Mohon tunggu...
AL IMRON
AL IMRON Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis dengan hati

alimron91.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibu, Sekolah Pertamaku yang Luhur

6 Desember 2020   00:54 Diperbarui: 6 Desember 2020   00:58 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
wallpaperaccess.com

Pandangan umum tentang pendidikan menurut salah satu tokoh islam dunia yaitu, Ibnu Khaldun ialah "Seorang manusia yang tidak pernah terdidik oleh keluarganya, maka ia akan terdidik oleh zaman". Berbicara tentang suatu keluarga, maka tidak pernah lepas dari peran seorang ibu.

Ibu adalah orang yang telah melahirkanku setelah sembilan bulan lamanya aku tinggal didalam kandungan. Selama ibu mengandung, tentu banyak hal yang telah aku lakukan dan hal itu kurang berkenan dihati ibu, namu ibu tetap sabar menjalaninya. 

Sebagai contoh, pada saat usia kandungan telah mencapai tiga bulan pertama. Aku membuat ibu tidak bisa tidur dengan nyaman/nyenyak. Selain itu, ibu mulai mengatur asupan nutrisi dan gizi yang seimbang untuk perkembanganku didalam kandungan.

Memasuki usia kandungan empat bulan, biasanya ada tradisi yang dilaksanakan. Tradisi itu ialah memanjatkan doa kepada Allah SWT, agar kelak bayi yang dikandung menjadi anak yang sholeh atau sholeha. 

Tradisi ini dilaksanakan dengan mengundang sanak family dan tetangga sekitar. Berdasarkan petunjuk yang ada, ketika usia empat bulan bayi dalam kandungan, Allah SWT meniupkan ruh serta empat takdir yang akan dialami.

Setelah empat bulan hingga sembilan bulan aku berada dalam kandungan. Ibu mulai lebih merasakan gerakanku dari dalam, kadang aku menendang, kadang aku memukul dll. Tingkahku di dalam kandungan yang tidak menentu, mengakibatkan ibu kurang tidur, kelelahan dan sakit kepala.

Hal-hal seperti itu belum seberapa, jika dibandingkan dengan proses kelahiranku. Ibu melahirkanku dengan pergorbanan yang total, ibu sanggup menahan rasa sakit yang luar biasa serta berani mempertaruhkan nyawanya hanya untuk melahirkanku ke dunia. Tidak ada kalimat yang bisa menggambarakan rasa sakit yang luar biasa, ketika melahirkan, karena hanya sorang ibu yang merasakanya.

Dunia Baru

Alhamdulillah aku telah lahir ke dunia dengan organ tubuh yang lengkap. Setalah aku lahir dan dibersihkan, ayah menggendongku lalu mengumandangkan adzan dan iqomah ke kedua telingaku. Pada usia 40 hari aku hidup, ayah mengundang sanak family dan tetangga untuk mengadakan tasyakuran serta memberi nama sebagai AL IMRON.

Hari berganti hari organ tubuhku mulai menunjukan kejelasanya, baik organ tubuh dalam maupun organ tubuh luar. Organ tubuhku terbentuk, karena ibu memberikan ASI pada waktu tertentu, ketika aku menangis . Setiap tetesan ASI mempengaruhi perkembanganku hingga dewasa, maka ibu mengkonsumsi makanan yang penuh nutrisi dan gizi demi menjaga kualitas ASI.

Beranjak pada usia balita, ibu memberikan makanan yang penuh nutrisi dan gizi pada setiap makanan yang aku konsumsi. Kadang aku menolak untuk mengkonsumsinya, karena rasanya tidak enak, namun ibu membujukku dengan sangat sabar demi kebutuhan nutrisi dan giziku bisa terpenuhi.

Tahun berganti tahun organ tubuhhkan mulai menunjukan fungsinya. Ibu mengajariku tentang hal-hal baru. Ibu mengajariku berbicara, ibu mengajariku berjalan, ibu mengajariku membaca, dan ibu mengajariku nama-nama benda atau non benda. Hal ini mengingatkanku, ketika Allah SWT mengajari nama-nama benda kepada Nabi Adam AS. Semua hal yang baik ibu ajarkan padaku, ibu sekolah pertamaku yang luhur atau mulia.

 

Do'a Ibu

Alhamdulillah aku bisa menyelesaikan program sarjana di salah satu perguruan tinggi swasta yang berlokasi di Malang, Jawa Timur. Gelar yang telah aku peroleh merupakan suatu keajaiban dari do'a ibu kepada Allah SWT. Ibuku setiap saat berdo'a agar anaknya yang tercinta segera menyelesaikan kuliah di tengah-tengah kondisi keuangan keluarga yang sangat memprihatinkan.

Ayah dan ibuku berlatar belakang sebagai petani di sebuah desa kecil Kec. Tanah Merah Kab. Bangkalan Jawa Timur. Sebagai seorang petani yang bergantung pada faktor cuaca untuk memenuhi kebutuhan hidup baik pangan maupun sandang. Aku berinisiatif untuk mecari tambahan pemasukan uang, untuk meringankan beban biaya kuliah yang tanggung oleh ayah dan ibuku.

Setiap aku ingin melakukan hal-hal baru, aku pasti meminta pendapat ibu. Hal ini masih teringat jelas dalam anganku, ketika aku harus memilih kuliah atau pekerjaan. Sebelum aku wisuda sarjana, aku mendapatkan kesempatan bekerja di salah satu perusahaan pemerintah di jakarta. Sekitar satu tahun aku bekerja tinggal di jakarta, sedangkan untuk kuliah tinggal skripsi.

Proses skripsiku berlangsung sangat lama. Hal ini disebabkan oleh dua faktor. Pertama, jarak yang jauh antara malang dan jakarta menurunkan motivasiku untuk segera menyelesaikan skripsi. Kedua, dosen pembimbing yang tidak mengenal rasa kemahasiswaan atau menyalahkan yang telah dibenarkan (revisi skripsi). Sehingga membuat status mahasiswaku terancam atau DO (drop out). Dari kedua faktor tersebut, aku harus menentukan pilhan.

Aku memohon do'a restu ibu untuk menyelesaikan kuliah dan resign dari pekerjaan. Setelah itu, aku kembali ke malang untuk fokus pada proses skripsiku. Do'a ibu sangat terasa ketika aku berhadapan dengan dosen pembimbing skripsi dan dosen penguji skripsiku. Dosen pembimbingku seolah-olah seperti ibuku sendiri yang mengayomi dan mengarahkanku dengan penuh kasih sayang, meskipun aku melakukan kesalahan yang fatal. Begitu juga dosen pengujiku, setiap pertanyaan yang disampaikan solah-olah mengandung jawabanya. Keajaiban ini terjadi, karena keajaiban do'a ibu kepada Allah SWT.

Do'a ibu lebih utama dari seribu wali, ibu tiga kali lebih utama dibandingkan ayah, ibu lebih keramat dibandingkan dengan benda apapun, surga berada dibawah telapak kaki ibu.

Seorang anak tidak akan pernah bisa membalas peran ibu yang telah diberikan, ibu tidak pernah menuntut balas atas peranya, kasih ibu bagaikan udara yang tidak pernah habis, kasih ibu kepada beta sepanjang masa.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun