Mohon tunggu...
Alimuddin
Alimuddin Mohon Tunggu... Wiraswata -

Orang bijak mengatakan, "Kita tidak bisa mengubah arah angin, tapi kita bisa memanfaatkannya untuk mencapai tujuan berlayar kita.. Visited http://benetenews.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Telaga Sarangan

13 Oktober 2015   00:19 Diperbarui: 13 Oktober 2015   15:06 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jarak antara Surakarta dengan telaga sarangan 58 Km, perjalanan dari Surakarta menuju wisata sarangan ini memakan waktu 1,35 jam jika tidak terjadi kemacetan. Karena di hari libur banyak orang yang menghabiskan waktu libur mereka di kawasan telaga sarangan.

Hirup piruk kota, terbayarkan ketika memasuki kawasan Telaga sarangan, saat melakukan perjalanan kali ini saya melewati kaki gunung Lawu yang merupakan perbatasan antara jawa timur dan jawa tengah. Udara yang menghembus begitu sejuk, pohon-pohon rindang di kiri kanan perjalanan menambah indahnya perjalanan ini.

Telaga sarangan ini berlokasi di desa sarangan Kec. Plaosan Kab. Magetan yang merupakan perbatasan Jawa Timur & Jawa Barat, dengannluas 30 Ha dan kedalamannya mencapai 28m. Berdasarkan legenda Setempat, di lereng gunung lawu hiduplah sepasang suami istri yang bernaman Ki Pasir dan Nyi Pasir. Pasangan ini bertahun-tahun hidup berdampingan namun belum memiliki seorang anak pun, Kyai & Nyai Pasir bersemedi agar mendapatkan keturunan.

Akhirnya mereka mendapatkan seorang anak laki-laki yang di beri nama Jok Lelung. Hari-hari Ki & Nyi Pasir menghabiskan harinya untuk membuka lahan dan bercocok tanam di sekitar pondoknya. Hingga suatu hari kejadian aneh menimpa mereka. Saat hendak berladang Ia menemukan sebuah telur. Ki Pasir membawa pulang dan di rebus. 

Kemudian telur tersebut di bagi berdua, Ki Pasir dan Nyi Pasir merasakan yang aneh di tubuhnya, badan menjadi gatal dan panas. Pasangan ini mencari tempat di sebuah sumber untuk berendam agar menghilangkan rasa panas dan gatal yang di deritanya. Lama kelamaan mereka berubah menjadi Naga. Keduanya marah dan menggeliat geliat membentuk cekungan, menyibak-nyibak tubuhnya ke sanan kemari .

Anaknya yang mengetahui hal itu marah, karena gunung dan pohon hendak di hancurkan,. Maka Joko Lelung bersemedi memohon kepada Sang Kuasa agar niat kedua orang tuanya yang ingin menghancurkan gunung dan menebang pohon dapat di gagalkan. 

Saat kedua orang tua nya sembuat cekungan, lalu timbul kesadaran pada mereka berdua untuk mengurungkan niatnya. Namun, tak urung sekitar sumber yang menjadi arena pelampiasan kemarahan mereka berubah menjadi kubangan besar, menjadi telaga yang sampe sekarang di kenal dengan nama Telaga Pasir atau Telaga Sarangan.

Terlepas dari legenda tersebut saya coba untuk menikmati keindahan alam yang Tuhan berikan kepada umatnya, ada bermacam-macam alternati jika kita ingin menikmati keindahan Telaga Sarangan ini. Bisa menggunakan jasa tunggangan kuda untuk mengelilingi pinggir danau yg luasnya 30Ha atau dengan mengunakan Speed boat yang tarifnya Rp 60.000,. 

Dengan bermodal Rp 8.000 untuk membeli nasi pecel sebagai modal mengelilingi telaga sarangan berjalan kaki. Ya,, karena alasan udara yang dingin dan sekaligus berolah raga di pagi hari saya mencoba berjalan kaki untuk menikmati telaga dan menyempatkan mengambil gambar di sisi telaga. Dan hal yang terpenting lagi mengapa saya memilih berjalan kaki untuk menikmati telaga adalah mengurangi Butget selama perjalanan. Hihihi....

Dengan berjalan kaki pula saya bisa menikmati dari tiap sudut dan bisa mengabadikan perjalanan di telaga sarangan ini. Di sisi telaga ini berjejer pula warung-warung kopi dan yang berjualan sate kelinci. Sebelah barat telaga ini terdapat lokasi untuk berkemah, pohon cemarah menjadi pohon yang paling sering di lihat di lokasi berkemah. Masi dari lokasi yang sama pinggir telaga bertulisan "TELAGA SARANGAN" 

Setelah puas berjalan kaki dan mengabadikan momen tiap sudut telaga sarangan, saya melihat roda perekonomian mereka hidup dari pengunjung wisata yang berdatangan dari berbagai daerah. Masyarakat di sekitar wisata bisa menjual hasil pertanian mereka dan juga bisa menyewakan jasa tranportasi, penginapan dan lainnya. 

Saya mulai berpikir ke kampung saya, yang memiliki potensi wisata alam yang tak kalah menarik di bandingkan dengan telaga sarangan ini, dapat menghidupi masyarakat di sekitarnya pasca tambang PT. Newmont berakhir. Deperlukan kerja sama yang baik antara pemerinta, Masyarakat dan pihak perusahaan yang mengeluarkan dana CSR nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun