Untuk itu guru tidak memandang sistem among sebagai metode saja tetapi lebih dari itu sebagai cara berfikir (mindset) among, juga penting disadari kita sebagai pendidik. Guru yang mempunyai karakter, kredibel dan dihormati murid, guru yang mempunyai kemampuan mengelola dan mengambagkan kemampuan sosial emosional dengan baik dengan murid (kemitraan), dan guru yang memilki tutur kata yang mudah dipahami murid dengan sistematis dan logis.
 Sebagai contoh saat proses pembelajaran guru dapat bertanya dan membuka dialog dengan murid tentang kesulitan belajarnya, dengan mendengarkan keluh kesah dan perasaannya dengan berbagai cara seperti melalui gambar, lisan, dan lain-lain yang membuat murid nyaman mengutarakannya sehingga murid dapat merasalkan perhatian, kasih sayang dari guru yang dapat membangkitkan semangat belajarnya.Â
Guru dapat menuntun murid memahami bahwa wajar untuk melakukan kesalahan. Selain itu murid juga melihat sosok gurunya tersebut sebagai contoh berperilku kepada orang lain dengan perhatian dan kasih sayang. Contoh lain guru juga dapat mengajak dan melibatkan murid untuk menentukan tujuan belajarnya dengan menanyakan kesukannya, keinginan belajarnya dan lain-lain yang murid merasa dihargai dan didengarkan.
Mari kita renungkan bersama apakah kita sebagai seorang pendidik sudah menekankan pada proses belajar yang terjadi pada diri murid? lalu apa yang dapat kita lakukan sebagai pendidik untuk dapat berpihak kepada murid dan mengfasilitsai kebutuhan potensi dan komptensinya? Â Â Â Â
Referensi:
Ki Hadjar Dewantara - Ki Hadjar Dewantara (Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka). Cetakan ke 5: 2013.
Penerbit: Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa bekerja sama dengan Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa 2013
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H