Mohon tunggu...
Ali Maksum
Ali Maksum Mohon Tunggu... Guru - Education is the most powerful weapon.

Guru, Aktifis dan Pemerhati pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Character Building, Pelajaran Sekolah yang Dilupakan

31 Juli 2022   09:56 Diperbarui: 2 Agustus 2022   01:54 1238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Generasi bangsa ini menghadapi persoalan yang begitu kompleks baik dari segi ekonomi, pendidikan, budaya dan hal-hal lain yang mewarnainya. Berabagai persoalan ini sebenarnya berangkat dari sumber daya manusia. 

Mental generasi bangsa lah yang akan membawa apakah sebuah bangsa dibangun dengan secara terhormat, bersih atau disiplin. 

Kita bisa melihat negara-negara maju yang berhasil membangun metal peradaban SDM mereka yang akhirnya membawa image positif terhadap negara yang mereka tinggali. 

Negara-negara yang begitu bersih, kedisiplinan warga yang sangat tinggi, bahkan sampai tingkat kejahatan yang sangat minim. Negara-negara itu bisa dilihat seperti Islandia, Selandia Baru, Jepang, Singapura, Finlandia, Korea Selatan, dsb. 

Namun bagaimana negara-negara tersebut dapat meraih `kasta` yang tinggi ?

Jawaban tersebut tidak lain dan tidak bukan hanyalah melalui pendidikan. Berbicara pendidikan tidak harus harus terkait dengan sekolah formal namun meliputi formal, informal maupun non formal. 

Namun mungkinkah orang yang telah sekolah tinggi namun mental dan etikanya tidak menggambarkan sesuai dengan tingkat pendidikannya? Sangat mungkin!

Jika hal itu mungkin maka yang menjadi perhatian adalah konsep pendidikan kita saat ini yang belum maksimal menitikberatkan dalam hal character building . 

Jadi tidak aneh jika kita akan menemukan salah satu oknum anggota DPR akan tawuran di sidang, orang-orang yang berpendidikan tinggi namun tidak peduli, bahkan orang-orang yang konon diklaim dekat dengan Tuhan namun tidak toleran dengan yang lain. 

Pendidikan sekolah hanya dipenuhi dengan kompetisi akademik yang akhirnya berbuah dengan nilai yang sangat memuaskan dan dapat digunakan secara sah sebagai pencapaian pendidikan yang lebih tinggi. 

Tingkat karakter dan etika memang secara abstrak dan tidak dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk masuk ke pendidikan tinggi. Bahkan jika di rapor tertera nilai `akhlak` 100, tidak menjamin etika dan akhlak dia juga baik.

Kemarin sebelum tulisan ini saya buat, ada ibu-ibu yang menghubungi saya yang begitu saya kenal. 

Beberapa tahun sudah tidak pernah muncul karena menghadapi banyak persoalan keluarga setelah bercerita panjang, kami begitu terlena ngobrol hingga tidak terasa sampai tengah malam. 

Belakangan sepanjang kami berdiskusi ternyata di samping ibu tersebut ada putrinya yang tidak lain adalah mantan murid saya yang sedari tadi kami bicarakan. 

Kami berbicara tentang pendidikan, penerapan pengajaran yang pernah saya terapkan hingga prestasi anaknya yang sekarang masuk kedokteran di perguruan tinggi negeri di Palembang. 

Dari cerita ibu tersebut, saya baru mengetahui bahwa selama ini anaknya bercerita tentang apa pun yang saya ajarkan dulu di sekolah pada waktu pelajaran character buildin. Dia mengatakan satu kata yang sampai saat ini anaknya ingat yaitu, "Do your best". 

Saya tidak begitu ingat apakah saya mengatakan hal tersebut namun yang pasti pelajaran yang saya rindukan adalah pelajaran character building karena di situlah saya menyelami profil siswa dan bercanda dengan cerita, tertawa, bermain, berdiskusi yang kesemuanya berisi tentang karakter. 

Setelah ibu tersebut bercerita panjang yang mengeluarkan banyak sanjungan tentang cara saya mengajar, saatnya saya memberikan kabar kepada beliau bahwa pelajaran character building sekarang tidak ada lagi. 

Saya akhirnya curhat dan menumpahkan kesedihan karena character building tidak diajarkan kembali karena suatu hal. 

Beliau sebagai orang tua yang telah merasakan manfaat dari character building turut menyesalkan kenapa pelajaran karakter tersebut dihilangkan bahkan pelajaran tersebut sekarang tidak di temukan di sekolah lain. Bisa menjadi ciri khas

Saya berdiskusi dengan beliau bahwa mungkin character building adalah pelajaran yang belum terkonsep dengan baik. 

Character building bisa dijalankan jika wali kelas punya kesadaran moral dan merasa mempunyai tanggung jawab untuk pembenahan moral dan etika yang sangat bermanfaat untuk anak didik mereka di masa depan. 

Maka bisa dikatakan bahwa pelajaran character building adalah pelajaran yang berat dijalankan untuk orang-orang tertentu karena tidak masuk kurikulum. 

Untuk guru yang bertipe `guru kurikulum`, maka secara 1000 persen dia akan mengesampingkan pelajaran ini karena akibat pemikiran yang kaku. 

Namun bagi guru yang punya banyak referensi, kreatif dan inovatif maka tidak ada kata alasan untuk menghalangi pelajaran etika dan akhlak yang harus dibekali kepada setiap anak.  

Bagi `guru kurikulum` yang kaku character building hanyalah buang waktu akibat tidak mempunyai ide harus diisi apa, lagi-lagi tidak ada tuntunan kurikulum RPP. 

Akhirnya apa yang terjadi, pelajaran character building diisi sebagai pelajaran tambahan untuk pelajaran wali kelas, seperti bahasa Inggris, sains atau dipinjamkan pelajaran lain untuk mengisi kisi-kisi, akibat wali kelas yang bingung harus diisi apa.

Pelajaran 30 menit yang harusnya diisi karakter melalui cerita inspitasi, game inspiratif yang mengandung pembangunan etika namun hanya digunakan sebagai cover pelajaran lain. 

"Aduh sayang sekali ya, padahal itu ciri khas lho yang tidak di temukan sekolah lain," kata ibu tersebut dengan sedih.

Bagaimana Mengisi Pelajaran (Character Building)?

Bagaimana saya bisa merindukan dan menikmati pelajaran character building? 

Di pelajaran inilah sebenarnya anak-anak dapat menikmati jeda pelajaran yang memusingkan dengan cara tertawa, kreativitas dan menyenangkan namun mengandung karakter tinggi. 

Pelajaran character building bisa diisi dengan cerita inspiratif, berita terkini yang mengandung moral, bermain game di luar ruangan atau sekedar bercerita humor yang mengandung etika. 

Ketika semua sudah d jalankan maka jangan lupa ajak mereka berdiskusi apa pelajaran yang dapat kalian ambil? 

Jika mereka tidak mampu mengambil hikmahnya maka terus tuntun mereka hingga mereka menemukan manfaat yang dapat mereka terima. 

Etika yang dapat kita selipkan adalah bagaimana bersikap dengan orang lain, berpenampilan sopan, berbicara sopan, penanaman disiplin, bersikap baik di ruang publik, berbicara di depan umum, dsb. 

Jika nilai-nilai ini ditanamkan dengan baik, maka akan turut menambah nilai tambah pada kualitas lulusan pada sekolah tersebut. 

Seorang guru tidak hanya berkewajiban membawa anak mereka pintar dan berprestasi, namun juga berkewajiban membentuk karakter mereka yang baik di masa depan.

Saya sangat bangga karena ada orang tua yang menelefon setelah hampir sembilan tahun berselang yang akhirnya mengajak berdiskusi tentang pendidikan, kabar sekolah dan manfaat apa yang saya tanamkan yang akhirnya di bawa hingga tercapai cita-cita. 

Character buildingini hilang di sekolah saya, maka para pembaca yang berprofesi sebagai guru, terapkan pelajaran character building untuk masuk di jadwal. 

Jika hal ini diterapkan, maka kualitas etika siswa Anda akan terbangun dan menjadi pembeda sekolah Anda dengan yang lain. Etika dan moral adalah tanggung jawab kita bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun