Mungkin ada yang berpandangan bahwa refleksi bagi guru adalah menyita waktu, padahal ada pekerjaan lain yang mungkin dirasa lebih penting yang harus dikerjakan. Namun dengan meluangkan waktu berefleksi guru bisa lebih produktif karena bisa berkaca sebagai tanggung jawab  seorang pendidik. Apa saja yang sudah bagus berjalan dikelas atau ada hal yang selama ini belum berjalan secara efektif. Apakah pembelajaran yang pendidik berikan di kelas sudah bermakna kepada peserta didik. Perasaan yang rasanya muncul terus berulang-ulang ternyata bisa kita cari tahu solusinya melalui refleksi. Untuk itu sebagai seorang pendidik perlu untuk mengambangkan keterampilan berfikir reflektif.Â
Kemampuan ini diasah melalui latihan yang konsisten sehingga nantinya terbiasa. Ada 3 sikap dasar yang mendukung praktik refleksi kita sehari-hari:
1. Dilakukan dengan sepenuh hati.  Â
Refleksi dilakukan bukan karena terpaksa karena disuruh atau hanya sebatas rutinitas tanpa makna. Lakukan karena kita tahu bahwa berefleksi dapat membantu diri kita berkembang.Â
2. Jujur dan berfikir terbuka.
Berefleksi memerlukan kejujuran diri kita terhadap diri sendiri. Jujur dengan perasaan kita, jujur dengan pemikiran kita, juga berfikiran terbuka dengan informasi yang kita dapatkan, termasuk saran dan pendapat dari orang lain. Seseorang yang jujur dan terbuka terhadap dirinya dapat memiliki kemampuan untuk belajar dan mengembangkan diri. Baik untuk keperluan pribadi maupun karir.
Sebagai contoh ketika guru mendapatkan siswanya tertidur dikelas ketika mengajar, dia berfikir bahwa hal itu adalah biasa saja dan wajar karena mungkin pelajarannya sulit. Guru tersebut belum jujur terhadap dirinya bahwa itu adalah masalah. Dia juga tidak mau mengakui bahwa mungkin masalahnya bukan disubjek mata pelajaran atau peserta didiknya tetapi cara dia mengajar. Guru tersebut juga belum berfikir tebuka bahwa banyak cara agar pelajaran bisa lebih menarik. Hasilnya, guru tersebut akan menemukan permasalahan setiap tahunnya. Hal ini seharusnya bisa diatasi jika guru terseeut mau berefleksi.Â
3. Rasa Tanggung Jawab. Â Â
Rasa tanggung jawab ini harus ditumbuhkan kepada setiap guru, yaitu rasa tanggung jawab terhadap peserta didik. Ingatlah bahwa sebagai pendidik kita bertanggung jawab terhadap apa yang kita ajarkan dan dampaknya terhadap peserta didik kita. Dengan demikian akan timbul motivasi untuk terus belajar dan mengembangkan kemampuan pedagogi kita.Â
Dengan mengambangkan 3 sikap dasar tadi semoga dapat membantu kita untuk memeulai berefleksi dan menjadikannya kebiasaan. Mulailah dulu dari pengalaman diri sendiri, pengalaman mengajar, pengalaman belajar, perancanaan atau langkah-langkah yang pernah kita ambil saat pembelajaran di kelas.
Menurut Stephen Brookfield. Â Ada empat lensa untuk berfleksi
1. Lensa Diri
Lensa ini menggunakan pengalaman pribadi sebagai perspektif saat berefleksi.Â
2. Lensa pemelajar
Lensa ini mengambil perspektif peserta didik kita di kelas. Bisa melalui empati, berdialog langsung, melalui survey dari hasil assesmen dan sebagainya.
3. Lensa rekan sejawat.
Carilah rekan sejawat yang bisa kita ajak diskusi dan berbagi pengalaman secara informal. Kita bisa berefelski dari pengalaman atau pemikiran mereka. Kepala sekolah bahkan bisa membuat program formal observasi rekan sejawat atau peer observastion. Misal guru A melakukan obeservasi di kelas guru B kemudian keduanya melakukan diskusi dan refleksi setelahnya.Â
4. Lensa teori/literatur.Â
Misal bisa dilakukan melalui buku, jurnal, kelas profesional, dan sumber belajar lainnya. termasuk belajar mandiri di PMM saat mempelajari teori disiplin positif dari Diane Gossen seorang guru mempelajari bahwa memberikan hadiah memunculkan motivasi eksternal pada peserta didik. Mereka berperilaku baik karena mengharapkan hadiah. Sedabkan motivasi diri harus tumbuh dari dalam diri. Kemudian guru tersebut merefleksikan praktik memberikan bintang di kelas dan melihat lebih dalam perilaku muridnya.
Melalui refleksi teori ini seorang guru dapat menerapkan disiplin yang lebih positif dikelasnya. Melalui 4 lensa ini seorang guru dapat melakukan refleksi dari banyak sudut pandang. Tetapi harus diingat bahwa berefleksi adalah bercermin dengan diri sendiri. Walaupun bukan menggunakan pengalaman pribadi ketiga lensa lainnya tetap menjadi media untuk berkaca pada diri sendiri dan hasilnya kita dapat mengembang diri sebagai seorang pendidik.Â
Referensi:
https://www.aitsl.edu.au/teach/improve-practice/how-to-guides/reflection (Diakses tanggal 30 Mei 2022)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H