Mohon tunggu...
Ali Maksum
Ali Maksum Mohon Tunggu... Guru - Education is the most powerful weapon.

Guru, Aktifis dan Pemerhati pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pemberian Hadiah dalam Praktik Pendisiplinan Kelas

23 Januari 2024   14:09 Diperbarui: 23 Januari 2024   14:18 16270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai seorang guru pasti pernah memberikan hadiah kepada murid. Terkadang kita berifkir bahwa cara ini paling efektif untuk memotovasi murid dalam disiplin, kitapun terus mengulangi sistem dalam memberikan hadiah ini. Sebenarnya apa dampak pemberian hadiah ini terhadap praktik pendisiplinan murid? . Konsep ini kerap dianggap afektif karena murid akhirnya melakukan apa yang kita mau, yaitu menaati aturan. Mungkin selama ini kita percaya bahwa dalam konesp pendidikan murid harus bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Murid harus menunda kesenangan dengan melakukan tugasnya. Menunaikan kewajibannya dulu setelah itu guru akan memebrikan imbalan. 

Konsep penundaan hadiah ini pernah dilakukan oleh Walter Michel, seorang psikolog pada tahun 1960 an. Ia melakukan sebuah eksperimen yang disebut eksperimen Marsmellow. Di dalam ruangan mereka diberi Marshmellow dan mereka diminta menunggu selama 15 menit jika mereka berhasil menahan diri maka anak tersebut akan diberikan hadiah dua buah marshmellow, hasilnya sebanyak 200 anak berhasil dalam eksperimen ini.

Melalui eksperimen ini mungkin kita akan berfikir bahwa ternyata anak=anak mampu mengendalikan diri. Tetapi mari kita lihat lagi betulkah mereka menahan diri karena memang ada motivasi internal? atau apakah ini karena ada janji mendapatkan dua buah marshmellow?

Hadiah tidak harus berupa benda, bisa berupa pujian, stiker bintang, stiker dibuku, atau mungkin sebuah janji. Nah ternyata hadiah tidak menimbulkan ketaatan jangka panjang. Guru yang menerapkan konsep hadiah ini kebanyakan muridnya melakukan disiplin karena ingin mendapatkan hadiah. Ini merupakan perilaku disiplin murid yang didapatkan dari motivasi eksternal. Jika guru suatu saat tidak menawarkan hadiah kepada siswa apakah siswa masih menjalankan disiplin? Ketidak efektifan hadiah untuk menciptakan efke jangka panjang diungkapkan oleh Alfie Kohn menurut Kohn ada 5 alasan untuk tidak menerapkan konesp ini.

1. Menghambat Kinerja, Kreativitas dan Motivasi Murid

Murid akan berfokus pada hadiah daripada tugas yang dia kerjakan

2. Hadiah memiliki potensi hukuman. 

Hadiah dan hukuman sama-sama mengandung janji bahwa ada hal yang akan didapatkan murid pada akhirnya. Jika hadiah tidak tercapai akan memunculkan kekecewaan. 

3. Menyebabkan putusnya hubungan sosial.

Murid akan menganggap siapapun yang menghalanginya memperoleh hadiah merupakan halangan dalam hidupnya. Sehingga meraka sulit untuk berteman dan hubungan sosialpun semakin jauh. 

4. Membuat gagal menemukan sumber masalah.

Murid tdiak belajar untuk mengenali sumber masalah dan tidak belajar menyelesaikan masalah. Karena fokusnya langsung pada hadiah. 

5. Kehilangan motivasi intrinsik jangka panjang.

Murid akan terbiasa ada `sesuatu` yang ia dapatkan sehingga motivasi instrinsik murid untuk melakukan sesuatu hilang.

Dalam menciptakan ketaatan jangka panjang kita dapat memberikan makna kepada murid akan tanggung jawabnya. Ajaklah mereka berdiskusi dengan bahasa tubuh yang lembut, pemilihan kata-kata yang mudah, contoh-contoh konkret dan tindakan nyata dari kita. Dengan demikian murid akan melihat tindakan disiplin yang sama. lakukan secara konsisten. pada akhirnya murid akan mengerti akan makna dari setiap tindakan yang mereka harus lakukan. 

Referensi: 

1. Diane Gossen, It's All About We Rethinking Discipline Using Restitution, tahun 2008

2. Diane Gossen, Restitution (Rsetructuring School Discipline) , Second Revised Edition. 

3. Diane Gossen, Restitution (Restructuring School Discipline - Facilitator's Guide), Revised edition

4. Irfan Amalee, Disiplin Positif, tahun 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun