Mohon tunggu...
Ali Maksum
Ali Maksum Mohon Tunggu... Guru - Education is the most powerful weapon.

Guru, Aktifis dan Pemerhati pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memahami Sistem Among

21 Mei 2023   06:00 Diperbarui: 23 Mei 2023   14:09 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SD Paramountl. Dokpri

Mungkin pernah dalam pembelajaran seorang guru memberikan tugas kepada muridnya namun tidak memberikan kisi-kisi atau bagaimana cara mengerjakannya. Murid disuruh mencari sendiri sumber belajarnya dan tambah lagi mereka diberikan tugas dengan cara serupa dengan banyak dan menumpuk. Hal ini membuat murid merasa jenuh dan bingung bahkan mereka mengerjakan dengan seadanya demi memenuhi target waktu yang telah diberikan. Dengan memberikan tugas dan meminta murid mencari tahu sendiri apakah bisa dikatakan pembelajaran sudah berpihak dan memerdekaan murid?

Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa penekanan pada proses belajar murid amatlah penting bagi tumbuh kembang murid.  Terkadang kita lupa pada proses yang terjadi pada diri murid. Ketika mengerjakan sesuatu  tidak hanya sekedar menilai atas hasil apa yang telah ditugaskan. Ki Hadjar Dewantara memperkenalkan "sistem Among" sebagai suatu metode pendidikan yang menekankan pada proses pembelajaran yang dikenal dengan : Ing Ngarso Sung tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani.  

1. ING NGARSO SUNG TULODO (di depan memberi teladan)

Dimana guru secara utuh bagaimana dan apa yang dapat ia bantu kepada murid, menjadi teladan budi pekerti dan tingkah laku. 

2. ING MADYA MANGUN KARSO (di tengah membangun kehendak)

Guru diharapkan dapat membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi bersama murid dengan membuka dialog kepada murid, berperan sebagai narasumber dan penuntun.

3. TUT WURI HANDAYANI (di belakang memberikan dorongan)

Guru tidak hanya memberikan motivasi namun juga memberikan saran dan rekomendasi dari hasil pengamatannya agar murid mampu mengeksplorasi daya cipta, rasa, karsa dan karyanya. Sistem among didasarkan pada dua hal yaitu kodrat alam sebagai syarat untuk mencapai kemajuan pendidikan sesuai dengan potensi murid dan Kemerdekaan sebagai syarat menghidupakan dan menggerakkan kekuatan lahir dan batin murid hingga dapat mencapai selamat dan bahagia. 

Dalam bahasa jawa `momong` berarti merawat dengan penuh ketulusan dan penuh kasih sayang serta mentransformasikan kebiasaan-kebiasaan baik disertai dengan do`a dan harapan.

Sementara `Among` memberikan contoh tentang baik dan buruk tanpa harus memberikan hak murid agar tumbuh dan berkembang dalam suasan batin yang merdeka sesuai dengan dasarnya.

Sedangkan `ngemong` proses untuk mengamati, merawat dan menjaga agar murid mampu mengembangkan dirinya bertanggung jawab dan disiplin berdasarkan nilai-nilai yang diperoleh sesuai dengan kodratnya. Begitu pula dengan berbagai falsafah-falsafah yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Pada intinya anak dan murid harus dituntun untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan kodrat dan potensinya dengan kasih sayang yang tulus, mendampingi, merawat dan menjaganya serta do`a dan harapan untuknya.  

Untuk itu guru tidak memandang sistem among sebagai metode saja tetapi lebih dari itu sebagai cara berfikir (mindset) among, juga penting disadari kita sebagai pendidik. Guru yang mempunyai karakter, kredibel dan dihormati murid, guru yang mempunyai kemampuan mengelola dan mengambagkan kemampuan sosial emosional dengan baik dengan murid (kemitraan), dan guru yang memilki tutur kata yang mudah dipahami murid dengan sistematis dan logis.

 Sebagai contoh saat proses pembelajaran guru dapat bertanya dan membuka dialog dengan murid tentang kesulitan belajarnya, dengan mendengarkan keluh kesah dan perasaannya dengan berbagai cara seperti melalui gambar, lisan, dan lain-lain yang membuat murid nyaman mengutarakannya sehingga murid dapat merasalkan perhatian, kasih sayang dari guru yang dapat membangkitkan semangat belajarnya. 

Guru dapat menuntun murid memahami bahwa wajar untuk melakukan kesalahan. Selain itu murid juga melihat sosok gurunya tersebut sebagai contoh berperilku kepada orang lain dengan perhatian dan kasih sayang. Contoh lain guru juga dapat mengajak dan melibatkan murid untuk menentukan tujuan belajarnya dengan menanyakan kesukannya, keinginan belajarnya dan lain-lain yang murid merasa dihargai dan didengarkan.

Mari kita renungkan bersama apakah kita sebagai seorang pendidik sudah menekankan pada proses belajar yang terjadi pada diri murid? lalu apa yang dapat kita lakukan sebagai pendidik untuk dapat berpihak kepada murid dan mengfasilitsai kebutuhan potensi dan komptensinya?        

Referensi:

Ki Hadjar Dewantara - Ki Hadjar Dewantara (Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka). Cetakan ke 5: 2013.

Penerbit: Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa bekerja sama dengan Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun