Mohon tunggu...
Alimoel Soekarno
Alimoel Soekarno Mohon Tunggu... -

aku hanya ingin menulis

Selanjutnya

Tutup

Catatan

My November Rain (Memori 6 November 2010)

8 November 2011   15:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:54 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waktu cepat berlalu, tak terasa sudah setahun sudah aku kehilangan seorang pahlawan dalam hidupku. Kakek adalah orang yang selama ini kujadikan figur seorang ayah, kini setahun sudah ragamu berbalut tanah... jiwamu sirna untuk menemui Tuhannya. Sepuluh tahun kami berpisah, akhirnya aku hanya menemui pusara... Kesedihanku ini teramat mendalam, dunia bagai berhenti sesaat bila kuterawang kembali tahun kepergiannya.

Tidak ada yang bisa menggantikan peran kakek dalam segala hal, dalam kesahajaan beliau tidak pernah mengeluh bila mengalami kesulitan. Seandainya waktu bisa kuulang mungkin aku tidak akan jauh beranjak dari sisinya. Prostat yang diderita kakek akhirnya membuka kunci nafas terakhirnya. Hal yang aku sesalkan, aku tidak bisa menjadikan sedikit perbedaan pada penyakit kakek. Seandainya aku saat itu punya kuasa mungkin rumah sakit bukan suatu yang sulit untuk operasi... sesal kemudian tiada berarti!

Kesetiaan nenek juga teruji, tidak lama kemudian nenek menyusul kakek menemui Ilahi. Semoga amal ibadahnya diterima ALLAH swt... semoga dosa-dosanya diampuni dan diganti dengan kebaikan. Semoga kuburnya dilebarkan seluas mata memandang, dan terhindar dari sakitnya siksa kubur, biarlah deritanya cukup didunia saja dan menjadi senang diakhirat sana.. kampung abadi.

Semua bantuan kakek kepadaku selama hidupnya, terutama pendidikan karakter yang telah beliau ajarkan semoga membantunya di alam kubur sana, semoga murid-muridnya (Ummi, Aku dan Fahir adikku) menjadi shaleh dan baik akhirnya (khusnul khatimah). Tak lupa janjiku dihari perpisahan kami, saat kereta tak bisa menunda barang sedetik... pergi haji! Aku ingin mewujudkan keinginan beliau yang satu ini, karena aku pernah mendengar do'a-do'a lirih beliau saat tahajud setiap malam... kakek sangat merindui mengunjungi ka'bah. Dalam tangisnya aku tahu seberapa dalam keinginannya untuk itu.

Sampai jumpa lagi kakek...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun