyak yang datang ke Pesantren Kp. Payung Bandrek Pimpinan Mama Endin, termasuk kalangan artis, namun peneliti belum sempat menemui dan mewawancarainya.

Wawancara dengan Kang Iyan dan Teh Ita, jamaah yang sering mendatangi pananyaan dan ziarah ke berbagai tempat-tempat yang mengandung berkah, Mei 2012

H. Muhammad Daud Mokhamad Komar, dalam Upacara ke Makam Karomah, http://pariwisata.garutkab.go.id/index.php?mindex=daf_det_budaya&s_name=&id_det=121

Zenal Arif, Pergulatan Antara Adat dan Agama, UIN Sunan gunung Djati Bandung, Tesis, 2012

Kuntowijoyo, Interpretasi untuk aksi, penerbit mizan bandung, 2008

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun