Mohon tunggu...
Ali Maksum
Ali Maksum Mohon Tunggu... Guru - Education is the most powerful weapon.

Guru, Aktifis dan Pemerhati pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar yang Membahagiakan

27 Juli 2022   10:35 Diperbarui: 27 Juli 2022   10:37 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbicara tentang pendidikan maka tidak lepas dari pendidikan Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara. Menurut Ki Hajar Dewantara makna pendidikan lebih merujuk kepada menuntun segala kodrat  yang ada anak agar mereka mendapatkan kebahagiaan setinggi-tingginya sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Makna yang sederhana ini dapat kita serap sebagai seorang guru bahwa posisi seorang guru sebenarnya hanyalah sebagai `penuntun` dan bukan `penentu` kodrat yang sebenarnya dari awal sudah terdapat pada anak. Selanjutnya terdapat kata `bahagia` bahkan kebahagiaan tersebut dicapai dengan setinggi-tingginya. Makna bahagia disini bisa ditelaah baik itu proses maupun hasil dari pendidikan itu sendiri. Ketika proses pendidikan dijalankan dengan bahagia baik dari guru maupun siswanya maka hasilnya juga akan maksimal karena dalam proses siswa menikmatinya dengan cara yang menyenangkan.

Hal ini menjadi  harus dimengerti oleh stakeholder pendidikan bagaimana seluruh guru yang terjun langsung di lapangan mengerti betul bagaimana mereka mempersiapkan, memproses dan menghasilkan pengajaran sesuai peran mereka menjadi seorang guru. Jika guru hanya dimengerti sebagai transfer ilmu maka guru hanya diposisikan sebagai EO (Event Organizer) hanya mengajar tanpa seni dan cenderung memaksa `mencekoki` pengetahuan kepada anak. Jika hal tersebut terjadi maka proses tersebut jauh dari kata bahagia. Contoh yang baik telah dimulai oleh Paramount School Palembang yang mempunyai program morning greeting yang setiap pagi dilakukan dengan cara parsial seuai dengan tingkatan kelas. Greeting di Sekolah ini dilakukan bergilir yang dipimpin oleh setiap guru secara bergilir. Tujuan dari kegiatan greeting ini adalah bagaimana anak-anak memulai pelajarannya dengan rasa bahagia dan tanpa beban. Setiap guru yang mempunyai tugas greeting harus mampu menyuguhkan sesuatu yang berbeda dan membahagiakan dan dapat dinikmati oleh anak-anak. 

Yang menjadi unik dari greeting ini adalah setiap pagi guru menyuguhkan game, yel atau metode lain  yang berbeda selama 10 menit sebelum mereka masuk ke kelas masing-masing.  Jika mereka memulai pagi dengan cara menyenangkan maka diharapkan perasaan anak-anak akan bahagia sepanjang hari sampai pelajaran selesai. Hal ini menjadi hal yang penting karena jika proses pembelajaran tidak menyenangkan dan membahagiakan maka sepanjang hari itu anak-anak akan kesulitan menerima pembelajaran dengan mudah karena perasaan mereka belum dikondisikan dengan baik. Kegiatan greeting seperti yang dicontohkan oleh Paramount School Palembang bisa menjadi salah satu contoh dan praktik baik bagi sekolah yang menerapkan sistem full day .

Morning greeting hanya sebagai salah satu contoh dari ribuan contoh yang dapat diterapkan di sekolah di seluruh Indonesia. Namun yang menjadi poin adalah bagaimana guru dapat merubah mindset peran mereka yang awalnya dimaknai sebagai  `memindah pengetahuan` namun sekarang lebih berperan sebagai penuntun anak-anak sesuai kodrat yang mereka punya. Biarkan anak-anak secara bebas menemukan cita-cita yang mereka inginkan yang sesuai dengan pengetahuan yang mereka pahami dan bukan guru yang menentukan masa depan mereka dengan cara memaksa pengetahuan guru harus masuk kepada anak. Karena guru bukan penentu namun mereka hanya menuntun kodrat anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun