Mohon tunggu...
Alimin Samawa
Alimin Samawa Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Lahir di tanah samawa, ingin terus bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Membangun Kebaikan Sosial

1 Maret 2018   05:39 Diperbarui: 1 Maret 2018   05:47 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia" (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami'no:3289).

Lahir dalam rupa manusia adalah sebuah karunia. Hadir sebagai Muslim juga sebuah karunia. Bahwa kita dilahirkan di Indonesia , negeri dengan mayoritas Muslimnya adalah takdir sekaligus sebagai karunia yang musti disyukuri. Indonesia adalah tanah air kita. 

Sebuah kesadaran yang selalu dipupuk, bahwa disamping kita memiliki nasab keturunan, kesadaran berikutnya adalah kita memiliki nasab kebangsaan dengan segenap sejarah yang melingkupi perjalanannya. Bangsa tempat hidup, lahir dan besar merecap segala cita rasa dan budaya yang disebut dan dikenal orang sebagai orang timur.

Ketiadaan konteks tanah air, perintah memakmurkan bumit idak ada relevansinya. Sebagaimana hanya membatasi tanah air sendiri, tanpa peduli dengan kehidupan manusia di belahan tanah air yang lain. Maka mensyukuri takdir sebagai manusia adalah dengan menggantungkan peran vertikal dan peran horizontal yang kita emban. Sehingga dari langit kita memohon bimbingan, dan di bumi kita merekam jejak-jejak pemberdayaan. Jejak kebaikan sosial.

Hadits Rasulullah bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lain tidak bisa dipungkiri kebenarannya. Rasulullah sebagai teladan terbaik dalam menjejaki kehidupan adalah contoh yang akan selalu hidup dalam memberikan spirit bagi ummatnya dalam teladan kebaikannya. Ia adalah al-amin yang digelari oleh masyarakat yang hidup di zamannya. Al-amin tentu tidak hadir tiba-tiba. Ianya proses interaksi panjang dengan masyarakat di sekitarnya. 

Membangun kepercayaan masyarakat dengan basis kebaikan sosial. Perhatikanlah ungkapan Sayyidah Khadijah radiallahu anha. Kepada Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam "Demi Allah, Allah tidak mungkin menghinakanmu karena Engkau menyambung silaturrahim, member penghasilan kepada yang tidak mempunyai pekerjaan, menanggung beban dan membantu orang-orang yang mendapat musibah dalam kebenaran".

Adalah Syaikh Hasan Al-Banna, seorang mujadid dakwah di zamannya. Telah menginspirasi banyak kebaikan bagi para aktivis Islam. Di dalam sepuluh kompetensi seorang Muslim yang beliau susun, salah satu pointnya adalah Nafi'un Lighoirihi (Bermanfaat bagi selainnya). "Bahwa satu rambu keislaman adalah memberikan bantuan, nasihat, dan kontribusi yang tidak pernah terputus kepada seluluruh mahluk Allah" Ujar beliau. "Karena itu". Sambung beliau. "Tidak layaK terlahir di dunia orang  yang hanya hidup untuk dirinya sendiri, mendustakan hari pembalasan, tidak melakukan kebaikan, dan tidak menganjurkan pada kebaikan".

Mengenai kompetensi Nafi'un lighoirihi, Imam Hasan Al-Banna mengatakan "Hendaknya Engkau menjadi orang yang banyak aktivitas, yang terlatih memberikan pelayanan-pelayanan sosial. Merasa bahagia dan senang ketika dapat memberikan bantuan kepada orang lain, menjenguk orang sakit, membantu orang yang membutuhkan, menanggung orang yang lemah, meringankan beban orang yang tertimpa musibah, meskipun hanya dengan ucapan-ucapan yang baik, dan selalu bersegera menuju pada kebajikan.

Dalam pentas sejarah. Seorang Ibnu Abbas pernah menghentikan I'tikafnya untuk memenuhi kebutuhan saudaranya kerena Allah Subhanahu wa ta'ala. Ketika saudaranya terheran, maka Ibnu Abbas berkata "Saya mendengar Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam, bersabda 'Barang siapa yang berjalan untuk memenuhi kebutuhan saudaranya, baik terpenuhi atau belum maka itu lebih baik dari pada I'tikaf sebulan di masjid ku (Masjid Nabawi) ini". 

Sejalan dengan hadits yang dikemukakan oleh Ibnu Abbas. Imam Muslim dalam kitabnya mencantumkan hadist shahih "Barang siapa yang memudahkan orang yang kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan akhirat. Dan Allah akan menolong hamba selama hamba itu menolong saudaranya..."

Sebagai negeri yang penduduknya mayoritas Muslim. Banyak peran kebaikan sosial yang bisa dilakoni dalam rangka menjadi bagian manusia yang memiliki nasab bangsa yang menjunjung tinggi kemerdekaan dan berperan aktif dalam mengusahakan kemerdekaan bagi bangsa-bangsa lain yang masih tertindas. 

Sebut saja Palestina, Suriah, Myanmar, dan lainnya. Sebagai wasilah mengakumulasikan sebanyak-banyak kebaikan. Peran-peran kecil yang bisa dilakoni. Semisal membuang sampah pada tempatnya, membangun proyek-proyek pemberdayaan masyarakat, proyek sosial, lembaga filantropi dan pemeliharaan anak yatim.

Setiap manusia sejatinya bisa memilih peran sosial. Tinggal mau atau tidak. Pilihan itu tentu ada konsekuensinya masing-masing. "Barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akam melihat (balasan) nya. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. (Al Zalzalah : 7-8)

Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri" (QS. Al-Isra:7)

Wallohu alam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun