Ramadan tahun 2022 hari demi hari menuju akhir dan hari kemenangan idul fitri juga semakin mendekat. Ketika Ramadan belum datang kita dianjurkan untuk berbahagia menyambut bulan ini karena mengandung keberkahan yang luar biasa dan dirindukan oleh orang-orang beriman.Â
Keriuhan Ramadan bagi sebagian orang merupakan hal yang sangat ditunggu-tunggu. Mereka yang benar-benar menikmati bulan ini sebagai bulan pengumpulan amal dijadikan bulan untuk bertafakur dan bertaubat dari segala kesalahan dan dosa. Namun untuk sebagian yang lain bulan Ramadan dianggap tidak jauh beda dengan bulan-bulan yang lain.Â
untuk itulah pahala ramadan hanya prerogatif Allah SWT yang memberikan pahala dan ahanya Dia yang tahu. Ketika masuk bulan Ramadan juga terjadi fenomena yang kadang bertolak belakang.Â
Awal Ramadan tempat-tempat ibadah begitu penuh dan ramai. Shaf-shaf masjid begitu penuh dengan hiruk pikuk anak-anak dan orang dewasa seakan-akan mereka benar-benar bahagia kedatangan bulan suci ini.Â
Namun fenomena ini akan menjadi berbeda jika menginjak hari sepuluh bulan terakhir keriuhan dan shaf-shof sholat mulai nampak sepi dan tinggal orang-orang yang lanjut usia yang tidak mempunyai tenaga untuk kemana-mana.Â
Keramaian itu berpindah di mall-mall, pasar, tempat belanjaan, makanan dan baju lebaran bahkan mereka rela mengantre hingga tengah malam. Inilah yang terjadi hingga bertahun-tahun dalam budaya kita.
Kita tidak terlalu sedih bulan mulia ini meninggalkan kita dan tanpa diketahui apakah tahun depan kita menjumpainya kembali atau tidak. Sebelum bulan ini meninggalkan kita sepertinya kita sudah meninggalkannya terlebih dahulu dengan aktifitas-aktifitas yang jauh dari keberkahan ramadan.Â
Tidak hanya belanja, fenomena bukber dan ngabuburit juga perlu kita amati. Buka bersama di tempat seperti tempat makan dan restoran hampir dipastikan yang dicari banyak orang bukan keberkahan buka bersama namun acara lain yang kadang justru menimbulkan hal-hal yang bertentangan seperti meninggalkan sholat maghrib karena waktunya yang cukup lama mengobrol dari pada acara makan buka bersama.Â
Jika menilik sedikit ke masa lalu, terutama di desa-desa fenomena ramadan begitu terasa. Hal ini mungkin di sebabkan waktu itu teknologi informasi belum dikenal dan terbatasnya acara TV sehingga anak-anak sangat menikmati acara di mushola serta masjid untuk berkumpul tadarus al Quran, sholat-sholat sunnah i`tiqaf dan kegiatan ramadan lain yang bermakna.Â
Namun kini kegiatan tersebut cenderung berkurang. Anak-anak lebih menyukai menyendiri di dalam kamar sambil membuka HP, berkumpul bersama di tempat makan di luar masjid dan mushola bahkan yang lebih memprihatinkan lagi mereka tidak mengakrabkan diri dengan al Quran.
Sebelum ramadan berakhir kita masih punya cukup waktu untuk mengisi bulan ini dengan hal-hal bermanfaat. Mari kita renungkan kembali apakah ramadan ini memberikan perubahan ke diri kita atau bahkan hanya berlalu sebagaimana bulan-bulan sebelumnya