Mohon tunggu...
Ali Maksum
Ali Maksum Mohon Tunggu... Guru - Education is the most powerful weapon.

Guru, Aktifis dan Pemerhati pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kejahatan Seksual di Lingkungan Pendidikan

17 Desember 2022   13:00 Diperbarui: 17 Desember 2022   13:42 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lanjutnya, Dalam beberapa kasus terdapat relasi kuasa terjadinya perilaku seksual di lembaga pendidikan  antara guru dan murid  seperti pengancaman tidak mendapatkan nilai yang bagus sehingga anak ketakutan dan tidak berani berbicara kepada orang tua maupun orang dewasa akibat pengancaman tersebut. Untuk itulah pentingnya mendidik anak berkata `tidak` untuk hal-hal yang mereka rasa tidak nyaman dan berani untuk menceritakan kepada orang dewasa yang mereka anggap nyaman, orang tua atau gurunya. Orang tua maupun guru yang mendapatkan aduan dari siswa harus belajar bagaimana mendengar cerita mereka, letakkan segala perangkat elektronik maupun kesibukan sejenak untuk menghargai cerita mereka. Anak-anak ditingkat dasar juga diberikan pemahaman pelecehan dalam hal verbal bullying yang selama ini juga diremehkan apalagi kekerasan seksual dan ironisnya kebanyakan anak-anak tidak berani berbicara dan mengadu dari hal-hal yang mereka alami. 

Lanjut Retno, dari 40 anak, 10 diantaranya mengalami kejahatan seksual dan itu di ketahui dari assesment yang dilakukan dan mengalami beberapa kali namun kembali lagi mereka tidak mau berbicara dan mengadu kepada orang dewasa bahwa sebelumnya mereka mengalami hal tersebut. Anak-anak yang belum cukup umur  ketika menerima perlakukan seksual dari orang dewasa mungkin belum memahami beberapa perlakuan mereka anggap hal yang wajar bahkan dianggap perilaku expresi kasiah sayang dan itu salah sayu motif kenapa mereka tidak berani speak up . 

Ditingkat SMP dan SMA penyadaran pendidikan seksual ini harus dilaukan lebih terbuka  dalam pendidikan kesehatan reproduksi karena umur mereka yang sudah mulai memahami baik dan buruk jika berbuat kesalahan. Misalnya dalam hal ini bagaimana akibat jika mengalami kehamilan yang belum cukup umur? apa akibatnya kepada kerusakan tubuh jika mengalaminya dan banyak dari mereka yang melahirkan di usia remaja yang akhirnya meninggal. Bayi yang dikandung oleh Anak-anak  remaja yang akan megalami kesehatan yang kurang sempurna karena usia remaja yang masih tumbuh dan juga bayi mereka juga tumbuh sehingga megalami perebutan nutrisi tubuh. Jika hal ini terjadi maka akibatnya akan terjadi gizi buruk, stunting. bahkan masa depan mereka juga tergadaikan. Pendidikan seperti inilah yang menurut Retno penting untuk diketahui anak karena jika mereka tahu betapa berharganya tubuh mereka maka mereka akan mulai menghargai betapa pentingnya kesehatan mereka.

Pendidikan reproduksi bukan bertujuan untuk menakut-nakuti anak namun memberikan bekal yang baik kepada mereka. Pengetahuan ini dapat di berikan dengan mengundang dokter atau psikolog ahli dalam memberikan bekal kepada remaja yang masing sekolah. Semoga ini menjadi perhatian serius bagi sekolah-sekolah maupun orang tua agar lebih memberikan pendidikan seksual untuk menanggulangi dari hal-hal yang menjurus kepada kejahatan seksul.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun