Mohon tunggu...
Ali Makhsun Efendi
Ali Makhsun Efendi Mohon Tunggu... -

sopo wonge seng tekun bakal tekan senadyan nganggo teken

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Ketiks IP (Indeks Prestasi) Menjadi Tujuan Utama

17 Juni 2016   10:32 Diperbarui: 17 Juni 2016   10:43 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Setiap mahasiwa pastinya mempunyai mimpi lulus dengan predikat cum laude, karena mereka menganggap bahwa ketika ia bisa lulus dengan nilai yang tinggi akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan yang diinginkan daripada nilai yang rendah. Memang hal tersebut tidak bisa disalahkan karena di zaman sekarang ini banyak perusahaan yang mensyaratkan calon karyawannya memiliki nilai yang tinggi. 

Namun, sebenarnya yang menjadi syarat utama bukan sekedar nilai tinggi yang tertera dalam ijazah semata, tetapi masih banyak kriteria lain yang menjadi pertimbangan perusahaan, khususnya skill atau kemampuan yang dimiliki pelamar kerja, yang didapatkan dari proses belajar mengajar dan membutuhkan waktu untuk mengasah skillnya. Perusahan-perusahaan akan menguji kemampuan mereka dengan berbagai rentetan tes yang telah disediakan, baik tes tertulis ataupun lisan. Disinilah letak kejujuran. Perusahaan akan mengetahui mana calon karyawan yang benar-benar memiliki skill bagus dan mana yang hanya memiliki nilai abal-abal alias palsu.

Apa jadinya jika mahasiswa dalam kuliah hanya bertujuan memperoleh nilai yang tinggi dan lebih mengesampingkan khazanah Ilmu pengetahuan yang begitu luas? Memang nilai itu penting, karena nilai dapat menentukan seberapa besar pemahaman mahasiswa terhadap materi yang telah disampaikan dalam bangku perkuliahan. Jika nilai mahasiswa bagus, maka dosen beranggapan bahwa mahasiswa sudah mampu memahami serta mencerna materi yang telah disampaikannya, sebaliknya jika nilai mahasiswa jelek , maka dosen juga menganggap bahwa mahasiswa belum menyerap dan memahami materi yang telah disampaikannya.

Namun bagaimana jadinya jika nilai yang diraih mahasiwa tidak diraih dengan jerih payahnya (belajar)sendiri, tetapi diraih dengan kecurangan seperti mencontek temannya atau membuka referensi dari buku maupun dari internet pada saat ulangan? Padahal dosen tidak mengetahui dibalik keberhasilan nilai yang diraih oleh mahasiswa. Dosen hanya berkhusnudzansaja bahwa nilai yang telah diraih mahasiswa murni dari jerih payahnya sendiri. Dan sekali lagi nilai juga digunakan sebagai salah satu aspek tolak ukur pemahaman mahasiswa. Bagi mereka yang berorientasi pada nilai semata, kuliah itu hanya sekedar datang, mengisi absen, mendengarkan ceramah dosen dan pulang.

Tak bisa dipungkiri oleh mahasiswa yang bertipe nilai oriented,  ketika waktu pengisian KRS (Kartu Rencana Study) tiba, mereka akan berlomba-lomba segera memilah dan memilih dosen yang dermawan terhadap nilai. Mereka sudah menyiapkan hal itu jauh-jauh sebelum hari dengan menanyakannya kepada kakak tingkat mereka mengenai dosen mana saja yang sekiranya dalam menyampaikan materi enak dan nilainya juga enak ”ngaak ribet”. Dosen yang dianggap enak dalam hal nilai maka akan laris manis diserbu mahasiswa yang bertipe “Nilai Orinted” tersebut.

Sedangkan apabila mahasiswa menganggap kuliah sebagai sarana untuk  terus menggali khazanah keilmuan yang belum ia raih maka  ceritanya akan berbeda. Mahasiswa tidak hanya sekedar datang ke kampus untuk mengikuti perkuliahan saja, mengisi daftar hadir, asyik main dengan ponselnya. Ia pasti akan menyimak ceramah yang disampaikan dosen dengan cermat, mencatat materi yang sekiranya penting untuk menunjang proses belajarnya serta mempelajari dan mengembangkan materi yang didapat dari dosen, dalam mengerjakan tugas mereka akan lebih nyaman karena bagi mereka tugas merupakan evaluasi terhadap materi yang telah disampaikan. Inilah yang akan mebuat mahasiswa mendapatkan nilai yang tinggi, akibat dari keseriusan dalam belajar akan melahirkan nilai yang sebenarnya.

Menimba  ilmu ibarat meminum air laut. Semakin banyak minum maka semakin terasa haus. Mahasiswa yang sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu akan melahirkan karakter yang rakus terhadap ilmu, tidak pernah puas dengan apa yang telah ia dapat. Dalam perkuliahan tak pernah merasa lelah ataupun malas karena rasa tersebut telah digilas dengan niat mereka yang lurus dalam menuntut ilmu, yaitu ingin menambah khazanah keilmuan yang belum mereka dapatkan.

Rasulallah SAW pernah bersabda “sesungguhnya amal tergantung dari niatnya, dan sesungguhnya setiap orang hanya mendapatkan sesuai dengan niatnya...”.oleh karena itu, mari luruskan niat kuliah untuk mencari ilmu dan membuka khazanah keilmuan yang masih tertutupi oleh tabir penghalang, serta untuk menghilangkan kebodohan. Jika niat kuliah hanya untuk mendapatkan nilai atau ijazah semata maka ilmu yang kita dapatkan tidak akan maksimal, namun jika kita menghujamkan niat dalam hati untuk mendapatkan ilmu maka nilai yang tinggi dan ijazah akan mengalir dengan sendirinya kepada kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun