Bagaimana merumuskan pemahaman bermakna dan pertanyaan pemantik untuk guru dalam kurikulum merdeka?
Agar hasilnya maksimal para pendidik juga harus mencoba untuk merumsukan dalam materi ini. Selanjutnya dalam membuat pemahaman bermakna dan pertanyaan pemantik, para pendidik dapat bekerja sama dengan guru lain yang mengajar pada satu fase. Dalam hal ini kita dapat membayangkan terlebih dahulu ketika kita masih muda dan menjadi murid dahulu, pelajaran apa yang kita sukai? Apakah ada satu pelajaran yang sangat menyenangkan dan masih kita ingat dan kita gunakan hingga sekarang? atau justru ada mata pelajaran yang hingga saat ini kita tidak paham dan untuk apa kita belajar hal tersebut?. Mari kita kembali ke peran kita sebagia seorang guru. Apa saja yang sudah kita lakukan sebagia seorang guru agar murid memahmai maksud pembelajaran dan manfaatnya untuk kehidupan mereka.
Pemahaman bermakna dapat membantu kita menjelaskan manfaat pembelajaran dan tujuan mempelajari materi sebuah materi ajar. Sebagai pendidik kita berharap jika murid mengetahui tujuan mereka mempelajari sebuah materi, maka motivasi intrinsik mereka pun akan tumbuh. Sementara itu pertanyaan pemantik adalah pertanyaan yang seharusnya mampu dijawab murid setelah mempelajari materi ajar. Pertanyaan pemantik bisa berupa satu pertanyaan untuk satu unit materi. Â Bisa juga berbeda-beda setiap pertemuannya. Bergantung dengan konsep yang sedang dipelajari. Yang penting pertanyaan pemantik yang dibuat memenuhi kriteria.Â
Pertanyaan pemantik adalah merupakan rangkaian pertanyaan mengenai hal paling penting dalam satu topik pembelajaran. Pertanyaan ini diturunkan dari pemahaman bermakna dan didiskusikan bersama murid sebelum memulai topik atau kelas. Pertanyaan pemantik ini digunakan untuk membantu murid mencapai pemahaman bermakna. Pemahaman bermakna adalah pemahaman yang kita inginkan dari peserta didik setelah mempelajarai topik tertentu.
Yuk kita coba membuat pertanyaan pemantik:
Sebagai contok kita akan menggunakan mapel IPAS di fase B mengenai perubahan wujud zat.
Tahap 1: Menuliskan semua ide yang terlintas dalam pikiran terkait dengan pelajaran. Maka kita tuliskan semua ide yang berkaitan dengan wujud zat, misalnya air menjadi uap jika dipanaskan, air menjadi es bila didinginkan, kapur barus bisa menyublim, membuat es batu adalah wujud benda, air yang dimasak dipanci bisa habis karena menguap, kaca terlihat mengembun, dsb.
Tahap2:Â Dari ide-ide yang dirumuskan guru dapat membuat pertanyaan pemantik dengan kriteria sebagai berikut:
a. Berupa pertanyaan terbuka, dapat dan penting diperdebatkan di kelas bersama murid-murid tanpa melakukan proses mencari tahu sebelumnya.
b. Merupakan inti dari topik pembelajaran
c. Melahirkan pertanyaan-pertanyaan baru dibenak murid dan memikat ketertarikan mereka untuk mempelajari topik pembelajaran.
d. Membahas hal yang konseptual atau memiliki pemahman filosofis.
Dengan kriteria diatas maka kita dapat membuata pertanyaan essensial untuk topik perubahan wujud zat seperti:Â
Wiggins dan McTigne dalam bukunya Understanding by Design bahwa setiap pertanyaan seperti ini hanya mencari jawaban resmi dan sesuai dengan buku teks. Pertanyaan ini tidak membutuhkan jawaban dan penyelidikan secara mendalam. Pertanyaan seperti ini akan mempersingkat proses penyelidikan yang sebetulanya diperlukan sebagai jantung pemahaman mendalam. Setelah mendapatkan pertanyaan pemantik, guru dapat melakukan tahap selanjutnya.
tahap 3: Menyusun Pemahaman bermakna dengan menjawab pertanyaan berikut:
Di bawah ini merupakan contoh pemahaman bermakna dengan topik wujud zat.
Pernyatan nomor dua bukan termasuk pemahman bermakna karena tidak dapat menjawab pertanyaan kunci diatas. Menurut Wiggins dan McTigne pemahman bermakna merupakan kalimat lengkap yang mencerminkan kesimpulan dan dapat diperoleh hanya melalui proses terpandu yang mana murid dibantu untuk membuat, mengenali dan mengferivikasi kesimpulan. BUkan hanya diajar atau disampaikan begitu saja. Pernyataan nomor dua merupakan kesimpulan yang dapat diajarkan begitu saja kepada paserta didik tanpa melalui proses pencarian belajar.Â
Pada pelaksanaannya tahapan ini tidak harus dikerjakan secara berurutan. Bila merasa lebih mudah menentukan pemahaman bermakna dahulu baru masuk ke pertanyaan pemantik boleh saja dilakukan. Tergantung mana yang paling memudahkan. Proses merumuskan pertanyaan pemantik dan pemahaman bermakna ini tidak selalu mudah mengingat capaian pembelajaran yang beragam dari tiap mata pelajaran.Â
Referensi:
1. Wiggins, Grant, Jay McTighe. The Understanding by Design: Guide to Creating High-Quality Units. 2011. Alexandria: ASCD.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H