Mohon tunggu...
Ali Maksum
Ali Maksum Mohon Tunggu... Guru - Education is the most powerful weapon.

Guru, Aktifis dan Pemerhati pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

TIDAK ADA LAGI "SISWA PALING" DALAM PENDIDIKAN KITA

24 Februari 2022   14:35 Diperbarui: 18 Maret 2022   17:51 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu hari seorang guru menceritakan bagaimana kunci menjadi `murid yang dikenal` oleh guru terlepas positif maupun negatif. Guru tersebut mengatakan bahwa di sekolah rata-rata guru mengenal hanya tiga tipe murid yang selalu diingat dalam hidupnya yaitu, Murid yang paling pintar dan sopan, Murid paling ekstrem dan yang ketiga adalah murid yang paling kurang. Ketiga karakter tersebut itulah yang selalu diingat oleh guru meskipun siswa tersebut telah lulus. Sebenarnya apa penjelasan dari tiga karakter tersebut?

1. Murid Paling Sopan dan Pintar.   

Karakter ini sudah jelas dan tidak butuh penjelasan lagi yaitu siswa yang paling baik karakternya cenderung mendapatkan banyak apresiasi dan sanjungan dari banyak kalangan. Dalam pembelajaran siswa yang menyandang karakter ini cenderung membantu kinerja dan memudahkan dalam proses pembelajaran. Selain dikenal cepat dalam pelajaran siswa yang pintar juga dapat membantu guru membantu siswa lain yang mempunyai kesulitan. Siswa sopan juga mendapatkan banyak sanjungan dan kekaguman dari orang lain. Meskipun dipandang kurang pintar atau cerdas, kesopanan adalah karakter baik yang dapat menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan karena ujung atau muara dari dari pendidikan adalah karakter yang baik.

2. Murid paling ektrem.

Siswa paling ektrem disini bisa dimaknai siswa yang terlalu dalam hal negatif, seperti paling nakal, susah diatur mendatangkan banyak masalah baik untuk guru dan sekolah. Ektrem adalah hal yang paling diingat oleh otak manusia karena mungkin bisa dirasakan dan dikenang.

3. Murid paling Kurang.

Paling kurang maksudnya disini adalah siswa yang mempunyai kekurangan dari sisi kepandaian dan kadang sangat lambat dalam bekerja. Namun bukan berarti tipe ini tidak ada kelebihan namun stereotip kurang bisa bersifat individu dan personal dari seorang guru. Mungkin saja siswa seperti ini mempunyai kelebihan seperti rajin, disiplin dan juga mungkin sopan. Untuk beberapa guru hal negatif lebih diingat daripada kelebihan yang disandang.

Namun apakah konsep pengkotak-kotakan di atas adalah hal yang benar dilakukan? jawabannya tentunya tidak. Stereotip yang di berikan kepada siswa juga akan berdampak dan melahirkan pemberlakuan berbeda sesuai dengan steretipnya. Misalnya jika siswa menyandang siswa paling pintar atau sopan maka guru akan lebih lunak dan menyanjungnya. Berbeda jika siswa tersebut menyandang gelar ekstrem atau kurang pintar maka guru akan lebih keras untuk merubah karakter mereka `sesuai`` persepsi yang di pandang ideal oleh guru.  

Ki Hadjar Dewantara mengatakan bahwa guru ibarat seorang petani dan siswa adalah bibit. Seorang petani yang baik meskpin di berikan bibit yang tidak unggul namun dengan perawatan yang baik, kesabaran yang tinggi serta cara dan metode yang tepat juga akan menghasilkan panen yang melimpah dan baik juga. Demikian juga sebaliknya meskipun diberikan bibit yang unggul namun ternyata petani kurang ahli, metode tidak tepat dan kurang sabar dalam merawatnya  maka bukannya tidak mungkin akan menghasilkan panen yang buruk atau justru gagal panen. KHD juga memperkenalkan konsep pembelajaran menghamba kepada murid atau  berpusat kepada murid yang intinya adalah proses pembelajarn setidaknya di dadarkan kepad kebutuhan dan minat murid.

Guru ketika mengajar akan dihadapkan berbagai karakter siswa yang berbeda dimana mereka  mempunyai banyak perbedaan baik dari segi karakter maupun gaya belajar.  Namun faktanya dalam realisasi pengajaran guru kadang tidak menerapkan pembelajaran yang tepat sesuai dengan perbedaan-perbedaan yang mereka temui. Pembelajaran yang berpusat kepada guru sulit untuk diterapkan karena orientasi yang dimiliki oleh guru tidak serta merta dapat diikuti oleh semua murid yang berbeda itu.   Untuk itulah maka hadir pembelajaran dengan konsep yang berbeda yaitu pembelajaran yang berpusat kepada murid dan berdiferensiasi. Siswa mempunyai hak dan kewajiban yang sama dan tidak ada perbedaan dalam perlakuan di dalam pengajaran. Mereka dikaruniai Tuhan dengan kemampuan berbeda-beda dan seorang guru tidak bisa memaksakan skill siswa untuk diterapkan oleh siswa lainnya dengan cara yang sama. Jika seekor burung yang pandai terbang diangakasa kepandaiannya tidak bisa dipaksakan kepada seekor ikan yang juga punya skill kepandaian yang lain yaitu berenang. Begitu juga seekor ikan tidak bisa memaksa burung untuk  menyelam di dalam laut agar pandai berenang. Untuk itulah stereotip "paling" disini agar dihilangkan.  

Lalu apakah yang disebut dengan Pembelajaran berdiferensiasi? pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan belajar murid. Guru memfasilitasi murid sesuai dengan kebutuhannya. Karena setiap murid mempunyai karakteristik yang berbeda-beda sehingga sebagai seorang guru tidak bisa memberikan pemberlakukan yang sama kepada semua peserta didik sesuai idealismenya. Pembelajaran seperti ini membutuhkan kreativitas  tinggi karena harus dapat menyeimbangkan perbedaan yang terjadi dan juga membutuhkan metode yang tepat dalam mengimplementasikannya. salah satu yang patut difikirkan adalah menyuguhkan media pembelajaran yang tepat dan terukur sesuai dengan riset yang telah dilakukan. Apa yang dimakasud riset? Seorang guru harus mampu memetakan kebutuhan belajar menjadi 3 aspek yaitu Kesiapan belajar, minat dan profil belajar murid . Guru sebagai seroang pemimpin pembelajaran harus mengetahu mana siswa yang tergolong Visual, Audio atau bahkan kinestetik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun