Mohon tunggu...
Ali Manshur
Ali Manshur Mohon Tunggu... Mahasiswa - Independen

Hanya menyalurkan rasa gabut dengan menyajikan konten yang berbau masa lalu yang dimana membuat anda akan gamon (gagal move on). Jika ada kritik atau saran silahkan dan sangat dianjurkan. Mari belajar bersama bermanfaat kepada orang lain, walau hanya dengan kata. Matur thank you

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Jiwa Terbengkalai

2 Januari 2022   14:07 Diperbarui: 2 Januari 2022   14:24 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mentari mengintip di sela bukit
Binarnya menyirami pohonan rimbun
Lalu berkata dengan lirih
"Bangun sang pembual"

Ia pun merekah mata sipitnya
Memandang dari sisi cangkir kopi
sisa argumentasi semalam
Diraihnya cangkir dengan tertatih-tatih

Saling pandang dengan mata sayu
Mengatakan di cangkir kopi
"Kita terbengkalai kawan"
Pun ia bangun dari ringkihnya

Membuka mulut tenda yang mulai menggerutu
Berdiri gagah dan transparan
Berlari ke timur di pagi
dan sempoyongan ke barat saat sore

Di malam ia terbengkalai
di bawah bau tembakau
Memejamkan mata dan diselimuti rintihan jiwa sendiri

Ahmad Ali Manshur

1 Januari 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun