Mohon tunggu...
Ali Maksum
Ali Maksum Mohon Tunggu... Guru - Education is the most powerful weapon.

Guru, Aktifis dan Pemerhati pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Asas Trikon: Penerapannya di Dalam Kelas.

15 Mei 2023   09:58 Diperbarui: 15 Mei 2023   09:59 8170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kali ini kita akan membahas tentang asas trikon seperti yang pernah disinggung pada postingan sebelumnya yaitu Trikon: Kontunyu, konvergen dan Konsentris. Bagaimana asas trikon dalam pendidikan dan contoh penerapannya di dalam kelas? untuk memahami tujuan dan asas pendidikan berdasarkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentunya asas tersebut harus diterapkan dalam kelas. 

Pendidikan adalah suatu proses yang dinamis. Pendidikan terus berubah dan berkembang sesuai dengan kindisi zaman dan juga kondisi murid. Jangan dibayangkan sistem pendidikan sebagai sebuah sistem besar yang hanya dapat dipikirkan dan diurus oleh para pakar dan penentu kebijakan di pusat. Sekolah juga bahkan kelas merupakan suatu sistem pendidikan dengan ruang lingkup kecil, namun merupakan ujung tombak berjalannya sistem pendidikan. Setiap sekolah memiliki kondisi dan permasalahan masing-masing sehingga pengembangan satu sekolah dengan sekolah lain sangat beragam sesuai denagn karakteristik lingkungannya. 

Misalnya dalam hal ini kondisi geografis Indonesia yang beragam mendorong proses pendidikan yang dinamis. Sekolah yang berada dilingkungan pantai dapat mengkontekstualkan pendidikannya sesuai dengan lingkungan pantai tempat murid tinggal, seperti menanam pohon bakau untuk mencegaj abrasi pantai. Begitu pula sekolah yang berada di pegunungan, guru dapat mengajak murid untuk menjaga pohon agar terhindar dari bahaya tanah longsor. Dengan demikian guru mengfasilitasi proses belajar murid sesuai dengan keadaan lingkungan murid dan potensi tyang dimiliki sehingga murid dapat melihat hubungan antara dirinya dengan lingkungan, masalah, serta potensi yang terhubung pada dirinya dengan proses yang berjalan secara dinamis. 

Bagaimana menerapkan pembelajaran bermakna berdasarkan asas trikon?

1. KONTINYU.

Maksud dari kontinyu adalah pengembangan secara berkesinambungan, dengan terus menerus dengan perenacanan yang baik. Seperti halnya budaya dan kebudayaan itu bersifat kontinyu (bersambung tak putus-putus) dari zaman penjajahan sampai zaman kemerdekaan, perkembangan dan kemajuan kebudayaan serta cara hidup bangsa terus menerima pengarush nilai-nilai baru.  Proses pembelajaran sejatinya tidak pernah putus. Usaha sadar dan menikmati setiap proses belajar dilakukan secara sukarela. Kemauan belajar, rasa ingin tahu dan motivasi internal dalam diri murid perlu distimulasi sehingga akan melahirkan murid yang memiliki kemampuan pengaturan kegiatan belajarnya sendiri atau self regulatory learning . 

Dalam pembelajaran lingkungan hidup misalnya guru dapat mengajak murid berkegiatan di halaman dan dilingkugan di sekitar sekolah kemudian guru meminta murid untuk mengamati dan memberikan beberapa pertanyaan pemantik diskusi. misalnya bagaimana lingkungan yang mereka amati berpengaruh dalam hidupnya?  atau pertanyaan bagaimana mereka turut serta mengaruhi lingkungannya?  

Dengan berbagai pemantik pertanyaan di atas diharapkan murid dapat menjawab berbagai hal yang mereka temuai secara langsung seperti pohon-pohon, pot bunga tempat sampah, sampah yang tertinggal di halaman sekolah atau bahkan menceritakan pengalaman dilingkungan rumahnya masing-masing. Proses dialog yang terjadi memberikan ruang kepada murid untuk mengkpresikan rasa yang mereka miliki dan mereka temukan. Kemudian jika ada murid yang merasa tidak tertarik dengan lingkungan sekolah yang dikunjungi guru dapat berdialog mengenai lingkunagn seperti apa yang ingin mereka kunjungi dan menarik untuknya.

Berikut ini beberapa peran guru yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran.

a. Guru mengfasilitasi murid untuk menentukan tujuan apa yang ingin dipelajari .

b. Memantau proses pembelajaran yang dilalui.

c. Membimbing murid untuk melakukan refleksi pengalaman belajar yang telah dilalui murid agar dia dapat memahami hubungan dirinya dengan lingkungannya, peran dan tugasnya di dalam luingkungan tersebut, serta kontribusinya dalam menjaga lingkungan. 

Apabila murid mampu memahami hubungan diri dan lingkungannya, ia juga dapat memahami peran dan kontribusi dirinya, terhadap lingkungan serta menindak lanjuti peran dan  kontribusinya tersebut. Hal ini juga dapat mendorong terbentuknya, kemampuan pengaturan belajar mandiri atau self regulatory learning.       

2. KONVERGEN    

Maksud dari konvergen adalah bersama bangsa lain  mengusahakan terbinanya karakter dunia sebagai kesatuan kebudayaan umat manusia sedunia. Tanpa mengorbankan nilai/identitas bangsa masing-masing. pengembangan yang dilakukan dapat mengambil dari sumber diluar bahkan dari praktik pendidikan diluar negeri. Seperti yang telah dilajkukan oleh Ki Hadjar Dewantara ketika mempelajari berbagai praktik pendidikan di dunia misalnya Maria Montessori, Froebel, Robindranath tagore. Sebagaimana ungkapan Ki Hadjar Dewantara, "Indonesia mempunyai beraneka ragam budaya yang perlu kita jaga dan kita rawat. Maka, kita hendaknya tidak lantas meniru kebudayaan bangsa lain dan melupakan kebudayaan dari leluhur tetapi menerima kebudayaan asing yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia "

Dalam pendidikan pun banyak sistem pendidikan yang masuk ke Indonesia tidak lantas kita terima mentah-mentah kita perlu mengolahnya dan hanya menerima yang sesuai dengan nilai-nilai kebangsaan.

3. KONSENTRIS.  

Asas ini dapat diartikan yaitu bersikap terbuka namun  tetap kritis dan selektif terhadap pengaruh kebudayaan di sekitar. Dalam hal in Ki Hadjar Dewantara menggambarkan manusia sebagai titik kecil yang kemudian bersama dengan yang lain membentuk lingkaran besar atau keluarga dan menjadi lingkaran yang lebih besar lagi atau organisasi. Pengembangan pendidikan yang dilakukan harus tetap berdasarkan kepribadian kita sendiri sebagaimana tujuan utama pendidikan adalah menuntun tumbuh kembang anak secara maksimal sesuai dengan karakter kebudayaan sendiri. Oleh karena itu meskipun Ki Hadajar Dewantara menganjurkan kita untuk mempelajari kemajuan bangsa lain namun semua itu tetap ditempatkan secara konsentris dengan karakter budaya kita sebagai pusatnya.

Implementasi konsep trikon (kontinyu, kovergen dan konsentris) bisa kita amati atau bahkan kita refleksikan dari apa yang sudah terjadi dalam proses pembelajaran. Manajemen kelas yang menghatur proses pembelajaran tentunya melalui proses perencanaan yang dilakukan secara terus menerus sehingga pengelolaan perilaku lingkunagn dan kurikulum berjalan secara efektif. Konsisten dalam menjalankan manajemen kelas ini adalah salah satu contoh implementasi "asas kontinyu" dalam pendidikan. Murid diberikan kemerdekaan untuk belajar bertanya dan mengembangkan potensisnya, kesinambungan manajemen kelas yang konsisten memberikan ruang kepada murid untuk mengeksplorasi gagasan ide dan kreativitasnya. 

Metode pembelajaran yang diberikan kepada murid dapat merujuk pada berbagai metode pembelajaran baik yang dikembangkan di dalam negeri maupun luar negeri dalam hal ini seperti pembelajaran STEAM (Science, technologi, Engeenering, Art, math). Sering kali pembelajarn STEAM ini sebagai pembelajaran dengan menggunakan teknologi tinggi seperti robotik, komputasi atau coding. Padahal bisa diartikan lebih luas seperti teknologi fermentasi tempe, teknologi pewarnaan batik, ataupun teknologi pengawetan makanan seperti pembuatan ikan asin atau ikan asap. Dengan memahami konsep pembelajaran STEAM maka guru dapat menyesuaikan keinginan belajar murid dengan kondisi ketersediaan daya dukung untuk belajar dengan tetap menghadirkan nilai-nilai lokal. Meskipun metode pembelajarn dalam pendidikan bisa mengacu pada konsep manapun secara terbuka, tetapi hal itu tetap harus dilakukan secara konsentris yaitu tetap mempertahankan jati diri bangsa dan menjadi diri sendiri .

Mari refleksikan bersama apakah prose pembelajaran yang kita terapkan selama ini telah menerapkan prinsip trikon (Kontinyu, konvergen konsentris)? apa yang dapat dilakukan untuk membimbing proses belajar agar sesuai dengan asa trikon (kontinyu, kovergen dan konsentris)?

 

Referensi:

Ki Hadjar Dewantara - Ki Hadjar Dewantara (Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka). Cetakan ke 5: 2013.

Penerbit: Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa bekerja sama dengan Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa 2013

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun