Mohon tunggu...
Ali Maksum
Ali Maksum Mohon Tunggu... Guru - Education is the most powerful weapon.

Guru, Aktifis dan Pemerhati pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pengharum Ruangan

12 Maret 2022   16:17 Diperbarui: 12 Maret 2022   16:19 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awan putih sepertinya pada beralri meninggalkanku. Kulihat dari jendela pesawat rumah penduduk yang sangat kecil mulai terlihat lama kelamaan seakan aku mendekati mereka dari atas. Aku sedang duduk bersama ayah di dalam pesawat menuju Palembang. Ayah adalah seorang pengusaha kontraktor terkenal di Palembang sedangkan aku hanyalah anak SMP yang hobi cerita detektif.

"Siapa yang akan menjemput kita, Ayah?"

"Pak Roni, tadi ayah sudah bilang beliau agar mengambil kunci mobil di rumah"

"Ayah meninggalkan kunci rumah ke sopir baru?" sahutku sambil menata posisi tempat duduk.

"Ada pak Salamet tukang kebun kita, aku percayakan ke beliau karena sudah lama kerja di rumah"  Jawab ayah sambil menepuk pipiku. Pesawat kami sudah kabin terasa bergetar pertanda roda pesawat telah mengaspal. Sebanarnya liburan kami belum selesai namun karena sekolah sudah masuk, aku diantar ayah pulang tetapi mama masih di Bogor.

"Ayo Firly kita sudah sampai" Ayah mengagetkanku. Aku mulai beranjak berdiri dan ikut antre keluar pesawat. Aku masih berfikir tentang sopir baru kami.

Kami mulai memasuki garbarata, menarik koper kecilku dengan gambar yang aku suka, detektif Conan. Sebenarnya aku lebih menyukai gambar Sherlock Holmes bersama sahabatnya dokter Watson. Aku tidak seperti anak-anak yang lain yang suka main HP dan gadget. Aku lebih suka membaca cerita detektif Sehrlock Holmes karya Sir Arthur Conan Doyle daripada buku pelajaran. Aku lebih memilih menyendiri di kamar, membaca buku-buku karyanya sampai tertidur membiarkan buku-buku berserakan dilantai. Hobi membacaku sudah dimulai sejak kecil. Menyukai film kartun detektif Conan. Saat itu aku penasaran darimana kata Conan, padahal itu jauh dari nama Jepang sesuai film itu berasal. Akhirnya aku menemukan bahwa sutradaranya teinspirasi dari sebuah nama Sir Arthur Conan Doyle yang mengarang serial novel Sherlock Holmes, detektif Inggris yang sangat terkenal itu. Sampai saat ini aku masih memburu karya-karya Sir Arthur.

"Hallo Pak Roni apa kabar? Tolong bawakan koper saya dan Firly ya...Mobilnya parkir dimana?"  Aku dikejutkan suara ayah yang memanggil suara sopir kami, pak Roni di area Penjemputan.

"Baik pak sehat, mobil saya parkir agak jauh pak" Jawab pak Roni yang sepertinya sedikit gugup. Aku pandangi sikap beliau dari fisik hingga gestur yang dia tunjukkan. Kebiasaan yang sudah aku mulai sejak dulu. Mungkin dampak membaca kisah Sherlock Holmes saat menangani kasus.

"Oh..ok pak, baiklah! Kami bertiga menuju lapangan parkir dan setelah sampai kami memasuki mobil dan menuju pulang. Lega rasanya sudah sampai kembali di Palembang dan besok bertemu teman-teman kembali setelah hampir satu bulan kami berlibur ke rumah nenek di Bogor.

"Apakah semua baik-baik saja pak di rumah?"

"Iya pak aman, Cuma sekarang komplek kita sering terjadi kehilangan uang pak, katanya sih ada yang ngepet  "  

"Ngepet? " tanya ayah penasaran dengan istilah yang menurutnya asing.

"Iya pak maksudnya Babi ngepet, seseorang menggunakan ilmu hitam "

"Oh itu! Bapak percaya dengan babai ngepet?" Pak Roni justru panjang lebar menceritakan hal yang sedang hangat. Namun seperti halnya ayah aku tidak menanggapinya. Mataku ngantuk dan tertidur.

"Ayo sayang, kita sudah sampai" sekali lagi ayah mengejutkanku. Penerbangan terakhir membuat kami sampai larut malam, ditambah lokasi rumah yang jauh dari bandara membuat malam semakin larut. Komplek sudah sangat sepi. Aku sudah tidak tahan untuk sampai ke peraduan pulau kapuk, Kasur. Kami memasuki rumah dan ayah juga kelihatannya sangat capek dan mulai memasuki kamarnya.

"Oh My God!, Firly coba kemari nak..?" rasa kantukku tiba-tiba hilang setelah mendengar teriakan ayah dan aku bergegas menuju kamar beliau untuk melihat apa yang terjadi. Aku sangat terkejut melihat kamar yang berantakan, kertas tercecer disana-sini  dan sepertinya ada pencuri yang masuk rumah. Ada beberapa perhiasan mama dan uang yang telah raib. Aku terus mengamati kondisi kamar dan menemukan ayah duduk di tepian berjalan kesna kemari.

"Ayah, kumpulkan semua orang besok diruang tamu saya tahu pencurinya, termasuk tukang kebun kita, pak Selamet " sahutku tiba-tiba. Feeling detektifku mulai bekerja.

***

Pagi itu semua orang berkumpul di ruang tamu dan Ayah memulai pembicaraan.

"Baiklah pak Roni dan pak Selamet semalam saya masuk kamar dan berantakan. Perhiasan dan uang hilang" Ayah kelihatan emosi dan marah. Pak Roni dan pak selamet terkejut mendengar kabar tersebut dan tiba-tiba pak Roni Nyeletuk.

"Nah pak! Apa yang saya bilang pak, ada babi ngepet di komplek kita "

"Gak ada yang namanya babi ngepet, ini yang mencuri adalah manusia. Orang yang melakukan! dan kalian tahu kan yang keluar masuk hanya kalian berdua" Mereka berdua hanya terdiam mendengar suara ayah yang mulai tinggi.

"Pencurinya bukan mereka berdua ayah! Sebentar lagi pencurinya datang" Tidak lama setelah aku berbicara datanglah Wanita paruh baya keruangan sambil membawa nampan berisi beberapa gelas dan maknan kecil.

"Firly tadi datang ke rumah suruh bibi buat teh manis dan makanan kecil" Wanita itu saya persilakan bergabung bersama kami.

"Maaf ayah saya ingin bicara, saya sudah mengamati kamar ayah dan tadi saya menjemput bibi di rumahnya. Ruangan ayah telah ditinggal hampir satu bulan dan ditinggal dalam keadaan rapi namun tiba-tiba berantakan.  Kamar yang ditinggal selama satu bulan tidak akan berbau harum namun kamar ayah begitu harum dan itu bukan pengharum ruangan rumah kita, Jika diamati ayah menyimpan uang dan perhiasan di peti kayu tua yang beberapa hari lalu ayah buka paksa karena macet dan akhirnya ayah paku untuk menguncinya kembali. Kotak besar itu masih di dalam kamar dan ditinggal oleh pencuri karena mungkin berat terbuat dari kayu jati namun pencuri kurang teliti bahwa ternyata pakunya telah melukai tangannya di sebelah kiri"

Mereka mendengarkan dengan seksama apa yang aku ceritakan. Ayah juga terheran-heran dengan analisaku belajar dari mana.

"Aku tadi menjemput bibi menkonfirmasi analisaku, mungkn bibi punya kebiasaan  memberikan pengharum ruangan ke kamar bibi namun kurang teliti jenis pengharum ruangan rumah kami berbeda. Dia membawanya dari rumah. Mungkin aku tidak menemukan bukti alat untuk mencongkel peti namun yang terkahir ini pasti terbukti...tunjukkan tangan kiri bibi, pasti terluka"

Wanita paruh baya itu bergetar dan merasa terjebak di tempat yang kurang nyaman namun akhirnya mengakui bahwa dialah yang mencurinya. Dia diminta oleh suaminya membantu membersihkan kamar karena tahu kami akan datang. Mungkin karena ada kesempatan akhirnya terjadilah kejadian itu.

"Maafkan istri saya pak, saya sungguh tidak tahu dan menyesalakan atas semua kejadian ini" Pak Selamet meminta maaf dan memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaan setelah sekian tahun bekerja. Ayah meminta bibi Surti mengembalikan barang yang dia curi dan tidak akan memperpanjang masalah ini ke kepolisian, mengingat pengabdian pak Selamet di keluarga kami. Masih terlihat nada emosi yang ayah tunjukkan lewat raut wajah beliau namun setalah memandangku wajahnya sedikit berubah.

"Jangan katakan bahwa analisamu belajar dari novel kesukaanmu, Sherlock Holmes? " ayah tersenyum kepadaku mengacak-acak rambutku menggambarkan kebanggaan.

"Terima kasih anakku, Firly" Sejak saat itu ayah selalu mengabulkan permintaanku jika meminta novel Sherlock Holmes bahkan beliau bejanji akan membelikanku secara lengkap serialnya. Aku sungguh senang sekali ternyata dengan hobiku membaca membawa manfaat kepada ayah dan keluarga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun